Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah : Psikologi
Umum
Dosen Pengampu: Drs. Abu Khaer, M.Ag
Disusun
:
Erna
Erlina 14121110049
(Tarbiyah/PAI
– A/2)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
Jl.Perjuangan
By Pass Sunyaragi Cirebon Telp. (0231) 481264
Tiada kata yang patut kami ucapkan
melainkan rasa syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kajian walaupun dalam bentuk yang
sangat sederhana.Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang telah memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan di muka bumi ini dalam
wujud Islam sebagai kebenaran.
Ucapkan
terimakasih kami kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga makalah yang berjudul “Faktor-Faktor yang mempengaruhi
individu” dapat terselesaikan.
Penulis
menyadari makalahi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan di masa mendatang. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan khususnya bagi penulis.
Cirebon, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor
Hereditas (genetic)……………………………….………………….3
B. Faktor
Lingkungan……………………….…………………………………6
C. Faktor
Kematangan……………….………………………...........................8
D. Teori
Nativisme……………………………………………………………..9
E. Teori
Empirisme……………………………………………………………13
F. Teori
Konvergensi……………………………………………………….…14
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan…………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang
lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth)
berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development). Pengertian
perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak
begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang
bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.
Perkembangan juga berkaitan dengan
belajar khususnya mengenai isi proses perkembangan: apa yang berkembang
berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu
dipelajari. Suatu definisi yang relevan dikemukakan oleh Monks sebagai berikut:
“perkembangan psikologis merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses
tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukkan tingkah laku apa yang
menjadi actual dan terwujud. Dalam hal perkembangan ini banyak faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya faktor genetika, faktor lingkungan, dan faktor
kematangan. Adapun teori-teori tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan
itu diantaranya teori Nativisme, Empirisme dan faktor Konvergensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
kami akan merumuskan masalah – masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan
nanti, yaitu :
1.
Apa saja faktor - faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu?
2.
Apa saja teori-teori faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, kami
bertujuan untuk menjelaskan hal – hal yang mempengaruhi atau faktor – faktor
perkembangan di antaranya sebagai berikut :
1.
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu
2.
Menjelaskan teori-teori faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu.
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu
A. Faktor Hereditas ( genetika)
Hereditas adalah kecenderungan untuk berkembang mengikuti pola-pola
tertentu, seperti misalnya kecenderungan untuk berjalan tegak, kecenderungan
bertambah besar, kecenderungan untyk menjadi orang lincah atau pendiam dan
sebagainya.kecenderungan ini tidak hany terdapat selama masa kanak-kanak,
melainkan tetap ada pada diri kita selama masih hidup kita. Akan tetapi
kecenderungan- kecenderungan tersebut tidak mungkin akan berwujud menjadi
kenyataan kalau seandainya tidak mendapatkan kesempatan dan rangsangan dari
luar untuk berkembang.
1.
Hereditas
Terdapat Pada Sel-Sel Benih
Pada manusia sel tunggal merupakan sebuah sel telur ( ovum) yang sudah
dibuahi yang kerapkali juga disebut zygote. Zygote ini terbentuk karena
persatuan antara ovum yang berasal dari ibu dan spermato zoon yang berasal dari
ayah. Dalam lingkungan guwagraba ( uterus) ibu zygote tadi tumbuh dan
berkembang dengan jalan membelah diri menjadi 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya
sampai berjuta-juta dan bermilyard-milyard jumlahnya. Dalam proses pembelahan
tadi terjadi pula differensisasi atau pembagian fungsi dari sel-sel tersebut
menjadi sel otot, syaraf, kelenjar, kulit dan sebagainya.
Setiap sel mengandung sebuah nucleus ( inti) yang berbeda dengan bagian
sel lainnya. Pembelahan sel selalu dimulai dengan pembelahan nucleus. Nucleus
inilah yang mempunyai arti penting bagi hereditas. Didalam nucleus dari suatu
zygote kita temukan pasangan benang-benang yang disebut kromosom yang banyaknya
23 pasang, 23 buah berasal dari ibu dan 23 buah berasal dari ayah.
