SURAH ALI-IMRAN AYAT 121 TENTANG PERANG UHUD DAN PENGATURAN PASUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perang
Uhud adalah perang kedua setelah Badar yang diikuti oleh Nabi Muhamad
S.A.W. Dinamakan Perang Uhud karena Perang ini terjadi di gunung
Uhud. Dalam sebuah peperangan tentu saja ada strategi yang digunakan, dalam banyak
buku di tulis bahwa pada Perang ini Umat Islam menderita kekalahan dengan
strategi bertahan di Kota Madinah namun pada dasarnya Perang ini adalah perang
pembersihan umat Islam dari orang-orang Munafik. Perang ini merupakan strategi
pembersihan dan memurnikan orang-orang Islam dari orang yang berpura-pura
sekaligus membersihkan kota Madinah dari golongan yang mengancam keutuhan
Negara Madinah.
Dalam
peperangan ini kaum Quraisy tercatat beranggotakan 3000 tentara, 700 invantri,
dan 200 ekor kuda. Selain itu juga diikutsertakan beberapa kaum wanita dalam
angkatan perang ini kira – kira berjumlah 15 orang. Sedangkan pasukan kaum
muslim hanya terdiri atas 1000 tentara pada awalnya yang kemudian karena suatu
hal menjadi sejumlah 700 tentara. Peperangan ini dipimpin oleh Abu Sofyan dalam
kubu kaum Quraisy sedangkan kaum Muslim sendiri dipimpin oleh Rasulullah.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang diatas maka rumusan masalah yakni:
1.
Bagaimana surah Ali-Imran ayat 121 dan
terjemahnya?
2.
Apa Asbabun Nuzul Q.S Ali-Imran ayat 121?
3.
Apa saja yang terjadi dalam Perang Uhud?
4.
Bagaimana pengaturan pasukan perang Uhud?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui Surah Ali-Imran ayat 121
2.
Untuk mengetahui Asbabun Nuzul Q.S Ali-Imran
ayat 121
3.
Untuk mengetahui jalannya perang Uhud
4.
Untuk mengetahui pengaturan pasukan perang Uhud
BAB II
PEMBAHASAN
SURAH ALI-IMRAN AYAT 121 TENTANG PERANG UHUD DAN PENGATURAN PASUKAN
A.
Al-Qur’an Surat Ali-Imran Ayat 121 dan Terjemahnya
وَإِذْ غَدَوْتَ
مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan
(ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan
menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S Ali-Imran:121)[1]
B.
Asbabun Nuzul Q.S Ali-Imran Ayat 121[2]
Ibnu Abi Hatim dan Abu Ya’la
meriwayatkan dari al-Miswar binMakhramah, dia berkata, “Saya katakana kepada
Ibnu Mas’ud,’Beritahu saya tentang kisahkalian pada peperangan Uhud, Ibnu
Mas’ud menjawab, “Bacalah ayat setelah ayat 120 dari surah Ali Imran, maka
engkau akan mendapati kisah kami, “Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi
hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat
untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S
Ali-Imran:121).
Hingga
Allah Berfirman: “Ketika dua golongan dari pihak kamu,ingin (mundur) karena
takut” (Ali-Imran: 122).
Ibnu
Mas’ud berkata lagi, ‘Mereka adalah orang-orang yang meminta jaminan keamanan
kepada orang-orang musyrik’, hingga firmannya: “Dan kamu benar-benar
mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang)kamu
sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya”. (Ali-Imran: 143).
Ibnu
Mas’ud berkata,’ Itu adalah angan-angan para orang mukmin untuk bertemu musuh’,
hingga firmannya: ‘Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke
belakang (Murtad)?’ (Ali-Imran:144).
Ibnu
Mas’ud berkata lagi, itu adalah teriakan setan pada perang Uhud yaitu,
‘Muhammad telah terbunuh’.
C.
Perang Uhud
1.
Pengertian
perang dan Uhud
Dalam
kamus Bahasa Indonesia, Perang bearti ilmu siasat perang, siasat
perang, akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang
telah direncankan.[3]Perang adalah permusuhan, pertempuran dan
sebagainya bersenjata antar negara, bangsa, perjuangan, perkelahian, mengadu
tenaga dan sebagainya.[4]Uhud adalah sebuah gunung yang menguasai
sebagian besar kota Madinah, sekitar 5 km sebelah utara Madinah.[5]
2.
