Metode-Metode Untuk Pembelajaran Membaca dan Menulis Al-Quran
Metode-metode Untuk
Pembelajaran Membaca Dan Menulis Alquran
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Metodologi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr.H. Wawan Ahmadi Ridwan,
M.Ag
Oleh:
Erna erlina (14121110049)
Erna erlina (14121110049)
Khusul Khotimah (14121110074)
Mochamad Aziz Muslim (141211100 83)
Jur/smester : PAI A/4
TARBIYAH/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon-Jawa Barat 45132
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil
alamin, kami bersyukur atas petunjuk dan kekuatan yang diberikan Allah SWT
sehingga laporan observasi ini dapat terselesaikan.
Laporan observasi ini
mejelaskan tentang “Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah”. Tidak lupa Kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah mengarahkan Kami dalam
pembuatan laporan observasi ini.
Kami berharap laporan
observasi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Apabila dalam laporan
observasi ini masih terdapat kekurangan, kami mohon saran dan kritik demi
kesempurnaan laporan observasi ini.
Cirebon, 19 Desember
2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
..................................................................................... i
DAFTAR
ISI ................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
C. Tujuan masalah……………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian baca tulis Al- Qur’an……………………………….... 2
B.
Metode-Metode Membaca dan Menulis Al-Quran……………… 3
1. Metode Ceramah……………………………………………… 4
2. Metodologi
Latihan (Drill) ………………………………….... 5
3. Metode Tanya
jawab………………………………………….. 7
4.
Metode Demonstrasi …………………………………………… 9
BAB III PENUTUP ………………………………………………………...12
Simpulan……………………………………………………………..12
Daftar Pustaka………………………………………………………..13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahukan kepada Nabi Muhammad Saw
melalui malaikat jibril. Kitab suci ini memiliki kekuatan yang luar biasa yang
berada diluar kemampuan apapun, kandungan pesan ilahi yang disampaikan kepada
rasul pilihan-Nya pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk
kehidupan individu dan sosial kaum muslimin dalam segala aspeknya.(Amai,2005:1)
Setiap
mukmin mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap Al-Qur’an. Diantara
kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya. Sebagai
kitab suci yang diagungkan dan sumber tertinggi norma hukum kehidupan,
ayat-ayat yang terdapat didalam Al-Qur’an banyak memberi norma-norma yang
secara langsung memotivasi umatnya untuk belajar, mentradisikan, dan
mengaplikasikan kemampuan baca tulis dalam kehidupan.
Pendidikan
Agama Islam merupakan salah satu pelajaran yang pokok di sekolah, dan salah
satu materi yang dipelajari dalam Pendidikan Agama Islam adalah baca tulis
Al-Qur’an. Materi baca tulis Al-Qur’an ini sangatlah penting dan merupakan
pedoman hidup bagi setiap muslim. Setiap umat Islam dituntut untuk dapat
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid. Untuk itu para guru
Agama Islam tidak saja dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, melainkan juga dituntut untuk mengajarkan bagaimana cara
menulis dan menyalin tulisan latin kedalam tlisan Al-Qur’an (bahasa Arab).
B.
Rumusan Masalah
Apa
metode-metode untuk pembelajaran membaca dan menulis Al-Quran?
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui metode-metode pembelajaran membaca dan menulis Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode-metode Untuk Pembelajaran Membaca dan Menulis Al-Quran
A.
Pengertian baca tulis Al- Qur’an
Secara
etimologi kata “baca” adalah bentuk kata benda dari kata kerja “membaca” dan
“tulis” adalah bentuk kata benda dari kata kerja “menulis”. menurut kamus umum
bahasa Indonesia, membaca diartikan melihat tulisan dan mengerti atau dapat
melisankan apa yang tertulis itu (Powerwadarminta, 1976:1058). sementara
menulis diartikan membuat huruf atau angka, melahirkan, pikiran atau gagasan
(Poerwadarminta, 1976:1058). Melahirkan pikiran atau perasaan tidak dapat
dilukiskan tanpa membaca sesuatu yang menjadi sasaran atau objek tulisan.
Membaca
dalam hal berkenaan dengan al-Qur’an dapat diartikan melihat tulisan yang
terdapat pada al-qur’an dan melisankannya. Akan tetapi membaca al-Qur’an bukan
hanya melisankan huruf , tetapi mengerti apa yang diucapkan, meresapi isinya,
serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan sebagai berikut: “Adapun
kalau menggerakan lidah saja, maa akan makin sedikit yang diperolehnya, karena
yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara lidah, akal dan hati.
Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan jalan tartil (membaca
perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang makna dan tujuannya,
sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan peringatan dari apa yang
dipahaminya. (Andrian-FITK.pdf.secured. 2009:18)
Membaca
adalah suatu kegiatan yang melibatkan seluruh struktur mental manusia sebagai
seorang individu. Meski demikian, bukan berarti membaca al-Qur’an dalam arti
melisankan huruf-huruf yang terdapat didalamnya tidak ada gunanya, tetapi
merupakan suatu kebaikan, asal sesuai dengan kaidah-kaidah membaca yang
berlaku.
Sementara
itu dalam hal kemampuan menulis terdapat dua pendekatan, yaitu proses dan
produk. Setiap siswa pada prinsipnya berbeda baik dari segi kemampuan, minat,
kebutuhan, gaya belajar dan sebagainya. Pendekatan proses memandang kegiatan
menuis harus dilaksanakan berdasarkan berbedaan tersebut. Hal mana siswa
membentuk sendiri topic dan gaya menulis sedangkan pada pendekatan produk siswa
diberi rambu-rambu oleh guru.
Menulis
bukan hanya aktivitas melukiskan lambang-lambang grafik melainkan proses
berpikir. Tulisan dapat menolong manusia dalam melatih dan berpikir kritis.
Untuk menumbuhkan budaya menulis siswa pada al-Qur’an dapat dilakukan dengan
mengajarkan kepada siswa bagaimana bentuk-bentuk tulisan yang benar.
Jadi,
baca tulis al-qur’an merupakan kegiantan seseorang dalam melisankan serta
melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Sementara kompetensi baca tulis al-Quran
merupakan kesanggupan seseorang dalam melisankan dan atau membunyikan serta
melambangkan huruf-huruf al-Qur’an. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa
pendidikan al-Qur’an merupakan salah satu materi atau bahan pelajaran dalam pendidikan
yang lama islam untuk mengarahkan siswa kepada kemampuan membaca, menulis,
memahami dan menghayati al-Qur’an untuk menjadikannya sebagai pedoman hidupnya.
(Andrian-FITK.pdf.secured.hlm 19)
B.
Metode-Metode Membaca dan Menulis Al-Quran
Metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemampuan untuk memilih
dan menetapkan suatu metode harus memiliki guru semenjak awal sehingga tidak
salah dalam penggunaan metode tersebut. Pilihan suatu metode sangat bergantung
pada : 1).Tujuan yang ingin dicapai pada proses belajar mengajar. 2).Siswa yang
belajar, mengenai kemampuan dan latar belakangnya. 3).Guru yang mengajar,
mengenai kemampuan dan latar belakangnya. 4).Keadaan proses belajar mengajar.
5).Alat dan sarana yang tersedia. (Depag RI, 1994:85).
Dalam
pembelajaran Al-Qur’an, metode memegang peranan yang tidak kalah penting dalam
komponen-komponen lain. Metode baca dan tulis al-Qur’an adalah suatu cara atau
jalan untuk memudahkan pelaksaan pembelajaran Al-Qur’an. Untuk dapat membaca
dan menulis Al-Qur’an seseorang harus terlebih dahulu mengenal huruf-hurufnya,
karena tanpanya adalah tidak dimungkinkan bisa membaca ataupun menulis
Al-Qur’an.
Pada
dasarnya, metode yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an dibagi dua metodik
yaitu, metodik umum dan metodik khusus. Metode khusus meliputi metode Iqra’,
metode Qa’dah Bagdhadiyyah, dan Qiro’ati. .(Andrian-FITK.pdf .secured.
2009:34). Adapun yang termasuk dalam metodik umum adalah:
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah atau disebut juga dengan metode
mauidzah kekhasanah merupakan metode pembelajaran yang sangat populer di
kalangan para pendidik agama islam. (Munjin.2013:49). Metode ceramah yaitu cara
menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan
kepada anak didik atau khalayak ramai. Ciri yang menonjol dalam metode ceramah,
dalam pelaksanaan pengajaran dikelas, adalah peranan guru tampak sangat
domonan. Adapun murid mendengarkan dengan teliti dan mencatat isi ceramah yang
disampaikan oleh guru didepan kelas. . (Yusuf. 1997: 41).
Menurut Team Didaktik Metodik
Kurikulum IKIP Surabaya (1989: 42),
Ceramah Wajar Digunakan:
a
Apabila
guru akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapatdimana tidak terdapat
bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud.
b
Apabila
guru harus menyampaikan fakta pada siswa yang besar jumlahnya dan karena
besarnya kelompok maka-metode-metode yang lain tidak mungkin dipergunakan.
c
Apabila
guru adalah pembicaraan yang bersemangat dan akan merangsang siswa untuk
melaksanakan sesuatu pekerjaan.
d
Apabila
guru akan menyampaikan pokok yang penting yang telah dipelajari oleh siswa
untuk memungkinkan siswa-siswa melihat lebih jelas perhubungan pokok yang satu
dengan yang lalu.
