KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM
KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas
Terstruktur
Mata
Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Iwan Ahenda, M.Ag
Oleh:
ERNA ERLINA (14121110049)
SITI
LABIBAH (14121120017)
ULI ALFIYANI (14121110130)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By
Pass Sunyaragi Cirebon-Jawa Barat 45132
2015
2015
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI i
PEMBAHASAN 1
A.
Konsep Filosofis Pendidikan
Islam 2
B.
Komponen Dasar Pendidikan Islam 2
1. Tujuan Pendidikan 3
2. Peserta didik 4
3. Pendidik 5
4. Isi Pendidikan 10
5. Konteks yang
mempengaruhi suasana Pendidikan 11
6. Metode Pendidikan 12
7. Sarana
Pendidikan 12
PENUTUP 13
Simpulan 13
DAFTAR
PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan umat manusia. Karenanya manusia harus senantiasa mencari dan menuntut
ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah
satu faktor penting yang mengharuskan manusia untuk selalu mengembangkan
keilmuannya agar dapat beradaptasi di dunia modern yang kaya akan kemajuan ilmu
dan teknologi. Dibalik kemajuan yang pesat ilmu pengetahuan dan
teknologi kita sebagai umat muslim hendaknya memberikan perhatian
kepada dunia pendidikan Islam. Karena sebagai seorang muslim kita tak dapat
cukup menguasai ilmu pengetahuan teknologi yang bersifat duniawi saja, karena
ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi itu hanya sebagai jalan kita sebgai
muslim untuk mencapai kehidupan yang kekal yaitu kehidupan akherat. Maka untuk
mencapai tujuan utama umat muslim, kita harus membalut semua aktivitas dengan
nilai-nilai Islam, salah satu jalan untuk mencapainya yaitu dengan jalan
mempelajari Pendidikan Islam.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep filosofis pendidikan Islam
?
2. Apa saja komponen dasar pendidikan Islam ?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalh ini yaitu :
1.
Untuk menegetahui dan memahami konsep filosofis
pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui komponen dasar pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP FILOSOFIS TENTANG KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Konsep Filosofis Pendidikan
Islam
Filsafat
Pendidikan Islam merupakan studi tentang
penggunaan dan penerangan metode dan sistem filsafat Islam dalam memecahkan
problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan
yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa konsep filosis pendidikan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya dari aspek akal (berwawasan yang luas dan intlektual dalam
pemikirannya), hati (mempunyai hati nurani yang tulus untuk menjalankan dan
mengaplikasikan nilai-nilai keislaman pada kehidupan sehari-hari), jasmani
(mempunyai jasmani, jiwa dan raga yang selalu berniat untuk kepentingan Islam)
serta rohaninya (membangun jiwa-jiwa muslim yang selalu menegakkan panji-panji Islam)
untuk dikembangkan agar menjadi manusia yang selalu bertumpu pada nilai-nilai
Islam serta dapat memecahkan problem atau hambatan yang ada pada pendidikan
Islam.[1]
B.
Komponen Dasar Pendidikan Islam
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem
yang memiliki peran dalam keseluruhan
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan
berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil
dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya
proses pendidikan atau terlaksananya proses pendidikan minimal terdiri dari 8 komponen, yaitu 1) tujuan
pendidikan, 2) peserta didik, 3) pendidik, 4) isi pendidikan dan 5) konteks
yang mempengaruhi suasana pendidikan, 6) Metode pendidikan, 7)
lingkungan pendidikan, dan 8) sarana pendidikan. Berikut akan diuraikan satu
persatu komponen-komponen tersebut.
1.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan Islam tidak lain adalah tujuan yang merealisasi idealitas Islami.
Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai
prilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan takwa kepada Allah
sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati. Ketaatan kepada kekuasaan
Allah yang mutlak itu mengandung makna penyerahan diri secara total kepada-Nya.
Penyerahan diri secara total kepada Allah menjadikan manusia menghambakan diri
hanya kepadanya semata.[2]
Sebagai ilmu pengetahuan
praktis, tugas pendidikan dan atau pendidik maupun guru ialah menanamkam
sistem-sistem norma tingkah-laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar
filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan danpendidik dalam suatu
masyarakat .
Adapun tujuan pendidikan Islam
itu sendiri identik dengan tujuan Islam sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah
memebentuk manusia yang berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam.
2.
Peserta didik
Peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan tertentu (UU Sisdiknas, ps. 1 ayat 4). Dalam pendidikan
Islam, yang menjadi peserta didik itu bukan hanya anak-anak, melainkan juga
orang dewasa yang masih berkembang, baik fisik maupun psikisnya. Hal itu sesuai
dengan prinsip bahwa pendidikan Islam itu berakhir setelah seseorang meninggal
dunia. Buktinya, orang yang hampir wafat masih dibimbing mengucapkan kalimat
tauhid.
