Tokoh, Perkembangan,Aliran, Sejarah Kebudayaan Islam

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
Nama                           : Erna Erlina
Nim                             :14121110049
Mata Kuliah                : Sejarah Kebudayaan Islam di MA
Semester/Jurusan         : V(lima)/ PAI-A
Dosen Penguji             : Drs. H. Abdul Ghofar, M.A

JAWABAN
1.      Tokoh-tokoh di era perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang) beserta pristiwa penting
a.       Gerakan Moderenisasi Ideologi dengan tokohnya Muhammad bin Abdul Wahab (1709-1813 M).
Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di masa modern sejak abad kesembilan belas. Walaupun ia sendiri hidup di abad sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami gerakan-gerakan pembaharuan Islam pada abad setelahnya. Bahkan sisa-sisanya masih terasa hingga kini. Pemikiran keagamaan yang dibawanya difokuskan pada pemurnian tauhid, oleh karenanya kelompok ini menamakan dirinya sebagai muwahhidun. Sebutan Wahhabiyah adalah nama yang diberikan kepada kaum muwahhidun (kelompok pemurnian tauhid) oleh lawan-lawannya, karena pemimpinnya bernama Muhammad ibn Abdul Wahab.[1]
Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang hakim di kota kelahirannya. Di masa pemerintahan Abdullah ibn Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid kota tersebut. Kakeknya Sulaiman, adalah seorang mufti di Nejd. Ia mulai belajar agama dari Ayahnya sendiri dengan membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping belajar kitab-kitab agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah, Madinah dan Basra.[2]
Pemikiran yang menonjol adalah tentang tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi tauhid ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut juga tauhi ilm dan i’tiqad. Syirik menurut Muhammad ibn Abdul Wahhab adalah orang yang menyekutukan Allah, dan tidak akan diampuni oleh Allah.[3]
Pembagian syirik menjadi dua, yaitu syirik akbar (syirik yang nyata), seperti menyekutukan-Nya, atau beribadah kepada sekutu-nya, dan mengharap ataupun menyintai selain-Nya. Sedangkan syirik asghar (syirik yang tidak tampak) seperti berbuat berlebihan terhadap mahluk yang tidak boleh seseorang beribadah kepadanya, bersumpah kepada selain Allah dan riya’. (berbuat karena ingin dilihat orang) yang dianggap sebaai syirik yang paling kecil. Ibn Abdul Wahhab hanya mengakui al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.[4]
b.      Gerakan modernisasi politik Islam dengan tokohnya Jamaludin Al-Afgani (1839-1897 M)
Jamaluddin lahir di Afganisan tahun 1839 dan meninggal di Istanbul tahun 1897. Ia termasuk pembaharu yang berpengaruh di dunia Islam. Saat usia 25 tahun, ia menjadi pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afganistan, dan pada tahun 1864 menjadi penasehat Sir Ali Khan. Serta pernah diangkat sebagai Perdana Menteri oleh Muhammad A’zam Khan beberapa tahun kemudian.
Ketika menjadi Perdana Menteri, Inggris sudah ikut campur dalam urusan nergeri Afganistan, maka Jamaluddin termasuk salah satu orang yang menentangnya. Karena kalah melawan Inggris, maka ia lebih baik meninggalkan negerinya dan pergi menuju ke India. Sejak itulah, ia berpindah-pindah kewarganegaraan. Pernah ke Paris dan Turki. Perpindahan itu juga dalam rangka membangkitkan umat Islam.
Dalam pola pikirnya, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam, salah satu sebabnya adalah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran qada’ dan qadar telah berubah menjadi ajaran fatalisme yang menyebabkan umat menjadi statis. Sebab-sebab lain adalah perpecahan di kalangan umat Islam sendiri, yaitu lemahnya persaudaraan antar umat Islam dan lain-lain. Untuk mengatasi semua itu, menurutnya umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan hati, memuliakan ahlak, berkorban untuk kepentingan umat, pemerintahan otokratis harus diubah menjadi demokratis. Dan persatuan umat harus diwujudkan sehingga umat akan maju sesuai tuntutan zaman.