Kronologi
Perang Uhud
Keluarga, kaum kerabat dan handai tolan tokoh-tokoh musyrikin
Quraisy yang terbunuh dalam perang Badr sepakat hendak melancarkan serangan
pembalasan terhadap kaum muslimin. Akan tetapi tidak mempunyai dana yang cukup
untuk membekali peperangan besar yang hendak mereka korbankan. Untuk memperoleh
dana yang memadai mereka berunding dengan Abu Sufyan bin Harb dan semua anggota
rombongan kafilahnya agar bersedia mendermakan harta untuk membiayai peperangan
melawan kaum muslimin di Madinah. Dalam perundingan itu tercapai kesepakatan
bulat untuk memobilisasi tenaga, dana dan data senjata guna menghadapi
peperangan mendatang. Mereka berkampanye membangkitkn semangat penduduk Makkah
dan sekitarnya. Antara lain dengan jalan menggerakan para penyair agar dengan
syairnya masing-masing mengorbankan lebih hebat lagi kebencian dan semangat
permusuhan terhadap kaum Muslimin.
Pada pertengahan bulan syawwal tahun ketiga Hijriah berangkatlah pasukan besar musyrikin Quraisy
dan kabilah-kabilah Arab menuju medan perang dekat Madinah. Tidak ketinggalan
pula sejumlah wanita dibawah pimpinan istri Abu Sufyan, HIndun, yang
terus-menerus beragitrasi membakar semanagat pasukan, agar jangan ada seorang
pun yang lari dari medan tempur.[6]
Berita tentang keberangkatan pasukan musyrikin dari Makkah itu
cepat didengar Rasulullah saw. beliau berunding dengan para sahabatnya untuk
memilih cara yang terbaik dalam menghadapi serangan yang akan segera terjadi.
Beliau sendiri berpendapat, sebaiknya kaum muslimin bertahan didalam kota
Madinah, membiarkan pasukan musyrikin masuk, baru kemudian dilawan dan
dihancurkan. Akan tetapi kaum muslimin berpendapat lain. Mereka menghendaki
supaya kaum muslimin keluar dari Madinah dan bertempur diluar kota. Dalam
perundingan tersebut seorang dari mereka berkata: “ya Rasulullah, ajaklah kami
menghadapi musuh diluar kota, agar mereka tidak mengetahui segi kelemahan
kita1” ‘Abdullah bin Ubaiy seorang yang memperlihatkan diri sebagai muslimin
dan menyembunyikan kekufurannya dalam hari- hendak menggunakan perbedaan pendapat
itu untuk menimbulkan perpecahan, tetapi gagal karena setelah Rasulullah saw.
mengetahui kaum muslimin tetap menghendakinpeperangan diluar kota, beliau masuk
ke dalam rumah, kemudian keluar lagi dalam keadaan sudah memakai baju zirah (baju
besi)
Orang-orang yang berhasil mempengaruhi pendapat kaum muslimin
hingga bulat menghendaki peperangan diluar kota, merasa seolah-olah telah
memaksakan pendapatnya kepada Rasulullah saw. karena itu mereka lalu
menghampiri beliau kemudian berkata: “ ya Rasulullah, kami merasa telah
memaksakan sesuatu kepada anda, tetapi sebenarnya kami tidak bermaksud
demikian. Bila anda mau, bolehlah anda tetap tinggal didalam kota dan biarkan kami berperang
diluar kota! Rasulullah saw. menjawab: “ Tidak patut bagi seorang Nabi
menanggalkan baju zirah yang
telah dipakainya sebelum perang berakhir!”[7]
Setelah mempersiapkan segala sesuatunya beliau berangkat
meninggalkan Madinah memimpin 1000 orang pasukan Muslimin. Setibanya disebuah
tempat bernama Asy-Syauth (riwayat lain menyebut tempat itu bernama “Syaikhan”)
Rasulullah saw. melihat rombongan pasukan tak dikenal. Setelah mengetahui bahwa
rombongan itu orang-orang Yahudi sekutu ‘Abdullah bin Ubaiy, beliau berkata
kepada para sahabatnya:” jangan minta bantuan mereka dalam peperangan melawan
kaum musyrikin!” Rombongan Yahudi yang semulanya hendak bergabung dengan kaum
muslimin atas permintaan ‘Abdullah bin Ubaiy itu akhirnya tidak dibolehkan
turut serta berperang dipihak pasukan Muslimin. Keesokan harinya ‘Abdullah bin
Ubaiy dan pengikutnya yang berkekuatan 300 orang bersama rombongan Yahudi itu
pulang ke Madinah dengan alasan: Rasulullah saw menuruti kehendak orang-orang
yang bersikeras hendak berperang diluar kota, mengabaikan pendapat Abdullah bin
Ubaiy dan kawan-kawannya yang mendukung pendapat beliau semula, yaitu berperang
didalam kota Madinah.