Simanjuntak (1986) mencoba merangkum
beberapa kelebihan metode ceramah sebagai berikut :
a
metode
ceramah baik digunakan untuk menyampaikan materi yang sulit disampaikan dengan
cara lain, seperti menjelaskan makna ayat-ayat al Qur’an dan hadits, persoalan
keimanan, juga sejarah keimanan, juga sejarah islam.
b
metode
ceramah baik untuk memotivasi anak didik dalam mengembangkan minat, hasrat,
antusiasme, emosi, dan apreasi terhadap suatu pelajaran.
c
memberikan
keterangan-keterangan kepada siswa dalam membantu memecahkan masalah, jika
siswa-siswa menghadapi kesulitan-kesulitan.
Darajat (2001) menyatakan bahwa ada
beberapa kelemahan dari metode ceramah ini. kelemahan-kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut:
a
menjadi
perhatian hanya berpusat pada guru sering dianggap anak didik sebagai sosok
yang selalu benar. di sini tampak bahwa guru lebih aktifdari pada anak didik.
b
secara
tidak di sadari ada unsure pemaksaan dari guru. karena guru aktif berbicara
sedang anak didik hanya pasif mendengar dan melihat apa yang dibicarakan guru,
akibatnya anak didik hanya bisa mengikuti alur pikiran guru yang terkadang
tidak sejalan dengan alur berpikir mereka.( Nasih, 2013:50-51).
Dalam pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an metode ini tepat digunakan misalnya jika ingin menerangkan pelajaran
mengenai pengertian Tajwid dan lain sebagainya.
(Andrian-FITK.pdf.scured.2009:35)
2.
Metodologi Latihan (Drill)
a
Karakteristik
Metode Latihan
Metode latihan drill merupakan
metode pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam, materi yang bisa di ajarkan dengan metode ini diantaranya adalah
materi yang bersifat pembiasaan, seperti ibadah sholat, mengkafani jenazah,
baca tulis al-Qur’an, dan lain-lain.
Secara umum pembelajaran dengan
metode latihan (drill) biasanya digunakan agar siswa: (1) memiliki kemampuan
motoris/gerak, seperti menghafalkan kata-kata, menulis, dan mempergunakan alat;
(2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan;
dan (3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu kedaan dengan yang
lain. (Nasih,2013:91).
Beberapa keuntungan dalam
pemanfaatan metode latihan adalah sebagai berikut:
1)
Bahan
Pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh
tertanam dalam daya ingatan siswa, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan,
dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
2)
Anak
didik akan dapat mempergunakan daya pikirnya dengan bertambah baik, karena
dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti,
dan mendorong daya ingatnya.
3)
Adanya
pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru,
memungkinkan siswa untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini
dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga siswa mengetauhi prestasinya.
Disamping kelebihan yang dipunyai,
juga ada beberapa kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu :
1)
Latihan
yang dilakukan dibawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali
menimbulkan kebosanan.
2)
Tekanan
yang lebih berat, yang diberikan setelah siswa merasa bosan atau jengkel tidak
akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok
belajar atau latihan/ latihan.
3)
Latihan
yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri siswa, baik
terhadap pelajaran maupu terhadap guru
4)
Latihan
yang selalu di berikan dibawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan
inisiatif maupun kreatifitas siswa.
5)
Karena
tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka siswa akan
merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasaan
tidak berdaya. (Nasih, 2013:91-92).
2.
Langkah-langkah
Metode Drill
Dalam pelaksanaanya metode drill
terkadang mengalami beberapa hambatan, terutama yang terkait dengan kesiapan
guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip umum metode drill berikut ini:
1.
Siswa
harus di beri pengertian yang mendalam sebelum di adakan latihan tertentu.
2.
Latihan
untuk pertama kalinya hendak bersikap diagnostik:
a.
Pada
taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna.
b.
Dalam
percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
c.
Respons
yang benar harus diperkuat.
d.
Baru
kemudian diadakan variasi, perkembangan arti dan control.
3.
Masa
latihan tidak perlu terlalu lama, tetapi harus sering dilakukan.
4.
Pada
waktu latihan harus dilakukan proses esensial.
5.
Di
dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan, dan pada akhirnya
kedua-duanyaharus dapat tercapai sebagai kesatuan.