Selain itu, ia menegaskan bahwa solidaritas sesama muslim bukan karena ikatan etnik maupun rasial, tetapi karena ikatan agama. Muslim entah dari bangsa mana datangnya, walau pada mulanya kecil akan berkembang dan diterima oleh suku dan bangsa lain seagama selagi ia masih menegakkan hukum agama. Ide yang terahir inilah merupakan ide orisianal darinya, yang dikenal dengan Pan Islamisme, persaudaraan sesame umat Islam sedunia.[5]
c.       Gerakan modernisasi politik dan pemerintahan Islam dengan tokohnya Muhammad Abduh (1849-1905 M)
Muhammad Abduh lahir di Mesir pada tahun 1849 M, ayahnya bernama Abdul Hasan Khoirullah yang berasal dari Turki, dan ibunya seorang Arab yang silsilahnya sampai kepada suku Umar Bin Khatab. Abduh termasuk anak yang cerdas, meskipun ia bersal dari keluarga petani miskin di Mesir. Sejak kecil ia tekun belajar dan melanjutkan studinya di al Azhar. [6]
Sebagai rektor al-Azhar, ia memasukkan kurikulum filsafat dalam pendidikan di al-Azhar, upaya ini dilakukan untuk mengubah cara berpikir orang-orang al-Azhar. Akan tetapi usahanya ini mendapat tantangan keras dari para syekh al Azhar lainnya yang masih berpikiran kolot. Oleh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukan lewat pendidikan di al-Azhar tidak berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa Abduh, memberikan dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam dunia Islam. Selain sektor pendidikan, proyek pembaharuan Abduh menurut professor sejarah Islam di University of Massachuussets adalah politik dan ranah social keluarga yaitu peran wanita.[7]Disamping itu, Murodi dalam tulisannnya menambahkan analisisnya bahwa ide-ide pemikiran Abduh diantaranya adalah: pembukaan pintu ijtihad, penghargaan terhadap 'akal' (Rasionalitas), kekuasaan Negara harus dibatasi oleh konstitusi, memodernisasikan sistem pendidikan Islam di al Azhar. [8]
d.      Gerakan modernisasi pemikiran keagamaan dengan tokohnya Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935 M) dan Muhammad Iqbal
1)      Muhammad Rasyid Ridha
Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli (Suria). Ia berasal dari keturunan al-Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia memakai gelar Al-sayyid depan namanya. Semasa kecil ia dimasukkan ke madrasah tradisional di Al-Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan membaca Al-Qur’an di tahun 1882, ia melanjutkan pelajaran di Al-Madrasah al-Wataniah Al-Islamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli.[9]
Ide-ide pembaharuan Rasyid Ridla beberapa diantaranya di bidang agama, pendidikan dan  bidang politik. Dalam bidang agama umat Islam lemah karena tidak mengamalkan ajaran agama Islam yang murni melainkan ajaran yang sudah bercampur dengan kurafat dan bid’ah, sehingga ajaran Islam harus kembali kepada Al-Quran dan sunnah Rasululah Saw dan tidak terikat kepada ulama terdahulu yang tidak sesuai dengan tuntutan hidup modern. Lebih lanjut  faham fanatisme mazhab yang menyebabkan perpecahan umat Islam harus diganti dengan toleransi bermazhab. Dalam bidang pendidikan ia sangat menaruh perhatian terhadap pendidikan dengan cara mendorong dan menghimbau untuk menggunakan kekayaan bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan Islam, membangun lembaga pendidikan lebih utama dari membangun masjid. Ia juga membangun Sekolah Missi Islam dengan nama Madrasah ad-Da’wah wa al-Irsyad dengan tujuan mencetak kader-kader mubaligh yang tangguh sebagai imbangan terhadap sekolah misionaris kristen. Sedangkan di bidang politik ia pernah menjadi presiden kongres Suriah pada tahun 1920. Ide-ide di bidang politik adalah tentang Ukhuwah Islamiyah yang menyerukan umat Islam bersatu  kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan dan tunduk kepada sistem hukum dalam satu kekuasaan negara yang berbentuk khilafah yang dibantu para ulama dan bertanggung jawab kepada ahlu al-hali wa-al’aqdi yang anggota terdiri dari ulama dan tokoh masyarakat.[10]
Menurut pendapat dari Rasyid Ridha ummat Islam mundur karena tidak lagi menganut ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, dan perbuatan mereka telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Disamping itu sebab-sebab yang membawa kemunduran ummat Islam, karena faham fatalisme, ajaran-ajaran tariqad atau tasawuf yang menyeleweng semua itu membawa kemunduran ummat Islam menjadi keterbelakangan dan menjadikan ummat tidak dinamis.