Dengan keluarnya Abdullah bin Ubaiy dan 300 orang pengikutnya dari
pasukan Muslimin maka Rasulullah saw. akan menghadapi perlawanan kaum musyrikin
yang berkekuatan 3000 orang dengan kaum Muslimin yang berkekuatan tidak lebih
dari 700 orang.[8]
3.
Jalannya
Perang Uhud
Setelah
menghadapi persoalan penarikan diri AbdulllahbinUbay dan kaum munafik. Nabi
Muhammad beserta pasukan muslimin melanjutkan perjalanan menuju Uhud. Nabi
Muhammad SAW meminta ditunjukan suatu jalan yang tidak dilalui oleh kaum
Quraisy. Khaistamah menunjukan jalan yang dekat dan yang dikehendaki oleh Nabi
Muhammad SAW. Setelah perjalanan dilanjutkan tibalah rombongan Nabi disebuah
jalan kecil milik Marba’ bin Qaizhi yang buta matanya. Ketika Nabi Muhammad SAW
berjalan didepan rumah Marba’ bin Qaizhi, tiba – tiba Marba’ bin Qaizhi
menaburkan debu kearah muka Nabi sambil berkata, “Kalau engkau itu pesuruh
Allah, aku tidak akan menghalalkan kau jalan di jalanku ini”. Dengan cepat Sa’ad
bin Zaid memukul Marba hingga terluka parah.sahabat – sahabat Nabi Muhammad SAW
hendak membunuh Marba’ bin Qaizhi, tetapi Nabi Muhammad SAW mencegahnya.[9]
Perjalanan
kemudian dilanjutkan hingga sampailah kaum muslimin di suatu tempat di bawah
kaki Gunung Uhud. di sinilah Nabi Muhammad beserta pasukannya berhenti karena
melihat tentara musuh sudah beramai –ramai menduduki tempat – tempat dekat
Gunung Uhud. Pasukan kaum Quraisy memiliki pasukan empat kali lipat dari
pasukan muslim. Selain itu pasukan musuh juga memiliki persenjataan yang lebih
lengkap, selain itu juga sebagian kaum Quraisy telah meiliki keahlian dalam
berperang. Nabi Muhammad SAW segera mengumpulkan para tentaranya lalu memilih
dan menduduki tempat yang cukup strategis letaknya. Akan tetapi, karena
sebagian tempat tersebut sudah dikuasai oleh kaum Quraisy, jadi tempat yang
diduduki oleh Nabi Muhammad SAW adalah tempat yang dibelakangnya terdapat suatu
jalan yang terbuka yang dapat dipergunakan oleh musuh untuk menyerang pasukan
Muslimin dari arah belakang.
Walaupun
demikian, sebagai seorang pemimpin yang bijaksana. Nabi Muhammad tetap
menempatkan pasukan yang memiliki keahlian memanah dalam tempat tersebut
sejumlah 50 orang pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Sedangkan
kaum Quraisy menempatkan pasukannya pada sayap kanan ditempatkan berupa pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri barisan berkuda yang
dipimpin oleh Ikhrimah bin Abu Jahal, dan barisan tengah dipimpin oleh Shafwan
bin Umayyah beserta pahlawan Quraisy lainnya. Semuanya telah bersiap- siap di
tempat – tempat yang tidak mudah ditempuh oleh tentara kaum Muslim. Bendera
perang kaum Quraisy dipegang oleh Abu Thalhah.[10]
Nabi Muhammad
juga mulai mengatur barisan pasukan muslim. Nabi Muhammad SAW menempatkan Abu
Bakar ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Abu
Dujanah Sammak bin Kharsyah, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Usaid
bin Hudhair, dan Habbab bin al-Mundzir dibarisan pertama. Kemudian Nabi
Muhammad SAW menginstruksikan kepada pasukan Muslimin yang telah berada pada
posisi mereka masing – masing agar tidak melakukan peperangan sebelum Nabi
Muhammad SAW mengijinkan mereka untuk berperang dan memerintahkan pasukan
pemanah agar tidak meninggalkan posisi mereka dalam kondisi apapun.[11]
Setelah kedua
pasukan saling berhadapan dan siap bertempur, dimulailah dengan perang tanding.