Sebutan untuk
peserta didik beragam. Di lingkungan rumah tangga, peserta didik disebut
anak. Di sekolah/madrasah, ia disebut siswa. Pada tingkat pedidikan tinggi, ia
disebut mahasiswa. Dalam lingkungan pesantren, sebutannya santri. Sedangkan di
majelis taklim, ia disebut jamaah (anggota).
Dalam bahasa
Arab juga terdapat term yang bervariasi. Di antaranya thalib,
muta’allim, dan murid. Thalibberarti orang yang menuntut
ilmu. Muta’allim berarti orang yang belajar dan murid berarti
orang yang berkehendak atau ingin tahu.
Peserta didik dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang
hanya menanti guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi. Peserta
didik adalah anak yang dinamis yang
secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus
asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa
mengarahkan kehendak dan tujuannya kepada peserta didik. Membicarakan
pendidikan berarti membicarakan keterkaitannya aktivitasnya, dan pemberian
bimbingan kepadanya. Seimbang dengan kewajiban pendidik untuk menyampaikan
ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama Allah.dan
Allah berjanji akan meninggikan derajat orang yang beriman dan orang yang
berilmu.[3]
3.
Pendidik
Dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik
adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik
adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang
mandiri.[4]
Salah satu komponen penting
dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan
sekolah saja. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai
pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun
informal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.
Guru sebagai pembimbing murid
dalam upaya dan rencana penyelesaian
masalah atau “problem solving”. Guru mestilah membantu siswa menentukan
persoalan-persoalan yang berarti, melokasikan sumber data yang relevan,
menafsirakan dan mengevaluasi ketepatan data, dan merumuskan kesimpulan. Oleh
karena itu, menjadi pendidik hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkanmencari keridhoan
Allah swt semata.
b.
Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa,
terhindar dari dosa besar, sifat ria’ (mencari nama), dengki, permusuhan,
perselisihan, dan lain-lain sifat yang tercela.
c.
Ikhlas dalam pekerjaan.
d.
Suka pemaaf.
e.
Guru merupakan seorang bapak ketika ia menjadi seorang guru.
Syaifullah (1982) mendasarkan
pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori
pendidik adalah:
1) Orang dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik
dilandasi oleh sifat umum kepribadian orang dewasa , yakni:
a) Manusia yang memiliki pandangan
hidup prinsip hidup yang pasti dan tetap,
b)
Manusia yang telah memiliki
tujuan hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik
c)
Manusia yang cakap mengambil
keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri dan yang akan
dipertanggungjawabkan sendiri
d)
Manusia yang telah cakap menjadi
anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif,
e)
Manusia yang telah mencapai umur
kronologs paling rendah 18 th,
f)
Manusia berbudi luhur dan
berbadan sehat,
g)
Manusia yang berani dan cakap
hidup berkeluarga, dan manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.[6]
2)
Orang tua
Kedudukan orang tua sebgai
pendidik, merupakan pendidik yang kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan
yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak
yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
Dalam Islam,
pendidik memiliki beberapa istilah seperti muallim, muaddib, murabbi dan ustad:
a. Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi
pendidik sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu
b. Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik
sebagai Pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan
c. Murabbi: istilah ini lebih menekankan
pengembangan dan pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah
d. Ustad: istilah ini merupakan istilah umum yang
sering dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang sering disebut sebagai
guru.[7]
Adapun Untuk mewujudkan pendidik yang
professional sekaligus yang berkompeten dalam pendidikan Islam, didasari
dari tuntutan Nabi Saw karena beliau satu-satunya pendidik yang paling berhasil
dalam rentang waktu yang singkat, sehingga diharapkan dapat mendekatkan
realitas pendidik dengan yang ideal (Nabi Saw). Keberhasilan Nabi Saw, sebagai
pendidik didahului oleh bekal kepribadian (personality) yang berkualitas unggul
ini ditandai dengan kepribadian Rasul yang dijuluki Al-Amin yakni orang yang sangat jujur dan
dapat dipercaya, kepedulian Nabi terhadap masalah-masalah sosial religius, serta semangat dan ketajamannya
dalam iqro’ bismirobbik. Kemudian beliau
mampu mempertahankan dan mengembangkan kualitas iman dan amal saleh, berjuang
dan bekerja sama menegakkan kebenaran (QS. al-Asher, al-Kahfi:20), mampu
bekerja sama dalam kesabaran (QS. al-Asher: 3, al-Ahqaf:35, ali-Imran:200)[8]
.Berikut ini adalah kompetensi pendidik
dalam pendidikan Islam :
a.
Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah
menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih
yang akan diinternalisasikan kepada peserta didiknya. Misalnya nilai
kejujuran,musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan, ketertiban dan
sebagainya. Nilai tersebut perlu dimiliki pendidik sehingga akan terjadi
transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai) antara pendidik dan
anak didik baik langsung maupun tidak langsung atau setidak-tidaknya terjadi
transaksi (alih tindakan) antara keduanya.
b.
Kompetensi Sosial-Religius
Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya
terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran Islam. Sikap gotong
royong, tolong menolong, egalitarian (persamaan derajat antara sesame manusia),
sikap toleransi dan sebagainya juga perlu dimiliki oleh pendidik untuk
selanjutnya diciptakan dlam suasana pendidikan Islam dalam rangka
transinternalisasi sosial atau transaksi sosial antara pendidik dan anak didik.
c.
Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar yang ketiga ini menyangkut kemampuan untuk
menjalankan tugasnya secara professional dlam arti mampu membuat keputusan
keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan
teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.[9]
3)
Masyarakat
Selain orang dewasa, orang tua dan guru, pemimpin masyarakat
dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat
menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan
atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagamaan sebagai
pendidik, tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerohanian
manusia, yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.[10]
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua faktor yang
mempengaruhi potensi dan kecendrungan anak, semisal rumah (keluarga) di mana
anak tersebut tinggal, sekolah tempat ia belajar, lapangan tempat ia bermain
dan masyarakat dimana ia bergaul. Lingkungan dimana manusia itu hidup akan mengantarkannya
kepada melihat sesuatu, atau mendorongnya memiliki keyakinan tertentu. Dengan
sarana lingkungan inilah secara gradual tumbuh kokoh di dalam jiwanya cara
tertentu yang mesti ia jalani ialah berupa sopan santun, pergaulan, percakapan,
perbuatan beserta aturannya, tugasnya dan lain-lain. Lingkungan akan
mengokohkan jiwanya, bagaimana cara bergaul dengan lainnya, bagaimana
berbincang-berbincang dengannya dan bagaimana cara mempraktikan ilmunya sampai
sukses. Berkaitan dengan lingkungan (masyarakat) ini, al-abrasy menyebutkan
bahkan lingkungan sosial (masyarakat) itu memiliki pengaruh besar bagi
perkembangan pendidikan.
4)
Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan
yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu
disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum
dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan
berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang
ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat
manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan.
Macam-macam isi pendidikan
tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis,
pendidikan sosial, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan
peindidikan jasmani.[11]
Dalam pendidikan Islam pengertian kurikulum pendidikan Islam jika
kita kaji dari kamus bahasa Arab, maka kita akan mendapati satu kata manhaj
yang berarti kurikulum, yang mempunyai makna jalan yang terang, atau jalan yang
terang yang dilalui manusia pada berbagai kehidupan. Dalam bidang pendidikan
Islam kurikulum (manhaj) dimaksudkan sebagai jalan terang yang dilalui oleh
pendidik atau siswa umtuk mengembangkan pengetahuan. [12]
Dalam dunia pendidikan Islam kurikulum adalah lingkaran pengajaran dimana guru
dan murid terlibat di dalamnya.[13]
Kurikulum pendidikan Islam adalah suatu rancangan yang dirancang
oleh guru, yang melibatkan peserta didik untuk mempersiapkan apa saja yang akan
dilakukan oleh guru dan siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung
untuk membimbing dan mengembangkan potensi pengetahuan, keterampilan, tingkah
laku, sikap dan mental peserta didik yang selaras dengan nilai-nilai Islam.
Dalam pandangan Al-Abrasy, penyusunan kurikulum itu hendaknya
berpegang pada beberapa prinsip yaitu: pertama, pertimbangan pada adanya pengaruh
mata pelajaran itu di dalam pendidikan jiwa serat kesempurnaan jiwa; kedua, adanya pengaruh suatu pelajaran
dalam menjalani cara hidup yang mulia, sempurna, seperti pengaruh ilmu akhlak,
hadis, fiqh atau lainnya; ketiga, perlunya menuntut ilmu karena ilmu
itu sendiri;keempat, mempelajari
ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan di anggap yang terlezat bagi manusia; kelima, prinsip kejuruan, teknik, dan
industrialisasi buat mencari penghidupan dan keenam, mempelajari beberapa mata
pelajaran adalah alat pembuka jalan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Dengan
demikian kurikulum pendidika Islam meliputi kepentingan ukhrawi atau spritual
pada poin ke satu dan kedua, dan kepentingan duniawi pada point ke tiga samapai
point ke enam.
5)
Konteks yang mempengaruhi suasana Pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi
segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada
sekolah saja. Lingkungan pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan
kebudayaan yang terdiri dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial
politis, lingkungan sosial.