Dalam hubungannya dengan akal pikiran, Rasyid ridha berpendapat bahwa derajat akal itu lebih tinggi, akan tetapi hanya dapat dipergunakan dalam masalah kemasyarakatan saja, tidak dapat dipergunakan dalam masalah ibadah. Diantara aktivis beliau dalam bidang pendidikan antara lain membentuk lembaga yang dinamakan dengan “al-dakwah wal irsyad” pada tahun 1912 di kairo. Para lulusan dari seoah ini akan dikirim ke negeri mana saja yang membutuhkan bantuan mereka. Kemudian melalui majalah al-Manar ia menjelaskan bahwa inggris dan Prancis yang berusaha membagi-bagi daerah Arab ke dalam kekuasaannya masing-masing. Bentuk pemerintahan yang dikehendaki oleh Rasyid Ridha adalah bentuk kekhalifahan yang tidak absolute, kholifah hanya bersifat koordinator, tidaklah mungkin menyatukan ummat Islam ke dalam satu system pemerintahan yang tunggal, karena khalifah hanya menciptakan hukum perundang-undangan dan menjaga pelaksanaannya.[11]Pemikiran Pembaharuan Pendidikan Rasyid Ridha merasa perlu diadakan pembaharuan di bidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi, pendidikan moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, bahasa asing, disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.[12]
2)      Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. [13]Muhammad Iqbal adalah seorang filsuf dan penyair. Syairnya menjadi hebat karena filsafatnya dan filsafatnya menjadi hebat karena syairnya. Iqbal yang merupakan murid Thomas Arnold sangat berpengaruh dalam menentukkan arah perjuangan umat Islam India. Ide-idenya tentang pembaruan dan politik mengantarkan umat Islam India menjadi suatu bangsa yang lepas dari bayangan-bayangan India, yakni Pakistan. Meskipun dia seorang penyair dan filsuf pemikirannya mengenai kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berpengaruh pada gerakan pembaruan Islam.[14]
Sama dengan pembaharu-pembaharu lain, Iqbal berpendapat bahwa kemundurun umat Islam selama 500 tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan Mu`tazilah akan membawa kepada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari ke syari`at sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terletak pada ajaran tasawuf. Menurut tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus memusatkan kepada Tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan sosial kemasyarakatan dalam Islam. Sebab terutama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam di pertengahan abad ke 13.
Hukum dalam Islam menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian pendapat Iqbal. Alquran senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dengan perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Islam menolak konteks lama yang mengatakan bahwa alam itu bersifat statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu ialah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembaharuan Islam. Intisari hidup adalah gerak, sedang hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan sebagai model. Kapitalisme dan Imperialisme Barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut penilainnya, amat banyak dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya.[15] Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme dikalangan umat Islam dan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar. Tujuan Dinamisme Islam Muhammad Iqbal adalah:[16]
a)      Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan, yaitu usaha mengembalikan pemahaman itu kepada pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk.
b)      Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini. c) Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis. d) Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
c)       Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad tidak pernah akan tertutup.

Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi, keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.[17]
e.       Gerakan modernisasi politik Islam dengan tokohnya Mustafa Kamal (Attaruk).
Mustafa lahir pada tahun 1881 di Salonika.[18] Dalam pemikiran tentang pembaharuan, Mustafa Kemal tidak hanya dipengaruhi oleh ide golongan Nasionalis Turki saja, tetapi juga oleh ide golongan barat, sehinga pembaharuan yang dilakukannya adalah westernisasi yaitu mengubah peradaban dan kebudayaan Turki dengan mengambil peradaban Barat. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya saja tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, peradaban Islam dan peradaban Barat. Ide nasionalisme yang diterima Mustafa Kemal ialah ide Nasionalisme Turki yang terbatas daerah geografisnya dan bukan ide nasionalisme yang luas. Selain westernisasi dan nasionalisme, sekularisasi turut menjadi dasar pemikiran Mustafa Kemal dalam melakukan pembaharuan di Turki.