Kromosom-kromosom ini ada yang panjang dan ada pula yang pendek. Dalam ke 23
pasang kromosom itu terdapat satu pasang kromosom yang disebut kromosom seks,
karena kromosom inilah yang menentukan jenis individu baru.
Setiap kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir menyerupai merjan yang
disebut genes. Seperti halnya dengan kromosom, gees ini pun terdapat dalam
pasangan –pasangan, sebuah berasal dari ayah dan sebuah lagi berasal dari ibu.
2.
Genes
Sebagai Pembawa Sifat Hereditas.
Setiap kromosom terdiri dari rangkaian butir-butir yang menyerupai
merjan. Genes inilah yang merupakan unsur-unsur pembawa sifat hereditas. Jadi
apakah seorang anak akan mempunayai kulit hitam atau kuning, rambut keriting
atau kejur, perawakan tinggi atau pendek, cerdas atau kurang cerdas, periang
atau pemurung ditentukan oleh sifat-sifat yang ada pada genes ini. Penyelidikan
dalam ilmu genetika telah berhasil mengetahui lokalisasi dari genes-enes
tertentu pada kromosom tertentu. Diperkirakan dalam setiap kromosommanusia
terdapat sekitar tiga ribu genes. Seperti hanya dengan kromomosom, genes-genes
ini pun dalam pasangan-pasangan, sebuah berasal dari ibu dan sebuah berasal
dari ayah.
Karena kombinasi dari genes ini pada pada waktu konsepsi terjadi secara
kebetulan, maka dapatlah dimengerti mengapa sifat-sifat dasar anak-anak dari
oaring tua yang sama tidak pernah sama, kecuali kalau mereka merupakan anak
kembar yang berasal dari satu telur. Begitu juga demikian nucleus ovum dan
nucleus spermatozoum bersatu pada waktu konsepsi ( yang berarti pula bersatunya
genes dari pihak ayah dan genes dari pihak ibumenurut suatu cara tertentu),
maka sifat-sifat anak lahir ataupun batin, telah ditentukan. Jika hal ini sudah terjadi, maka tak ada
kekuatan yang bisa mengubahnya. Sifat-sifat yang ditentukan pada waktu ini akan
tetapi dibawa individu selama hayatnya dan akan mempengaruhi penilaiannya
terhadap lingkungannya.( patty, 1982: 56-57).
Seberapa jauh kuatnya pengaruh sifat keturunan yang berasal dari ayah
ibunya, sangat bergantung kepada pengaruh besarnya kwalitas gene-gene dari
masing-masing orang Tanya.
Cirri-ciri tingkah laku atau sifat yang mungkin bisa diturunkan sebagai
faktor bawaan dari orang tua kepada anaknya terbagi menjadi 5 prinsip yakni:
1) Prinsip
Reproduksi
Sifat-sifat tingkah laku yang
diturunka hanyalah bersifat reproduksi
yaitu memunculkan kembali apa yang sudah ada pada hasil perpaduan benih,
penurunan sifat berlangsung dengan melalui sel benih bukan sel badan. Dengan
demikian tingkah laku atau kecakapan orang tua yang diperoleh melalui hasil
pengalaman atau belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan adalah
sifat-sifat strukturil, karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk
kecakapan anaknya.
2) Prinsip
Konformitas
Setiap proses heriditet akan mengikuti
pola-pola keseragaman dari jenis generasi sebelumnya yakni seorang anak
akan memiliki sifat-sifat yang
diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya. Sebagai contoh: keturunan
orang-orang Arab akan memiliki cirri-ciri yang seragam, demikian pula orang
Eropa, Gegro dan sebagainya.