Abu Thalhah al-‘Abdari keluar dengan membawa panji kaum Quraisy lalu menantang
perang tanding beberapa kali tetapi tidak seorang pun pasukan dari kaum
Muslimin yang berani maju untuk melawannya. Kemudian Abu Talhah berkata kepada
pasukan Muslimin:
“Wahai para sahabat Muhammad, kalian mengaku bahwa Allah akan menyegerakan kami dengan pedang kalian ke neraka dan menyegerakan kalian dengan pedang kami kesurga, tetapi adakah diantara kalian seorang yang mampu menyegerakan aku dengan pedangnya ke neraka atau aku aka menyegerakannya dengan pedangku kesurga. Kalian dusta demi Lata dan Uzza, seandainya kalian mengetahui hal itu benar niscaya ada orang yang keluar menyambutku”.[12]
“Wahai para sahabat Muhammad, kalian mengaku bahwa Allah akan menyegerakan kami dengan pedang kalian ke neraka dan menyegerakan kalian dengan pedang kami kesurga, tetapi adakah diantara kalian seorang yang mampu menyegerakan aku dengan pedangnya ke neraka atau aku aka menyegerakannya dengan pedangku kesurga. Kalian dusta demi Lata dan Uzza, seandainya kalian mengetahui hal itu benar niscaya ada orang yang keluar menyambutku”.[12]
Setelah
mendengar perkataan tersebut, akhirnya Ali Bin Abi Thalib maju ke medan
pertempuran kemudian berhasil memukul Abu Thalhah hingga patah kakinya dan
tergeletak di tanah. Kemudian Ali bin Abu Thalib mundur kembali kebarisan Nabi
Muhammad. Setelah Abu Thalah tewas tewas, pemegang panji perang dipegang oleh
saudaranya, Utsman bin Abu Thalhah yang akan berhadapan dengan Hamzah, dan
berhasil dibunuhnya. Setelah Utsman bi Abu Thalhah tewas, panji kemudian
diambil oleh saudaranya Abu Sa’id bin Abu Thalhah yang berhadapan dengan Sa’ad
bin Abi Waqash, dan berhasil dibunuhnya juga dengan panahan. Selanjutnya panji
perang diambil oleh Musafi’ bin Thalhah bin Abu Thalhah dan berhasil dibunuh
oleh Ashim bin Tsabit bin Abu Alfah.
Setelah Musafi’
tewas, panji kemudian diambil alih oleh Abdu Dar yang behasil dibunuh oleh Ali
bin Abi Thalib. Hingga akhirnya panji tergeletak kotor di tanah hingga diambil
alih oleh Amrah binti Alqamah al-Haritsiyah lalu mengangkatnya kepada pasukan
Quraisy dan mereka mengerumuninya. Demikianlah para pahlawan kaum Muslimin
berhasil menumbangkan para tokoh dan pembawa panji Quraisy dan tidak ada lagi
yang sanggup membawa panji tersebut hingga dipungut oleh seorang wanita.
Setelah para pembawa panji tersebut terbunuh kemudian kaum Quraisy terpecah
belah, semangat mereka merosot dan kekuatan mereka pun hancur. Hal tesebut
menunjukan kepiawaian Nabi Muhammad SAW dalam bidang militer karena mampu
melemahkan kemampuan perang pasukan Quraisy sehingga mendesak pasukan Quraisy
mundur dan lai meninggalkan harta dan wanita-wanita Quraisy.[13]
Para pemanah
yang menyaksikan hal tersebut dari atas bukit mereka mengira bahwa pertempuran
sudah usai. Mereka bergegas mengumpulkan harta yang ditinggalkan oleh kaum
Quraisy. Menyaksikan hal tersebut Abdullah bij Jubair mengingatkan akan
perintah Nabi agar tidak meninggalkan bukit dalam kondisi apapun. Sebagaian
kecil pasukan mentaati perintah Nabi, namun sebagian pasukan yang berjumlah
kira – kira 40 orang mengabaikan perintah Nabi Muhammad SAW.
Tentara berkuda dari sayap kanan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid menyaksikan jelas bahwa sebagian besar pasukan pemanah Muslimin yang berjaga dibukit Uhud sudah meniggalkan posisi. Oleh karena itu secara diam – diam Khalid binWalid mengarahkan pasukannya untuk menyerang kaum Muslimin yang sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan. Pasukan muslim yan dikejutkan oleh serangkaian serangan pedang dan anak panah dari arah belakang membuat terbunuhnya sebagian dari mereka. Serangan secara mendadak itu membuat kaum muslimin terguncang dan ketakutan, sehingga membuat mereka terpencar dan tercerai – berai.