Pembaharuan pertama ditujukan terhadap bentuk negara. Di sini harus diadakan sekularisasi. Pemerintah harus dipisahkan dari agama. Mustafa kemal telah banyak dipengaruhi oleh pemikiran politik barat bahwa kedaulatan terletak ditangan rakyat. Dengan demikian yang berdaulat di Turki bukan lagi Sultan, tetapi rakyat.[19]
Proses sekularisasi Turki yang mulai berjalan terhambat dengan adanya Artikel 2 dari Konstitusi yang menyatakan bahwa agama negara adalah Islam, yang mengandung arti bahwa kedaulatan bukan sepenuhnya terletak di tangan rakyat, tetapi pada syariat. Kemudian, Kemal berusaha menghilangkan Artikel 2 dari Konstitusi 1921 tersebut, dan pada tahun 1928 hal ini terjadi. Sembilan tahun kemudian, setelah prinsip sekularisme dimasukkan ke dalam Konstitusi di tahun 1937, barulah Republik Turki dengan resmi menjadi Negara sekuler. Perlahan tapi pasti, Mustafa Kemal Ataturk melakukan langkah-langkah pembaharuannya, antara lain :
1)       Reformasi di Bidang Hukum
2)      Sekularisasi Pendidikan
3)      Reformasi di Bidang Bahasa
4)      Reformasi di Bidang Budaya
Republik Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk berlumlah menjadi negara yang benar-benar sekuler. Memang benar syariat telah dihapus dan pendidikan agama telah ditiadakan dari kurikulum.Akan tetapi, Negara masih mengurus soal agama, melalui Departemen Urusan Agama, sekolah-sekolah Pemerintah untuk imam dan khatib, serta adanya fakultas Ilahiyat di Universitas Istambul. Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal tidak sampai menghilangkan agama. Sekularisasinya berpusat pada kekuasaan golongan Ulama dalam soal Negara dan dalam soal politik. Oleh karena itu pembentukan partai yang berdasarkan agama dilarang. Negara dalam pada itu, menjamin kebebasan beragama bagi rakyat. [20]
2.      Para ahli sejarah mengatakan bahwa islam berkembang di indonesia dengan berbagai cara dan ciri tersendiri yakni
a.       Islam berkembang secara natural
Agama islam di indonesia berkembang secara alami, evolutif, berjalan apa adanya, tidak ada paksaan dan tidak pula dengan kekerasan, pada mulanya, Islam disampaikan hanya sebatas berita dan informasi mengenai kebenaran yang hakiki.
b.      Islam berkembang secara cultural
Salah satu pendekatan yang diambil oleh para ulama terdahulu dalam mengembangkan agama islam, adalah pendekatan kultural. Islam islam tidak anti budaya dan peradaban, bahkan dapat dijadikan motor penggerak budaya dan peradaban.
c.       Islam berkembang secara persuasive
Para ulama terdahulu mengembangkan Islam tidak dengan cara yang refresif (kekeraasan), melainkan dengan cara persuasif dan kekeluargaan. Tidak sadikit para ulama terdahulu yang berhasil menaklukkan hati seorang raja karena kedekatan mereka dengan pribadi sang raja.
d.      Islam berkembang secara genetis
Figur dan ketokohan para ulama yang simpatik dan menarik, tidak jarang memikat hati masyarakat. Sebagian mereka ada yang ingin menikahkan putri mereka dengan ulama. Akibatnya terjadilah interaksi genetis yang akan melahirkan generasi penerus perjuangan. Bahkan melalui perkawinan itulah, agama islam dapat mudah berkembang dan diterima oleh masyarakat dengan senang hati.
3.      Perjuangan kemerdekaan umat Islam pada masa colonial Belanda memunculkan Tiga aliran ideology yaitu islam, komunisme dan Nasionalis dan sekuler.
Nasionalisme dalam pengertian politik baru muncul setelah H. Samanhudi menyerahkan tampuk kepemimipinan pada bulan Mei 1912  kepada HOS Tjokroaminoto yang mengubah nama dan sifat organisasi  serta memperluas ruang geraknya.[21] SI memperjuangkan sendiri bagi penduduk Indonesia, bebas dari pemerintahan Belanda. Namun, pada perkembangan selanjutnya terjadi perbedaan taktik dan program : golongan Revolusioner Vs golongan Moderat, politik Koperasi tidak sejalan dengan politik Non-koperasi. Puncak perbedaan itu memunculkan ideologinya sendiri yaitu komunisme yang kemudian melahirkan Partai Komunis Indonesia ( 1923).
Banyak yang kecewa dengan perpecahan itu, maka sejak itulah SI dengan tegas menyatakan ideologi Islamnya. Kemudia orang-orang yang kecewa mendirikan kekuatan politik baru yang bebas dari Islam dan Komunisme seperti PNI ( 1927 ), Partindo ( 1931 ), PNI-Baru ( 1931 ). Mereka ini disebut dengan nasionalis “sekuler” dan nasionalis “netral agama”.[22]
Dengan demikian ada 3 kekuatan politik yang mencerminkan 3 ideologi : Islam, komunisme, dan Nasionalis Sekuler. Perpecahan mereka itu menurut Deliar Noer disebabkan oleh pendidikan yang mereka terima bersifat Barat.[23] Ketiga aliran tersebut terlibat dalam konflik idepgis yang cukup keras. Dalam suasana konflik itu, SI semakin hari semakin merosot, sementara paratai-partai nasionalis sekuler berkembang dengan pesat. Apalagi setelah HOS Tjokroaminoto wafat, SI mengalami beberapa kali perpecahan yang mengakibatkan semakin hilangnya pamor.