3) Prinsip
Variari
Setiap proses hariditet akan terjadi
penurunan yang bervariasi. Kecuali situasi dan kondisi menyebabkan
bervariasinya produksi benih. Penurunan sifat kepada anak dari orang tua sangat
bervariasi dikarenakan jumlah gene-gene dalam khromosom amat banyak, maka
kombinasi gene-gene setiap pembuahan akan mempunyai kemungkinan yang banyak
pula. Dengan demikian untuk setiap proses heiditet akan terjadi penurunan yang
bervariasi. Keculi itu stuasi dan kondisi menyebankan bervariasina produksi
benih.
4) Prinsip
Regresi Filial
Penurunan sifat cenderung menuju kearah
rata-rata dari kedua orang tuanya. Misalkan orang tua yang cerdas akan
berkecendrungan memiliki keturunan yang kurang cerdas.
5) Prinsip
Menyilang
Menurut prinsip ini bahwa apa yang
diturunkan oleh masing-masing orang tua kepada anak-anaknya mempunyai sasaran
menyilang, seperti seorang anak perempuan akan lebih banyak mempunyai
sifat-sifat ayahnya dan seorang anak laki-laki akan lebih banyak mempunyai sifat-sifat
ibunya. ( Abu khaer, 1993: 28-29).
B. Faktor Lingkungan
Lingkungan
adalah segala akan lahir sebagai bayi yang sehat. yang mengelilingi individu
didalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan pisik seperti orang tuanya,
rumahnya, kawan-kawannya bermain, masyarakat sekitanya maupun dalam bentuk
lingkunganpsikologis seperti misalnya perasaan-perasaan yang dialaminya,
cita-citanya, persoalan-persoalan yang dihadapinya dan sebagainya. Sejak lahir,
malahan sejak didalam kandungan, seorang individu selalu dipengaruhi oleh
lingkungannya. Jikalau selama masa-masa dalam kandungan, ibunya mendapat
makanan-makanan yang sehat, melakukan latihan-latihan olah raga yang tepat,
mengalami ketentraman batin dan sebagainya, maka bayi yang ada dalam kandungan
kemungkinan besar akan lahir sebagai seorang bayi yang sehat.
Begitu
juga semenjak ia lahir didunia perkembangan anak itu akan tetap dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya, oleh jumlah dan
kualitas makanan yang diterimanya, oeh jadwal pemeliharaannya tiap hari, begitu
juga oleh suhu lingkungannya. Pengaruh yang tidak kalah pentingnya ialah
bagaimana sikap dan tingkah laku orang dewasa disekitarnya terhadap dirinya. (
patty, 1982: 58-59).
Jika
dilihat dari segi bentuk, maka lingkungan manusia itu pada pokoknya terdiri
atas dua golongan yaitu: lingkungan dalam (linner environment) dan lingkungan
luar ( outer environment).
1) Lingkunagn
dalam (innerenvironment)
Lingkunagn dalam adalah hal-hal yang
pada mulanya berasal dari luar individu, yang kemudian masuk kedalam tubuh dan
bersatu dengan sel-sel tubuh individu seperti makanan, minuman, udara dan
sebagainya, merupakan lingkungan dalam individu. Hormon-hormon serta berbagai
cairan tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubuh merupakan lingkungan
dalam. Adapun hal-hal yang termasuk
kapada lingkungan dalam itu memberikan rangsangan kepada individu,
mempengaruhi kegiatan dan perkembangannya. Individu akan merasa lapar atau
dingin bila persediaan makan dalam tubuh berkurang, merasa sesak nafas bila zat
pembakar berkurang.
2) Lingkungan
luar (outer environment)
Lingkungan luar adalah segala sesuatu
yang merangsang dan melibatkan individu yang berasal dari luar, lingkungan luar
individu mungkin berada jauh dari individu, asal memberikan rangsangan dan
menyebabkan individu terlibat kedalamnya. Adapun yang termasuk lingkungan luar
itu terdiri dari:
a. Lingkunagn
alam ( physical environment)
Lingkungan alam adalah segala sesuatu
disekitar individu yang berupa benda-benda alam atau fisik yang termasuk kepada
lingkunagn alam semesta alam semesta alam antara lain: makanan, tumbuh-tumbuhan,
binatang, iklim, minuman, pakaian peralatan dan sebagainya.
b. Lingkungan
sosial
Manusia sebagai makhluk sosial,
mempunyai kemampuan untuk hidup dan berinteraksi bersama manusia lainnya.