6)
Metode
Pendidikan
Metode adalah salah satu komponen kependidikan Islam. Secara
literlik, kata metode berasal dari bahasa
Greek yang terdiri dari kata “meta” yang berarti melalui dan “hodos” yang
berarti jalan, jadi arti metode adalah jalan yang dilalui. Runnes sebagaiman
yang dikutip oleh Muhammad Noor Syam, mengemukakan arti metode yaitu:
a)
Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan.
b)
Suatu teknik yang mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu
pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c)
Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
Menrurut pandangan islam, As-syaibany menjelaskan bahwa metode
pendidikan islam adalah segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru
dalam langkah kemestian-kemestian mata pelajaran yang di ajarkan ciri
perkembangan peserta didiknya.[14]
7)
Sarana Pendidikan
Sarana atau media pendidikan
berguna untuk membantu dalam proses pendidikan sehingga sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Pendidikan islam memerlukan sarana dan
prasarana untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas sebagai upaya pertanggung
jawaban pada masyarakat muslim. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang terselenggaranya proses transformasi dalam pendidikan
bentuknya berupa benda atau barang, seperti tanah, bangunan sekolah, jalan dan
transportasi yang menghubungkan masyarakat dengan sekolah, lapangan olahraga
dan sebagainya. [15]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
A. Konsep
Filosofis Pendidikan Islam
konsep filosis pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya
dari aspek akal (berwawasan yang luas dan intlektual dalam pemikirannya), hati
(mempunyai hati nurani yang tulus untuk menjalankan dan mengaplikasikan
nilai-nilai keislaman pada kehidupan sehari-hari), jasmani (mempunyai jasmani,
jiwa dan raga yang selalu berniat untuk kepentingan Islam) serta rohaninya
(membangun jiwa-jiwa muslim yang selalu
menegakkan panji-panji Islam) untuk dikembangkan agar menjadi manusia yang
selalu bertumpu pada nilai-nilai Islam serta dapat memecahkan problem atau
hambatan yang ada pada pendidikan Islam.
B. Komponen
Dasar Pendidikan Islam
Komponen-komponen yang
memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses pendidikan minimal terdiri dari 8 komponen, yaitu
1) tujuan pendidikan,
2) peserta didik,
3) pendidik,
4) isi pendidikan,
5) konteks yang mempengaruhi
suasana pendidikan,
6) Metode pendidikan,
7)
lingkungan pendidikan, dan
8)
sarana pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Syaibani, Omar
Muhammad Al-Toumy. 1979. Falasafah
Pendidikan Islam, Jakarta:
Bulan Bintang.
Ariffin, Muzayyin. 2012. Filsapat
Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Assegaf, Abd. Rachman. 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Grafindo
Persada.
Basuki dan M. Miftahul Ulum. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo:
STAIN Po Press.
Majid, Abdul dan Jusuf
Mudzakir. 2008. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kencana,
Marno. 2010. Strategi dan Metode Pengajaran. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Nata ,Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kencana.
Nizar, dkk. 2002. Filsafat
pendidikan Islam. Jakarata:
Intermasa.
Rionata. (2012). Konsep Filosofis
Tentang Komponen. [Online]. Tersedia:
http://rionata93.blogspot.com/2012/08/konsep-filosofis-tentang-komponen.html. (03/04/2015)
Anonim. (2013). Komponen Dasar
Pendidikan Islam. [Online]. Tersedia: http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/komponen-dasar-pendidikan-islam.html. (03/04/2015)
[1] Rionata. (2012). Konsep Filosofis Tentang Komponen.
[Online]. Tersedia: http://rionata93.blogspot.com/2012/08/konsep-filosofis-tentang-komponen.html. (03/04/2015)
[3]
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta:Grafindo
Persada, 2011, hal. 113
[6]Anonim. (2013). Komponen Dasar Pendidikan Islam.
[Online]. Tersedia: http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/komponen-dasar-pendidikan-islam.html. (03/04/2015)
[9] Ibid.,hlm.
96
[10]Anonim. (2013). Komponen Dasar Pendidikan Islam.
[Online]. Tersedia: http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/komponen-dasar-pendidikan-islam.html. (03/04/2015)
[11]Anonim. (2013). Komponen Dasar Pendidikan Islam.
[Online]. Tersedia: http://serbamakalah.blogspot.com/2013/02/komponen-dasar-pendidikan-islam.html. (03/04/2015)
[12]
Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani, Falasafah
Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, hal. 478
[14]
Nizar, dkk, Filsafat
pendidikan Islam, (Jakarata:
Intermasa, 2002), hal. 65-67
[15] Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Ponorogo:
STAIN Po Press, 2007, hal. 130
Komentar
Posting Komentar