Usaha-usaha untuk mempersatukan kembali partai-partai politik dengan aliran-aliran ideologi selalu berakhir dengan kegagalan, karena selalu dihalangi oleh penjajah Belanda. Sementara itu, konflik ideologi terus pula berkembang, dan bahkan golongan nasinalis netral agama pernah menuduh Islam sebagai pembawa perpecahan. H. Agus Salim dituduh menjerumuskan SI menjadi partai pendeta yang mencecerkan kepentingan sosial dan ekonomi rakyat untuk agama.
Tuduhan-tuduhan itu tentu mendapat jawaban dari tokoh-tokoh SI seperti HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim, A. Hasan dan M. Natsir yang ingin menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya.Hanya di Sumatra Barat, masyarakat Islam mampu memadukan antara Islam dengan nasionalisme, yaitu melalui Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) yang dipimpin oleh Muchtar Luthfi yang baru menyelesaikan studinya di Kairo, Mesir.
Di awal tahun 1940-an, Sukarno yang pernah mendalami ajaran Islam mencoba mendamaikan konflik-konflik itu dengan mengutip pendapat pemikir-pemikir Timur Tengah, termasuk Turki, namun konsep politik beliau ini merupakan penerapan sekularisme.[24]
4.      Pusat-pusat peradaban islam
a.       Baghdad
Kota Baghdad didirikan oleh Khalifah Abbasiyah kedua, Al-Manshur (754-755 M) pada tahun 762 M. Setelah mencari-cari daerah yang strategis untuk ibu kotanya, pilihan jatuh pada daerah yang sekarang dinamakan Baghdad, terletak di pinggir sungai Tigris. Al-Manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan  dijadikan ibu kota. Dalam membangun ibu kota ini, Khslifah memperkerjakan ahli bangunan yang terdiri dari arsitektur-arsitektur, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lain-lain. Kota ini berbentuk bundar. Di sekelilingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi.
Sejak awal berdirinya, kota inni sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. itulah sebabnya Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual. Menurutnya di antara kota-kota dunia, Baghdad merupakan profesor masyarakat islam. Al-Manshur memerintahkan penerjemahan  buku-buku ilmiah, kesusasteraan dari bahasa asing, India, Yunani lama, Bizantium, Persia, dan Syiria. Para peminat ilmu dan kesusasteraan segara berbondong-bondong datang ke kota itu.
Setelah masa Al-Manshur, kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Banyak para ilmuan dari berbagai daerahdatang ke kota ini untuk  mendalami ilmu pengetahuan yang ingin dituntutnya. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada zaman pemerintahan Khalifah Al-Rasyid (786-809) dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 ). Dari kota inilah memancar sinar kebudayaan dan peradaban Islam  ke seluruh dunia.  Khalifah Al-Ma;mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan itu bernama Bait al-Hikmah.[25]
Dalam bidang sastra, kota Baghdad terkenal dengan hasil karya yang indah dan digemari orang. Di antara karya sastra yang terkenal ialah Alf Lailah wa Laila, atau kisah seribu satu malam. Sedangkan dalam bidang ekonomi, perkembangannnya berjalan seiring dengan perkembangan politik. Pada masa Harun Al-Rasyid dan Al-Ma’mun, perdagangan dan industri berkembang pesat.