Individu selalu membutuhkan orang lain. Individu tidak bisa hidup dengan
sempurna tanpa berinteraksi dengan individu yang lainnya. Interaksi individu
dengan individu lainnya merupakan lingkungan sosial yang banyak berpengaruh
terhadap perkembangan dan kepribadian seseorang.
c. Lingkungan
budaya
Kebudayaan yaitu segala sesuatu ciptaan
manusia sebagai usaha untuk mempertahankan hidupnya, misalnya: ilmu
pengetahuan, peranturan-peraturan, bahasa seni, olah raga dan sebagainya.
Kebudayaan merupakan lingkungan bagi individu dan mempengaruhi tingkah laku
seseorang. Individu selalu hidup dan dibesarkan dalam suasana kebudayaan
tertentu. Anak sangat sensitif dalam menerima prangsang-perangsang kebudayaan,
lingkungan kebudayaan dimana anak dibesarkan akan mewarnai tingkah laku atau
perkembangan anak itu.
d. Lingkungan
sprirituil
Sebagai makhluk hidup, manusia juga
membutuhkan lingkungan spirirituil tertentu, sesuai dengan jenis agama dan
kepercayaan yang dianut oleh keluarganya dan atau masyarakat disekitarnya.
C. Faktor kematangan
Pembawaan dan lingkungan adalah
faktor-faktor yang sangat penting bagi perkembangan individu. Interaksi antara
faktor-faktor tersebut tidak terjadi sekehendak hati, tapi dipengaruhi oleh
faktor ketiga yaitu faktor kematangan ( maturation) atau waktu (time).
Kematangan adalah siapnya suatu fungsi kehidupan, baik pisik maupun psychis
untuk berkembang dan melakukan tugasnya denagn baik. Bagaimanapun kayanya
pembawaan seseorang individu dan betapapun baiknya lingkungan yang tersedia
baginya bila belum mencapai kematangan untuk berfungsi maka suatu fungsi
ehidupan belum dapat berkembang optial. ( Abu khaer, 1993: 30-31).
Adapun teori –teori untuk menganalisa
faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan individu, yakni
antara faktor hereditas dan faktor lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Teori Nativisme
Nativisme ( nativism) merupakan sebuah
doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran pemikiran psikologis.
Tokoh utama aliran ini bernama Arthur scopenhauer (1788-1860), seorang filosof
jerman. Aliran filsafat nativime konon dijuluki sebagai aliran pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan “ kacamata hitam”. Mengapa begitu? Karena para
ahli penganut aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan
oleh pembawaannya, sedangkankan pengalaman dan pendidikan, tidak berpengaruh
apa-apa. Dalam ilmu pendidikan, pandangan seperti ini disebut “ pesimisme
pedagogis”.
Aliran nativisme mengemukakan bahwa
manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik dari
arena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang
ditakdirkan demikian. Manakala pembawaannya itu baik, menurut aliran ini,
pendidikan tidak dapat diubah dan senantiasa berkembang dengan sendirinya. (Sobur,
2003: 147).
Prinsipnya, pandangan Nativisme adalah pengakuan
tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia,
yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta
kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada
yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada
pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal
dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang
mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah
kemampuan orangtuanya.
Dengan tegas Arthur Schopenhaur
menyatakan yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik.
Pandanga ini sebagai lawan dari optimisme yaitu pendidikan pesimisme memberikan
dasar bahwa suatu keberhasilan ditentukan oleh faktor pendidikan, ditentukan
oleh anak itu sendiri. Lingkungan sekitar tidak ada, artinya sebab lingkungan
itu tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Walaupun dalam
kenyataan sehari-hari sering ditemukan secara fisik anak mirip orang tuanya,
secara bakat mewarisi bakat kedua orangtuanya, tetapi bakat pembawaan genetika
itu bukan satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan anak, tetapi masih
ada faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan anak menuju
kedewasaan, mengetahui kompetensi dalam diri dan identitas diri sendiri (jati
diri).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia
dalam teori Nativisme
1.