6.
Latihan
harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
a.
Sebelum
melaksanakan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
b.
Ia
perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.
c.
Ia
perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu di perlukan untuk melengkapi
belajar. ( Nasih, 2013:93).
Metode Dril/ latihan siap biasanya
digunakan pelajaran-pelajaran yang bersifat motoris seperti: pelajaran menulis,
pelajaran bahasa, dan pelajaran keterampilan, dan pelajara-pelajaran yang
bersifat kecakapan mental dalam arti melatih anak-anak berpikir cepat. Dalam
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, metode ini sering dipakai untuk melatih
ulangan pelajaran Al-Qur’an. (Andrian-FITK.pdf.scured.2009:37)
3.
Metode Tanya jawab
1)
Pengertian
Tanya Jawab
Metode Tanya jawab ialah penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu
metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab
tentang materi yang ingin di perolehnya.(Armai. 2002:141)
Metode Tanya jawab berbeda dengan
evaluasi . metode Tanya jawab merupakan salah satu teknik penyampaian materi ,
sedangkan evaluasi adalah alat ukur untuk mengukur hasil belajar siswa.
2)
Kelebihan
dan kekurangan metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab juga memiliki
kelebihan dan kekurangan antara lain:
a)
Kelebihan
:
1.
Situasi
kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah fikirannya
dengan berbicara/ menjawab pertanyaan.
2.
Melatih
anak agar berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3.
Timbulnya
perbedaan pendapat antara anak didik akan menghangatkan proses diskusi kelas.
4.
Mendorong
murid lebih aktif dan bersungguh-sungguh, dalam arti murid biasanya segan
mencurahkan perhatian, maka dengan diskusi ia akn lebih berhati-hati dan aktif
mengikuti pelajaran.
5.
Walau
agak lambat , guru dapat mengontrol pemahaman atau engertian murid pada
masalah-masalah yang di bicarakan.
6.
Pertanyaa
dapat memusatkan perhatiansiswa sekalipun ketka itu siswa sedang ribut, jadi
metode Tanya jawab bias digunakan dalam berbagaikondisi khususnya dalam situasi
di mana konsentrasi murid melemah.
7.
Merangsang
siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, termasuk daya ingatan .
8.
Mengembangkan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.
b)
Kekurangan:
1.
Apabila
terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi, bias memakan waktu yang lama untuk
menyelesaikannya.
2.
Kemungkinan
akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terutama apabila mendapatkan
jawaban yang menarik perhatiannya.
3.
Tidak
dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
4.
Siswa
merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong sswanya untuk berani
menciptakan suasana yang santai dan bersahabat.
5.
Tidak
mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
6.
Waktu
sering terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai
dua atau tiga orang.
7.
Dalam
jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan pertanyaan kepada setiap
siswa.(Armai, 2002:142-143).
3)
Langkh-langkah
Penggunaan Metode Tanya Jawab.
a.
Menentukan
tujuan yang akan dicapai.
b.
Merumuskan
pertanyaan yang akan diajukan.
c.
Pertanyaan
akan diajukan kepada siswa secara keseluruhan, sebelum menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab.
d.
Membuat
ringkasan hasil Tanya jawab, sehingga diperoleh pengetahuan secara sistematis.
(Armai, 2002:144)
4)
Jenis-jenis
pertanyaan
Terdapat beberapa cara untuk
menggolong-golongankan jenis-jenis pertanyaan. beberapa di antaranya:
jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya, jenis-jenis pertanyaan menurut
taksonomi Bloom, dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas-sempit pertanyaan. (Hasibuan,
2008:15).
Dalam pembelajaran baca tulis
Al-Qur’an, metode tanya jawab dapat diterapkan dalam menyajikan bahan pelajaran
tajwid serta pokok-pokok bahasan lainnya yang mengandung nilai tanya jawab.
(Andrian-FITK.pdf.2009:37)
4.
Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi merupakan metode
yang menggunakan paragaan untuk mempeerjelas suatu pengertian atau untuk
memperhatikan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik (Derajat, 2011).
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu anak
didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta (data) yang
benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang
memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu. Metode demonstraso ini,
dapat diteapkan dalam pembelajaran pendidikan agama islam khususnya terkait
dengan materi keterampilan, seperti praktek membaca al-Quran, shalat,
mengkafani jenazah, tayamum dan pelaksanaan haji.( Nasih, 2013:63)
1)
Karekteristik
Metode Demonstrasi
Beberapa keuntungan metode
demonstrasi antara lain:
a.
Perhatian
siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga
hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya. Perhatian siswa lebih
mudahdipusatkan pada proses belajar dan tidak tertujupada hal-hal lain.
b.