Kota yang terletak di tepi Barat sungai Tigris itu muncul sebagai kota yang terindah dan termegah di dunia waktu itu. Pada masa kegemilangannya, sebelum  dih  ncurkan oleh tentara mongol, kota itu memperlihatkan pemandangan yang elok dan mempesona. Semua kemegahan, keindahan, dan kehebatan kota Baghdad yang dibangun pertama kali oleh Khalifah Al-Manshur itu sekarang hanya tinggal kenangan. Semuanya seolah-olah hanyut dibawa arus sungai Tigris , setelah kota ini dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan tahun 1258 M. semua bangunan kota, termasuk istana emas tersebut dihancurkan. Pasukan Mongol itu juga meruntuhkan perpustkaan yang merupakan gudang ilmu dan membakar buku-buku yang terdapat di dalamnya. Pada tahun 1400 M,  kota ini diserang pula oleh pasukan Timur Lenk, dan tahun 1508 M  oleh tentara kerajaan Safawi. Kota Baghdad, ibu kota Irak sekarang, memang mengambil lokasi yang sama, tetapi ia sama sekali tidak mencerminkan kemajuan Baghdad lama.[26]
b.      Kairo (Mesir)
Kota kairo dibangun pada tanggal 17 Sya’ban 358 H/969 M oleh panglima perang dinasti Fathimiah yang beraliran Syi’ah, Jahwar Al-Siqili, atas perintah Khalifah Fathimiah, Al-Mu’izz Lidinillah (953-975M), sebagai ibu kota kerajaan dinasti tersebut. Berdirinya kota Kairo sebagai kota kerajaan dinasti ini membuat Baghdad mendapat saingan. Setelah pembangunan kota Kairo rampung lengkap dengan istananya, Al-Siqili mendirikan masjid Al-Ahzar, 17 Ramadhan 359 H (970 M). Masjid ini berkembang menjadi sebuah Universitas besar yang sampai sekarang masih berdiri megah. Nama Al-Ahzar diambil dari Al-Zahra’, julukan Fathimiah, putrid Nabi Muhammad Saw dari istri Ai ibn Abi Thalib, Imam pertama syi’ah.[27] 
Kekuasaan Dinasti Ayyubiah di mesir diambil oleh Dinasti Mamalik. Dinasti ini mampu mempertahankan pusat kekuasaannya dari serangan bangsa Mongol dan mengalahkan tentara Mongol itu diAyn Jalut di bawah pimpinan Baysar. Meskipun bukan sultan yang pertama, Baybars (1260-1277 M) dapat dikatakan sebagai pendir  sebenarnya dinasti ini. Sebagaimana Shalah AL-Din, ia juga pahlawan Islam terkenal dalam Perang Salib. Pada masa itu, Kairo menjadi satu-satunya pusat peradaban Islam yang selmat dari serangan Mongol. Oleh karenanya, kairo menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam terpenting. Baybars memugar bangunan-bangunan kota, merenovasi Al-Ahzar, dan pada tahun1261 M mengundang keturunan Abbasiyah untuk melanjutkan Khilafahnya di Kairo. Dengan demikian, prestise kota ini semakin menanjak. Banyak bengunan didirikan dengan arsitektur yang indah-indah pada masannya dan masa-masa kekuasaan dinsti Mamalik berikutnya. Pada tahun 1517 M, dinsti ini dikalahkan oleh kerajaan Usmani yang berpusat di Turki dsn sejak itu Kairo hanya menjadi ibu kota provinsi dari kerajaan Usmani tersebut.[28]    
c.       Isfahan (Persia)
Isfahan adalah kota terkenal di Persia, pernah menjadi ibu kota kerajaan Safawi. Kota ini merupakan gabungan dari dua kota sebelumnya, yaitu jay, tempat berdirinya Syahrastan dan Yahudiyyah yang didirikan oleh Buchtanashshar atau Yazdajir I atas anjuran istrinya yang bernama Yahudi. Ada beberapa pendapat tentang kapan kota ini ditaklukan oleh tentara Islam. Pendapat pertama mengatakan penaklukan itu terjadi pada tahun 19 H (640M), di bawah pimpinan Abdullah Ibn’Atban atas perintah Umar Ibn Al-Khathab untuk menaklukan kota Jayy yang merupakan salah satu ibu kota provinsi Persia waktu itu. Pendapat lain, yaitu Al-Thabari, menyabutkan bahwa Penaklukan itu terjadi pada tahun 21 H (642 M). aliran Bashrah menyebutkan penaklukan Isfahan terjadi pada tahun 23 H (644 M) di bawah pimpinan Abu Musa Al-Asy’ari,  yaitu setelah penaklukan Nahawand atau di  bawag pimpinan Abdullah Ibn Badil yang menerima penyerahan kota itu dengan syarat pembayaran pajak. Penaklukan ulang terjadi pada masa Khalifah Abbasiyah, Al-Mu’tazz, ketika tentara Abbasiyah berusaha memadamkan pemberontakan Al-Alawiyin di Thabaristan tahun 247 H (861 M). sejak itu, kota ini menjadi kota penting  sebagai ibu kota provinsi dan pusat industry dan perdagangan.
Ketika raja Safawi, Abbas I, menjadikan Isfahan sebagai ibu kota kerajaan, kota ini menjadi kota yang luas dan ramai dengan penduduk. Sebagaimana telah disebutkan, kota ini terletak di atas sungai Zandah. Di atas sungai ini terbentang  tiga buah jembatan yang megah dan indah, satu diantaranya terletak di tengah kota. Sementara dua lainnya di pinggiran kota.[29] 
d.      Istanbul (Turki)
Istanbul adalah ibu kota kerajaan Turki Usmani. Kota ini sebelumnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur, yang bernama konstantinopel. Konstantinopel bertahan seribu tahun kemudian sampai sultan Turki Usmani berhasil menaklukannya tahun 1453 dan menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan. Sebagaiman halnya dengan Konstantinopel pada masa kerajaan Romasi Timur, kerajaan Turki Usmani dengan ibu kota Istanbul itu, juga menjadi sebuah Negara adi daya pada masa jayanya. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Bahkan, Negara-negara Islam di derah yang lebih jauh juga mengakaru.