Faktor Genetic. Adalah faktor gen
dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri
manusia. Contohnya adalah Jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi
maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang
prosentasenya besar.
2.
Faktor Kemampuan Anak. Adalah faktor
yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya.
Faktor ini lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang
mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai
dengan bakat dan minatnya.
3.
Faktor pertumbuhan Anak. Adalah
faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan
dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka
dia akan bersikap enerjik, aktif, dan responsif terhadap kemampuan yang
dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut
tidak bisa mngenali bakat dan kemampuan yang dimiliki.
Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam
diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori
Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan
pembawaan sejak lahir/bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia
diharapkan:
a.
Mampu memunculkan bakat yang dimiliki.
Dengan teori ini diharapkan manusia bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki
dikarenakan telah mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal
ini, memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar
terhadap kemajuan dirinya.
b.
Mendorong manusia mewujudkan diri
yang berkompetensi. Jadi dengan teori ini diharapkan setiap manusia harus lebih
kreatif dan inovatif dalam upaya pengembangan bakat dan minat agar menjadi
manusia yang berkompeten sehingga bisa bersaing dengan orang lain dalam
menghadapi tantangan zaman sekarang yang semakin lama semakin dibutuhkan
manusia yang mempunyai kompeten lebih unggul daripada yang lain.
c.
Mendorong manusia dalam menentukan
pilihan. Adanya teori ini manusia bisa bersikap lebih bijaksana terhadap menentukan
pilihannya, dan apabila telah menentukan pilihannya manusia tersebut akan
berkomitmen dan berpegang teguh terhadap pilihannya tersebut dan meyakini bahwa
sesuatu yang dipilihnya adalah yang terbaik untuk dirinya.
d.
Mendorong manusia untuk mengembangkan
potensi dari dalam diri seseorang. Teori ini dikemukakan untuk menjadikan
manusia berperan aktif dalam pengembangan potensi diri yang dimiliki agar
manusia itu memiliki ciri khas atau ciri khusus sebagai jati diri manusia.
e.
Mendorong manusia mengenali bakat
minat yang dimiliki. Dengan adanya teori ini, maka manusia akan mudah mengenali
bakat yang dimiliki, dengan artian semakin dini manusia mengenali bakat yang
dimiliki maka dengan hal itu manusia dapat lebih memaksimalkan bakatnya
sehingga bisa lebih optimal.
Faktor pembawaan bersifat kodrati tidak dapat diubah
oleh pengaruh alam sekitar dan pendidikan (Arthur Schopenhauer (1788-1860)).
Untuk mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatihan dan
kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir itu
dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu mengolah potensi
diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri manusia tidak sia-sia kerena tidak
dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi
oleh orang-orang yang memang mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada
pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat paksaan dari orang
tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung tertutup bahkan hilang
karena sikap otoriter orangtua yang tidak mempertimbangkan bakat, kemampuan dan
minat anak.Lembaga pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk
menampung suatu bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan
dan berkembang dengan baik sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.
Tanpa disadari di lembaga pendidikan pun juga dibuka
kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar
kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu pengetahuan didalam kelas,
tetapi juga bisa mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Menurut aliran ini bahwa perkembangan
individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir
(natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu
yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya
menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya.
Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik,
ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika.
Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh
anaknya.Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada
pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Akibatnya para
ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan.
Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso. http://asyamforex.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.
b.
Teori Empirisme atau Teori Lingkungan
Aliran empirisme merupakan kebalikan dari
aliran nativisme, dengan contoh utama john locke (1632-1704).
Nama asli aliran ini adalah “ The school of British Empiricism” (aliran
empirisme inggris). Akan tetapi, aliran ini lebih berpengaruh pada pemikir
Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat bernama “ environmentalisme”
(aliran lingkungan) dan psikologi bernama “ environmental psychology”
(psikologi lingkungan) yang relative masih baru.
Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak
yang baru lahir laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa (
tabula= meja, rasa, =lilin), yaitu meja yang bertutup lapisan lilin putih.
Kertas putih bersih dapat ditulis dengan tinta tersebut. Begitu pula halnya
dengan meja yang berlilin, dapat dicat dengan berwarna-warni, sebelum
ditempelkan. Anak diumpamakan bagaikan kertas putih yang bersih, sedangkan
warna tint, diumpamakan sebagai lingkunga (pendidikan) yang akan berpengaruh
terhadapnya, sudah pasti tidak mungkin tidak, pendidikan pun dapat membuat anak
menjadi baik atau buruk. Pendidikn dapat memegang peranan penting dalam
perkembangan anak, sedangkan bakat pembawaannya bisa ditutup dengan
serapat-rapatnya oleh pendidikan itu.
Teori tabula rasa ini diperkenalkan oleh
john locke untuk mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan
hidup terhadap perkembangan anak. Ketika dilahirkan, seorang anak adalah
pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan yang berasal dari lingkungan. Orang tua menjadi
tokoh penting yang mengatur rangsangan-rangsangan dalam mengisi “ secarik
kertas” yang bersih ini. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris terkenal
dengan nama optimism paedagogis. Kaum behavioris pun sependapat dengan
kaum empiris.
Perkembangan anak sepenuhnya tergantung
pada faktor lingkungan, sedangkan faktor bakat, tidak ada pengaruhnya. Dasar
pikiran yang digunakan ialah bahwa pada waktu dilahirkan, anak dalam keadaan
suci, bersih, seperti kertas putih yang belum ditulis, sehingga bisa ditulisi
menurut kehendak penulisnya. ( buku erna: 148-149).
c. Teori Konvergensi atau Teori persesuaian
Tokoh aliran Konvergensi adalah William Stern. la
seorang tokoh pendidikan Jerman yang hidup tahun 1871-1939. Aliran Konvergensi
merupakan kompromi atau kombinasi dari aliran Nativisme dan Empirisme. Aliran
ini berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk,
sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.
Jadi,faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama berperan penting.
Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung oleh
lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang
dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan
yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang
baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak
didukung oleh bakat baik yang dibawa anak.
Dengan demikian, aliran Konvergensi
menganggap bahwa pendidikan sangat bergantung pada faktor pembawaan atau bakat
dan lingkungan. Hanya saja, William Stem tidak menerangkan seberapa besar
perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pengaruh dari
kedua faktor tersebut belum bisa ditetapkan.
Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan
hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar.
Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena
pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern. Pada umumnya paham
inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi,
walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu
kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan
dua pengaruh itu.
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar
benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang
jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
perkembangan adalah proses atau
tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Faktor - faktor yang mempengaruhi
perkembangan, diantaranya faktor hereditas , faktor lingkungan dan faktor
kematangan. Faktor hereditas merupakan
totalitas karaktiristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau
segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen. Faktor
lingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi)
fisik/alam atau sosial yang memengaruhi atau dipengaruhi perkembangan individu
dalam hal ini adalah faktor lingkungan
dalam dan lingkungan luar.
Adapun teori-teori dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu adalah teori Nativisme. Teori empirisme dan
teori konvergensi. Teori nativisme menyatakan bahwa manusia
yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik dari arena
berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena memang
ditakdirkan demikian. Teori empirisme berpendapat bahwa anak yang baru lahir
laksana kertas yang putih bersih atau semacam tabula rasa ( tabula= meja, rasa,
=lilin), sedangkan teori konvergensi mengatakan bahwa anak lahir
di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak
selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Patty. 1982. Pengantar
Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Sobur, alex.
2003. Psikologi Umum.Bandung: CV Pustaka Setia
Khaer, Abu.
1993. Psikologi Umum. Cirebon: Perpustakaan Pribadi maman rusman.
Komentar
Posting Komentar