Tentara berkuda dari sayap kanan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid menyaksikan jelas bahwa sebagian besar pasukan pemanah Muslimin yang berjaga dibukit Uhud sudah meniggalkan posisi. Oleh karena itu secara diam – diam Khalid binWalid mengarahkan pasukannya untuk menyerang kaum Muslimin yang sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan. Pasukan muslim yan dikejutkan oleh serangkaian serangan pedang dan anak panah dari arah belakang membuat terbunuhnya sebagian dari mereka. Serangan secara mendadak itu membuat kaum muslimin terguncang dan ketakutan, sehingga membuat mereka terpencar dan tercerai – berai.
Setelah Nabi
Muhammad SAW melihat keadaan yang semakin kacau, Nabi menyadari bahwa
tentaranya sedang terancam oleh bahaya yang besar dari pihak musuh. Oleh karena
itu, Nabi Muhammad SAW segera memilih salah satu dari dua alternative yaitu
melindungi diri sendiri ditempat yang tersembunyi atau maju berperang ditengah
medan pertempuran yang sedang berkobar untuk membela barisan tentara yang
sedang berantakan yang terkepung oleh pihak musuh. Seketika itu juga Nabi
mengambil keputusan yaitu untuk sementara Nabi menyembunyikan diri sambil
berseru memanggil sebagian tentaranya agar segera lari mengelilingi tempat Nabi
bersembunyi.
Mush’ab bin
Umair yang saat itu memegang bendera tentara islam, selalu melindungi Nabi
Muhammad SAW dari ancaman tentara kaum Quraisy yang menginginkan Nabi untuk
dibunuh. Samapi suatu hal, karena ingin sekali melindungi Nabi Muhammad SAW
Mush’ab terbunuh oleh Ibnu Qam’ah karena disangkanya adalah Nabi Muhammad.
Dikarenakan Mush’ab bin Umair memeiliki wajah yang mirip dengan Nabi Muhammad.
Ibnu Qam’ah berteriak bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh. Hal itu membuat
pasukan Muslimin terpecah menjadi tiga golongan, yaitu sebagian melarikan diri menuju
tempat dekat Madinah, tetapi tidak berani pulang ke Madinah dikarenakan malu.
Diantara pasukan muslim yang melarikan diri adalah Utsman bin Affan, Waid bin
Uqbah, Kharijah bin Zaid, dan Rifa’ah bin Ma’la.[14]
Sedangkan
golongan kedua tetap bertempur dengan pantang menyerah karena mereka telah
mendengar ucapan Nabi Muhammad SAW telah terbunuh. Salah seorang tentara
Muslimin, Tsabit bin Dahdah, memperingatkan kawan-kawannya,”Hai para kawanku
Anshar! Jika benar Nabi Muhammad SAW telah mati terbunuh biarlah ia mati,
karena hanya Allah yang tidak mati selama – lamanya! Karena itu, berpeganglah
kamu kepada agamamu dengan kokoh dan kuat! Allah sendirilah yang akan menolong
dan memberikan kemenangan kepadamu!”. Dari situlah kemudian pasukan muslimin
mneyerahkan diri hanya pada Allah dan terus berjuang tanpa rasa takut. Dan yang
terakhir adalah golongan ketiga sebanyak 14 orang mengelilingi Nabi Muhammad
SAW dan mereka berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dari serangan kaum
Quraisy. Mereka terdiri dari 7 sahabat Anshar dan 7 sahabat Muhajirin.
Sampai pada suatu waktu Ka’ab bin Malik berteriak bahwa Nabi Muhammad masih hidup. Pasukan kaumQuraisy semakin mendesak untuk menerobos pertahanan para sahabat NAbi Muhammad SAW. Terlebih ketika mengetahui yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja. Tentara Quraisy semakin mendesak pertahanan sahabat Nabi sambil melepaskan anak panah kepada 30 orang yang sedang melindungi Nadi tetap bertahan dan menangkis serangan dari pasukan Quraisy. Pasukan Quraisy berusaha mencari celah untuk menerjang dan menerobos pertahanan mereka. Akan tetapi pasukan kaum Quraisy tidak berhasil menerobos karena ketatnya pertahanan yang dibuat oleh para sahabat Nabi.
Sampai pada suatu waktu Ka’ab bin Malik berteriak bahwa Nabi Muhammad masih hidup. Pasukan kaumQuraisy semakin mendesak untuk menerobos pertahanan para sahabat NAbi Muhammad SAW. Terlebih ketika mengetahui yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja. Tentara Quraisy semakin mendesak pertahanan sahabat Nabi sambil melepaskan anak panah kepada 30 orang yang sedang melindungi Nadi tetap bertahan dan menangkis serangan dari pasukan Quraisy. Pasukan Quraisy berusaha mencari celah untuk menerjang dan menerobos pertahanan mereka. Akan tetapi pasukan kaum Quraisy tidak berhasil menerobos karena ketatnya pertahanan yang dibuat oleh para sahabat Nabi.