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istanbul sebagai ibu kota kerajaan Turki Usmani, ia melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani (Romawi).  ui kekuasaanya. Sebagai sebuah kerajaan Islam terbesar pada waktu itu, maka raja-rajanya juga memakai gelar Khalifah. Istana Khalifah terletak di kota ini.
Sebagai ibu kota, disinilah tempat berkembangnya kebudayaan turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayaan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Usmani. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk Islam, bangsa arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan hukum. Huruf arab dijadikan huuf resmi kerajaan.
Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (perdana menteri) yang brekedudukan di iu kota. Jabatan-jabataan penting, termasuk perdana menteri, sering kali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa. Dengan syarat menyatakan dirisecara formal masuk Islam. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun disana membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu cirri dari sebuah kota Islam, tempat kaum Muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya. Gereja Abu Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang trepentinng di istambul. Di smping masjid, para sultan juga mendirikan istana-istana dan  villa-villa yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapann, pemandian umum, pusat-pusat tarekat, dan sebagainya. Rumah-rumah dan villa mewah juga dimiliki oleh pedagang-pedagang kaya. Istana dan villa biasanya dilengkapi dengan taman dan tembok di sekelilingnya. Jalan-jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lain, terutama denagan ibu kota dibangun.[30]
e.       New Delhi (India)
Delhi adalah ibukota kerajaan-kerajaan islam di india sejak tahun 608 H/1211 M. Sebagai ibukota kerajaan-kerajaan-kerajaan islam , Delhi juga menjadi pusat kebudayaan dan peradaban islam di anak benua india.Kota ini terletak di sungai Jamna. Sebelum islam masuk kesana, delhi berada di bawah kekuasaan keturunan johan rajput. Tahun 589 H (1193 M) kota ini di taklukkan oleh Qutb Al-Din Aybak tahun 602 H (1204 M) .dinasti mamluk ini berkuasa sampai tahun 689 H (1290 M), kemudian diganti oleh dinasti khalji (1296-1316 M) setelah itu dinasti tughlug (1320-1413)
Dinasti mamluk mendirikan sebuah menara yang tingginya 257 kaki, dikenal dengan nama “menara Qutb manar”, Dinasti khalji menambah bangunan masjid dengan atap dan beberapa menara lagi, sementara itu raja pertama dinasti tughlug mendirikan tughlugabad, sekitar 8 km sebelah timur kil’a ray pitorayang kemudian dijadikannya sebagai pusat peperintahan tahun 720H/1320M.
Setiap dinasti islam yang berkuasa di india dan menjadikan delhi sebagai ibukotanya, seakan akan berlomba-lomba untuk membangun dan memperindah istana, benteng, masjid, madrasah,  dan makam.delhi islam yang dapat di saksikan sekarang adalah delhi yang dibangun oleh kerajaan mughal.
f.       Andalusia (spanyol)
Di spanyol, banyak kota-kota di spanyol yang masyhurdan menjadi pusat peradaban islam, seperti sevila, cordoba, granada, murcia, dan toledo. Yang terpenting di antaranya kordova dan granada.
1)      Kordova
Pada masa pemerintahan pemerintahan islam, Kordova terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit yang mempunyai bentuk khusus.
Sebagai ibukota pemerintahan, kordva di masa bani umayah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan baru yang di dirikan, seoerti istana dan masjid. Di spanyol kordova menjadi pusat ilmu pengetahuan, dikota ini berdiri universitas cordova. Banyak ilmuan dari dunia islam dari timur yang tertarik mengajar di universitas ini.
2)      Granada
Garada adalah tempat tinggal orang liberal, kemudian menjadi kota orang Romawi dan baru terkenal setelah berada di tangan-tangan orang islam. Kota ini berada di bawah kekuasan islam hampir bersamaan dengan kota-kota lain di spanyol.