Dapat
mengurangi beragam kesalahan apabila dibandingkan dengan halnya membaca dalam
buku, karena siswa telah memeperoleh gambaran yang jelas dari hasil
pengamatannya.
c.
Apabila
siswa turut aktif bereksperimen, maka anak didik akan memperoleh
pengalaman-pengalaman praktik untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh
pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
Adapun kelemahan metode demonstrasi antara lain:
a.
Demonstrasi
merupakan metode yang kurang tepat apabila alat yang didemonstrasikan tidak
diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat itu terlalu kecil, atau
penjelasan-penjelasan tidak jelas.
b.
Demonstrasi
menjadi kurang efektif apabila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas dimana
siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu sebagai
pengalaman yang berharga.
c.
Tidak
semua hal dapat didemonstrsikan didalam kelas. Misalnya alatalat yang sangat
besar atau berada ditempat lain yang jauh dari kelas.
d.
Kadang-kadang,
apabila sesuatu alat dibawa kedalam kelas kemudian didemonstrasikan, siswa
melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang
sebenarnya. (Nasih, 2013: 64)
2)
Langkah-lankah
Metode Demonstrasi
Beberapa pentunjuk penggunaan metode
demonstrasi
a.
Perencanaan:
1)
menentukan
tujuan demonstrasi
2)
Menetapkan
langkah-langkah pokok demonstrasi dan eksperimen.
3)
menyiapkan
alat-alat yang diperlukan
b.
Pelaksanaan:
1)
mengusahakan
agar demonstrasi dan eksperimen dapat diikuti, diamati oleh seluruh kelas.
2)
Menumbuhkan
sikap kritis pada siswa sehingga terjadi tanya jawab, dan diskusi tentang masalah
yang didemonstrasikan.
3)
Memeberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa merasa yakin
tentang suatu proses.
4)
Membuat
penilaian dari kegiatan siswa dalam eksperimen tersebut. (Nasih, 2013:65)
BAB III
PENUTUP
Membaca dalam hal berkenaan dengan al-Qur’an dapat diartikan
melihat tulisan yang terdapat pada al-qur’an dan melisankannya. Akan tetapi
membaca al-Qur’an bukan hanya melisankan huruf , tetapi mengerti apa yang
diucapkan, meresapi isinya, serta mengamalkannya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan
sebagai berikut: “Adapun kalau menggerakan lidah saja, maa akan makin sedikit
yang diperolehnya, karena yang dinamakan membaca harus ada perpaduan antara
lidah, akal dan hati. Pekerjaan lidah adalah membenarkan bunyi huruf dengan
jalan tartil (membaca perlahan-lahan dan teratur). Pekerjaan akal mengenang
makna dan tujuannya, sedangkan pekerjaan hati adalah menerima nasehat dan
peringatan dari apa yang dipahaminya.
Dalam pembelajaran Al-Qur’an, metode
memegang peranan yang tidak kalah penting dalam komponen-komponen lain. Metode
baca dan tulis al-Qur’an adalah suatu cara atau jalan untuk memudahkan
pelaksaan pembelajaran Al-Qur’an. Untuk dapat membaca dan menulis Al-Qur’an
seseorang harus terlebih dahulu mengenal huruf-hurufnya, karena tanpanya adalah
tidak dimungkinkan bisa membaca ataupun menulis Al-Qur’an..
Pada dasarnya, metode yang digunakan
dalam pembelajaran Al-Qur’an dibagi dua metodik yaitu, metodik umum dan metodik
khusus. Metode khusus meliputi metode Iqra’, metode Qa’dah Bagdhadiyyah, dan
Qiro’ati. .(Andrian-FITK.pdf .secured. 2009:34). Adapun yang termasuk dalam
metodik umum adalah: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode Drill/latihan
dan metode demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Armai,Arief.2002.
Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Intermasa.
Andrian-FITK.pdf.secured.2009.
(online), (http://books.google.co.id), diunduh 27 Februari 2014 7. pukul
10:07 WIB).
Depag
RI.1994. Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tahun 1994. Jakarta: Dirjend Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Hasibuan,
dan Moedjiono.2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.
Nasih,
Ahmad Munjin, dan Lilik Nurkholidah. 2013.Metode Dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama.
Team
Didaktik Metodik Kurikulum IkIP
Surabaya.1989. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM.Jakarta : CV.
Rajawali.
Yusuf,
Tayar, dan syaiful Anwar. 1997. Metodologo pengajaran agama dan bahasaarab. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Poerwadarminta,
W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Komentar
Posting Komentar