Ketika serangan kaum Quraisy semakin
hebat,Nabi Muhammad SAW terkena lemparan batu dari pihak musuh yang membuat
Nabi terluka. Pada saat itu juga Hamzah bi Abdul Muthalib juga terbunuth di
tengah – tengan pertempuran oleh seorang tentara musuh, yaitu Wahsyi salah
sorang budak dari Hindun dengan menggunakan tombak. Hamzah gugur setelah
berhasil membunuh 31 orang dari pihak musuh. Mendengar berita tersebut Nabi
Muhammad SAW merasa sangat sedih, karena Hamzah adalah paman Nabi yang memiliki
jasa yang sangat besar kepada Nabi Muhammad SAW. Pasukan kaum Quraisy merasa
tidak puas apabila belum membunuh Nabi Muhammad pada saat perang Uhud. Pasukan
kaum Quraisy beranggapan dengan membunuh Nabi Muhammad maka kaum Mulsim akan
hancur.[15]
Selain terkena
lemparan batu, Nabi Muhammad juga terkena lemparan potongan besi dan lemparan
batu. Hal itu membuat Nabi Muhammad terluka pada dahi, dan gigi. Selain itu
Nabi juga terkena lempaan berupa potongan besi lagi dari Abu Qam’ah yang
menembus kebagian dalam pipi Nabi Muhammad SAW. Melihat keadan demikian Malik
bin Sinan membersihkan darah yang mengalir di muka Nabi Muhammad SAW. Dalam
keadaan seperti itu serangan kaum Quraisy masih terus dilancarkan dengan gencar
terhadap Nabi Muhammad SAW. Kemudian datang Ubay bin Khalaf dari kaum Quraisy
dengan menunggangi kuda yang bernama Ud menuju pertahanan Nabi Muhammad SAW
dengan berniat membunuh Nabi Muhammad SAW. Namun pada akhirnya Ubay bin Khalaf
dapat dibunuh juga oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan sebilah tombak.
Saat ingin
berjalan menuju tempat Nabi berada Nabi Muhammad SAW terperosok jatuh kesebuah
lubang yang digali oleh pihak musuh, yaitu Amir ar –Rahib. Akibatnya kedua
lutut Nabi Muhammad terluka. Kondisi tersebut membuat Nabi Muhammad SAW semakin
tidak bertenaga dan akhirnya pingsan, yang kemudian ditolong oleh Ali bin ABi
Thalib dan Thalhah bin Ubaidillah.
D.
Pengaturan
Pasukan Perang Uhud[16]
Adapun di pihak Islam, dengan
fasilitas dan pasukannya yang sangat minim. Rasulullah pun membuat strategi
tersendiri guna membela kehormatan dan kemuliaan Islam dan umatnya. Di antara
strategi ini, salah satunya adalah strategi yang terkait dengan persiapan
sebelum perang. Yaitu sebagai berikut:
1. Menempatkan
Inteligen di Sarang Musuh
Setelah perang Badar, satu strategi Rasulullah saw yang sangat
urgen adalah menempatkan para inteligennya di Mekah untuk memberikan
informasi-informasi yang terkait tentang pasukan Quraisy. Salah satunya adalah
Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya sendiri. Melihat pasukan Quraisy yan sudah
berangkat ke Madinah untuk melakukan penyerangan, beliau mengirimkan surat
melalui utusannya untuk disampaikan kepada Rasulullah. Dalam waktu tiga hari,
utusan tersebut sampai di Madinah la menyerahkan surat itu kepada Rasulullah
yang sedang berada di masjid Quba. Setelah menerima surat itu, Rasulullah
meminta ahli bahasanya, Ubay bin Ka'ab, membacakan surat tersebut. la juga
diperintahkan untuk menjaga kerahasiaan isi surat tersebut.
2. Membentuk
Majelis Permusyawaratan Militer
Rupanya, salah satu kelebihan Rasulullah sebagai seorang pemimpin
adalah mendengarkan jajak pendapat dari para sahabatnya. Sekalipun posisi
beliau sebagai seorang nabi, beliau mampu mengatur sendiri jalannya strategi
yang akan digunakan dan tentunya mendapat arahan dan wahyu dari langit, beliau
masih memusyawarahkannya dengan para sahabat.
Jumlah pasukan kaum muslimin ketika itu 1000 orang. Pasukan itu
terdiri atas 100 prajurit mengenakan baju besi dan 50 penunggang kuda dan
sisanya pasukan berpedang. Kemudian, pasukan ini dibagi menjadi tiga batalion,
yaitu:
a)
Batalyon
Muhajirin, benderanya diserahkan kepada Mush'ab bin Umair
b)
Batalyon
Aus, benderanya diserahkan kepada Usaid bin Hudhair
c)
Batalyon
Khazraj, benderanya diserahkan kepada Al-Hubab bin Al-Mundzir Al-Jamuh.
4. Menginspeksi
Pasukan
Setibanya Rasulullah dan pasukannya di Syaikhani, beliau selaku
komandan tertinggi menginspeksi pasukan. Ternyata, di dalam pasukan terdapat
anak-anak yang usianya sangat belia. Beliau menolak keikutsertaan mereka,
kecuali yang mempunyai spesialisasi dalam peperangan, seperti Rafi bin Khudaij yang mahir memanah dan Samurah yang ahli beladiri.
Hari itu adalah hari Jumat. Karena hari sudah petang, mereka menginap di tempat
itu dan memerintahkan lima puluh orang pasukan mengadakan hirasah, yakni
menjaga di sekitar pasukan.
5. Tidak
Meminta Pertolonga Orang-orang Kafir
Rasulullah melakukan hal itu ketika berangkat dari Madinah ke Uhud.
Ia mendapati sekelompok Yahudi, sekutu Abdullah bin Ubay yang ingin turut serta
membantu Rasulullah. Namun, Rasulullah menolaknya dengan mengatakan
"Jangan minta pertolongan orang-orang musyrik dalam melawan orang musyrik
sebelum mereka masuk Islam."
Munir Muhammad Al-Ghadhban dalam Fiqh As-Sirah An-Nabawiyahnya
mengatakan bahwa Perang Uhud ini merupakan pembeda antara orang-orang mukmin
dan orang-orang munafik, seperti dalam firman Allah dalam QS All Imran
[3]:166-167
7. Memilih
Posisi yang Strategis
Rasulullah merupakan salah satu panglima yang ahli dalam pengaturan
strategi militer. Hingga ketika itu, pasukannya dibawa ke kaki Bukit Uhud.
Pasukan muslim mengambil tempat dengan proses menghadap ke arah Madinah dan
memunggungi Uhud. Dengan posisi ini, pasukan musuh berada di tengah antara
mereka dan Madinah.
8. Pembagian
Pos Militer
Rasulullah membagi pos militer para prajuritnya, prajurit dakwah,
serta prajurit yang siap mengorbankan harta, waktu, tenaga dan bahkan jiwa
untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT. Beliau pun menempatkan satuan pasukan
khusus yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Anggotanya terdiri dari 50
pemanah ulung di bukit Uhud, tepatnya 150 meter dari pasukan kaum muslim.
Berikut ini instruksi-instruksi yang disampaikan Rasulullah kepada mereka,
mengingat pentingnya posisi mereka.
a.
"Lindungi
kami dari belakang, sebab kami khawatir mereka akan mendatangi kami dari
belakang. Bertahanlah dan jangan tinggalkan tempat itu. Kamu jangan
meninggalkan tempatmu kalau melihat kami berhasil menghancurkan dan memasuki
pertahanan mereka. Jika melihat kami diserang, jangan dibantu. Kami juga tidak
mempertahankan. Tugas yang kauemban adalah menghujani kuda-kuda mereka dengan
panah, karena kuda itu tak akan dapat maju dengan serangan panah."
b.
"Lindungilah
punggung kami jika kami sedang bertempur, maka kalian tidak perlu membantu
kami. Jika kalian melihat kami telah mengumpulkan harta ghanimah, kalian jangan
ikut bergabung bersama kami." Imam Bukhari meriwayatkan, "Jika kalian
melihat kami disambar burung sekalipun, janganlah kalian meninggalkan tempat
itu, kecuali ada utusanku yang mendatangi kalian. Jika kalian melihat kami
berhasil mengalahkan mereka, janganlah kalian meninggalkan tempat hingga ada
utusan yang mendatangi kalian."
Kemudian, sayap kanan dipimpin oleh Al-Mundzir bin Amr. Sementara,
sayap kiri dipimpin oleh Zubair bin Awam dengan dibantu satuan khususnya,
Al-Miqdad bin Al-Aswad untuk menghadang penyerangan pasukan Khalid bin Walid.
Barisan terdepan diisi oleh para pemberani yang mencari syahid, yakni para
pahlawan Islam yang langsung dipimpin oleh Rasulullah.
9. Mengobarkan
Semangat Jihad
Beliau
mengobarkan semangat para kadernya untuk sabar, teguh, berani, serta patriotik
dalam menyongsong syahid dan memperoleh surga Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
وَإِذْ غَدَوْتَ
مِنْ أَهْلِكَ تُبَوِّئُ الْمُؤْمِنِينَ مَقَاعِدَ لِلْقِتَالِ ۗ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan
(ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan
menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S Ali-Imran:121).
Asbabun Nuzul dari Q.S
Ali-Imran:121 adalah Ibnu Abi Hatim
dan Abu Ya’la meriwayatkan dari al-Miswar binMakhramah, dia berkata, “Saya
katakana kepada Ibnu Mas’ud,’Beritahu saya tentang kisahkalian pada peperangan
Uhud, Ibnu Mas’ud menjawab, “Bacalah ayat setelah ayat 120 dari surah Ali
Imran, maka engkau akan mendapati kisah kami, “Dan (ingatlah),
ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan
para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui. (Q.S Ali-Imran:121).
Uhud
adalah sebuah gunung yang menguasai sebagian besar kota Madinah, sekitar 5 km
sebelah utara Madinah. Rasulullah membuat
strategi tersendiri guna membela kehormatan dan kemuliaan Islam dan umatnya. Di
antara strategi ini, salah satunya adalah strategi yang terkait dengan
persiapan sebelum perang. Yaitu sebagai berikut: Menempatkan inteligen disarang
musuh, Membentuk majelis permusyawaratan militer, Pembagian komando, Tidak
meminta pertolongan orang-orang kafir, Menginspeksi pasukan, Meredakan konflik
internal sebelum peperang, Memilih posisi yang strategis, dan Pembagian Pos
militer.
DAFTAR PUSTAKA
Abu
Ayyasy, Muhammad. 2009. Strategi Perang Rasulullah, Jakarta: QultumMedia
Al-Hamid dan Al-Husaini. 2006. Riwayat Kehidupan
Nabi Besar Muhammad saw. Bandung: Pustaka Hidayah
As-Suyuthi,
Jalaludin. 2008. Asbabun Nuzul: Sebab
Turunnya al-Qur’an. terj. Tim Abdul Hayyie. Jakarta: Gema Insani
Chalil, Moenawar. 2001. Kelengkapan Tarikh
Nabi Muhammad Jilid 2. Jakarta: Gema Insani Press
Faris, Abu. 1988,. Analisis Aktual Perang
Badar dan Uhud di Bawah Naungan Sirah Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press
Husain Haekal, Muhammad. 2005. Sejarah
Hidup Muhammad, terj. Ali Audah. Jakarta: Litera AntarNusa
Kementrian
Agama. 2010. Al-Qur’an Terjemah dan
Tafsir perkata. Bandung: CV. Jabal Raudhatul Jannah
Kumala, Aprilia. 2006. Kamus Bahasa
Indonesia. Surabaya: Ikhtiar
[1]
Kementrian Agama, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir perkata, Bandung: CV.
Jabal Raudhatul Jannah, 2010, hlm. 66
[2]
Jalaludin, As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab Turunnya al-Qur’an, terj.
Tim Abdul Hayyie, Jakarta: Gema Insani, 2008, hlm. 131-132
[4]
Ibid, hlm ,331
[5] Muhammad
Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali
Audah, Jakarta: Litera AntarNusa, 2005, hlm, 289.
[6]
Al-Husaini dan Al-Hamid, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw, Bandung:
Pustaka Hidayah, 2006, hlm 567
[7]
Ibid. hlm. 568
[8]
Ibid. hlm. 569
[9] Moenawar,Chalil,
Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press,
2001, hlm. 110
[10]
Ibid. hlm. 111
[11] Abu,
Faris, Analisis Aktual Perang Badar dan Uhud di Bawah Naungan Sirah
Nabawiyah, Jakarta: Robbani Press, 1988, hlm. 229
[12]
Ibid. hlm. 233
[13]
Ibid. hlm. 233-234
[15] Moenawar,Chalil,
Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press,
2001, hlm. 124
[16]
Muhammad Abu Ayyasy, Strategi Perang Rasulullah, Jakarta: QultumMedia,
2009, hlm 70-71
[17]
Ibid. hlm 72
[18]
Ibid. hlm. 74
Komentar
Posting Komentar