Sejak abad ke-13, Granada di perintah oleh dinasti Nastrid selama lebih kurang 250 tahun. Pada masa itulah dibangun sebuah istana Al-Habra, berarti merah. Istana ini dibangun oleh arsitek-arsitek Muslim Pada tahun 1238 M dan terus dikembangkan sampai tahun 1258 M.
g.      Samarkand dan Bukhara
Dua kota ini adalah tempat dimana islam pernah berkembang dengan pesat, riwayat tentang kota samarkand yang tertua disebutkan dalam berita berita tentang peperangan iskandar zulkarnain, tahun 323 M  samarkand resmi di dirikan oleh iskandar yang dimana menjadi bagian dari sebuah kekuasaan yang berpusat di bacthri.[31]
Riwayat kota bukhara sebelum islam panjang .kota ini diperkirakan sudah ada ketika iskandar datang kesana .dilihat dari bangunan-bangunan kuno pengaruh persia sudah lama tertanam disan. Pengaruh cina juga besar, sebelum islam masuk kesana terdapat tempat ibadah agama budha. Pada tahun 91 H (709 M) mengadakan perjanjian damai dengan Qutaibah dan berjanji untuk membayar jizyah(pajak) kepada pemerintahan islam di Damaskus, dibawah dinasti ban umayah. Pada tahun 204 H (819 M) Al ma’mun, khalifah dari dinasti bani abbas yang berpusat di baghdad, menyerahkan urusan pemerintahan kota samarkand dan bukhara kepada asab ibnu saman yaitu dari dinasti samaniyah.
Seorang ulama terkenal abu mansyur al-maturidi, wafat di samarkand pada tahun 333 H (944 M) yang telah melahirkan teologi maturidyah .ulama terkenal lainnya dari bukhara adalah imam Al-Buhkari, ulama ahli hadits terkenal di dunia islam yang menulis kitab shahih bukhari.[32]


Daftar Pustaka
Al-Bahiy, Muhammad.1986. Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas Jameelah, Maryam.1965. Islam dan Moderenisme, Surabaya: Usaha Nasional
Alqissah Nur Al-Qalbi. 2012,.Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal. http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html diunduh 11 Desember 2014 pukul 10:00 WIB
Hamid Abdul dan Yaya. 2010.Pemikiran Modern dalam Islam, 2010, Bandung: Pustaka Setia
Mufradi, Ali. 1999. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab ,Cet. II; Jakarta: Logos, Rusli, Ris’an.2005. pemikiran teologi modern dalam islam, Palembang: IAIN Raden Fatah Press
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Murodi.1997. Sejarah Kebudayaan Islam ,Semarang: Toha Putra
Nasution, Harun .1995. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet. II. Bandung: Mizan
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam. Cetakan ke-3. Jakarta: Bulan Bintang
Noer, Deliar. 1980.Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES
Pioneeers of Islamic Reviva, edisi Indonesia. 1996. Para Perintis Zaman baru Islam, ter: Ilyas Hasan. Bandung: Mizan
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Rajawali Pers





[1] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, hlm. 151
[2] Ibid., hlm. 152
[3] Ibid., hlm 153
[4] Ibid., hlm 154
[5] Ibid., hlm 155-158
[6] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam ,Semarang: Toha Putra, 1997, hlm. 177-178
[7] Pioneeers of Islamic Reviva, edisi Indonesia, Para Perintis Zaman baru Islam, ter: Ilyas Hasan, Bandung: Mizan 1996. Hlm 50
[8] Murodi, Op.Cit. hlm 177
[9] Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab ,Cet. II; Jakarta: Logos, 1999, hlm. 162
[10] Ibid., hlm. 38-41
[11] Ris’an Rusli, pemikiran teologi modern dalam islam, Palembang , IAIN Raden Fatah Press, 2005. hlm. 67-68

[12] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Cet. II; Bandung: Mizan, 1995.hlm. 71
[13] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, 2003, Cetakan ke-3, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 183
[14] Abdul Hamid, dan Yaya, Pemikiran Modern dalam Islam, 2010, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 161

[15] Harun Nasution, Op.Cit., hlm. 184-186        
[16] Alqissah Nur Al-Qalbi, 2012, Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal, http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
[17] Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986, hlm. 264
[18] Maryam Jameelah, Islam dan Moderenisme, Surabaya: Usaha Nasional, 1965, hlm. 161
[19] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, 2003, Cetakan ke-3, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 141
[20] Ibid., hlm. 144-145
[21]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm 259.
[22]Ibid., hlm. 260.
[23] Deliar Noer,Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1980,  hlm. 39.
[24]Badri Yatim, Op. Cit, hlm. 262-263.
[25] Ibid., hlm. 277-279
[26] Ibid., hlm 279-281
[27] Ibid., hlm 281-282
[28] Ibid., hlm 284
[29] Ibid., hal 284-286
[30] Ibid., hlm. 286-288
[31] Ibid., hlm 289-191
[32] Ibid., hlm 293-295

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

WAKAF, HIBAH, SEDEKAH, DAN HADIAH

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

makalah pengertian pendidikan

MAKALAH PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK