PERKEMBANGAN ISLAM PRIODE PERTENGAHAN/ ZAMAN KEMUNDURAN 1250 M-1800M
PERKEMBANGAN ISLAM PRIODE
PERTENGAHAN/
ZAMAN KEMUNDURAN 1250 M-1800M
A. Sejarah Pembagian Priode Dalam Perkembangan Islam
Sejarah
perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: priode klasik
(650 -1250 M), priode pertengahan (1250 – 1800 M) dan priode modern (1800 –
sekarang).Yang dimaksud abad pertengahan ialah tahapan sejarah umat Islam yang
diawali sejak tahun-tahun terakhir keruntuhan Daulah Abbasiyah (1250 M ) sampai
timbulnya benih-benih kebangkitan atau pembaharuan Islam yang diperkirakan
terjadi sekitar tahun 1800 M. Priode pertengahan ini juga terbagi menjadi dua
bagian, yaitu masa kemunduran I (1250 – 1500 M) dan masa tiga kerajaan besar
(1500 – 1800 M).
Kemunduran
Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Tidak menjaga dengan baik Wilayah
kekuasaan yang luas
2) Penduduknya sangat heteregin
sehingga mengalami kendala dalam penyatuan
3) Para penguasanya lemah dalam
kepemimpinannya
4) Krisis ekonomi
5) Dekadensi moral yang tidak
terkendali
6) Apatis dan stagnasi dalam dunia
iptek
7) Konflik antar kerajaan Islam[1]
B. Masa Kemunduran I (1250 – 1500 M)
Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia
islam dalam proses penghancuran oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskhan
dan keturunannya serta Timur Lenk yang juga masih keturunan bangsa Mongol.
Masa
kemunduran ini dapat dibagi kebeberapa fase lagi, yaitu:
1.
Serangan
Mongol oleh Dinasti Jengiskhan
Bangsa Mongol ini
berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah
sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan
dan Mancuria Barat serta Turkistan Timur.[2]
Mereka mempunyai watak
yang kasar, suka berperang, penngembara dan berani menghadapi maut untuk
mencapai keinginannya dan kebringasannnya dalam menentang musuh-musuhnya.
Jenngiskan menganut agama Syamaniya, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada
matahari yang sedang terbit.[3]
Daerah-daerah yang
dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia kecil di Barat dan
India di Timur. Kedatangannya kedunia islam diawali dengan ditaklukannya
wilayah-wilayah kerajaan Transoksania dan Khawarizm 1219 M; kerajaan Ghazna
pada tahun 1221 M Azarbaizan pada tahun 1223 M dan saljuk di Asia kecil pada
tahun 1243 M.
Kota Baghdad sendiri
dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara
Mongolia tersebut. Pada 1258 M inilah kota Baghdad jatuh ketangan bangsa Mongol
dan mengakhiri khilafah Abbasiyah disana, juga merupakan awal kemunduran
politik dan peradaban islam. Karen apada masa itu Baghdad merupakan pusat
kebudayaan dan merupakan kawasan yang kaya akan khasanah ilmu pengetahuan itu
ikut pula lenyap dibumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan
tersebut.
Kejatuhan Baghdad ini
tidak semata-mata karena faktor ekstern tetapi juga karena faktor intern yang
telah meruntuhkan khilafah Abbasiyah disana.
Faktor intern itu antara lain adanya perpecahan yanng ditandai dengan
lepasnya daerah kekuasaan yang kemudian membentuk kerajaan kecil-kecil, hal
tersebut berdampak pada lemahnya kekuatan ekonomi yanng juga timbul karena
adanya korupsi dan keinginan untuk hidup mewah dikalangan penguasa, dan
faktor-faktor lainnya.[4]
2.
Serangan
Dinasti Timur Lenk
Belum sempat bangkit
dari kejatuhan, seabad kemudian malah petaka yang tidak kalah
dahsyatnyakembali terjadi. Penyerangan
kali ini yang dipimpin oleh Timur Lenk kedunia islam tidak kurang membawa
kehancuran, bahkan dia lebih kejam dari pada Jengiskhan atau Hulaghu Khan.
Berbeda dengan Jengiskhan dan Hulaghu Khan yang masih menganut kepercayaan
Syamaniyah Timur Lenk ini sudah menganut “agama islam’. Pda tanggal 10 April
1370 M Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai penguasa tunggal di Tranxosiana.
Ia berencana untuk menaklukan daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh
Jengiskhan. Ia berkata: sebagaimana ada 1 Tuhan di alam ini maka dibumu
seharusnya hanya ada seorang raja.” Pada tahun 1381 M, Ia menaklukan khurasan,
terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Banyak bangunan, seperti
sekolah dan masjid yang bersal dari zaman Nuruddin Zanki dari Ayyubi
dihancurkan. Demikian pula Damaskus dikuasainya sehingga masjid Umayah yang
bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu serangan diteruskan ke
Baghdad dan membantai 20 ribu penduduknya. Dari mayat-mayat tersebut ia membuat
120 menara tanda kemenangan. Timur lenk berambisi juga untuk menguasai kerajaan
Usmani di Turki. Karena kerajaan ini banyak menguasai daerah-daerah bekas
imperium Jengiskan dan hulagukhan.
3.
Dinasti
Mamluk di Mesir
Satu-satunya penguasa
Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia (Hulagukhan) ialah tentara
Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir yang dibawa pimpiman sultan
Baybars (1260-1277) sebagai sultan yang terbesar dan termasyhur serta dipandang
sebagai pembangun hakiki dinasti Mamluk di Mesir.
Dinasti Mamluk
berkuasa sejak tahun 1250 M. Menggantikan dinasti Al-Ayyubi dan berakhir tahun
1517 M karena dapat meghalau tentara Hulagukhan, Mesir terhindar dari
penghancran, sebagaimana dialami didunia Islam lain yang ditaklukan oleh
Hulagu. Dinasti Mamluk mengalami kemajuan diberbagai bidang. Kemenangannya
terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk menguasai
daerah-daerahdisekitarnya. Banyak penguasa-penguasa kecil menyatakan setia pada
dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan tentara salib di sepanjang laut
tengah.
Dibidang politik atau
pemeraintahan, pemerintahan dinasti ini bersifat Oligarki Militer kecuali dalam
waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M). Menerapkan pergantian sultan
secara turun menurun.
Dalam bidang ekonomi,
ia membuka hubungan perdagangan dengan prancis dan Italia, terutama setelah
kejatuhan Bghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat kairo menjadi kota yang
sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara laut merah dan laur
Eropa. Hasil pertanian juga meningkat.
Dibidang ilmu
pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian-pelarian ilmuan-ilmuan asal baghdad
dari serangan Mongolia karena itu ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir. Seperti
sejarah, kedokteran, matematika, dan ilmu Agama.
4.
Spanyol
Pada abad pertengahan
ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada dibawah dinasti Bani Ahmar
(1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di Spanyol setelah kurang
lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini.
Hal ini disebabkan
karena terjadinya perpecahan diantara umat Islm terutama orang-orang istana
dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihakumat kristen berhasil mempersatukan
diri. Abu Abdullah sebagai kholifah terakhir tidak mampu lagi membendung
serangan-serangan kristen yang dipimpim oleh Ferdinand dan Isabella, dan
akhirnya menyerahkan diri, dan dia sendri hijrah ke Afrika Utara. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat islam setelah itu
dihadapkankepada dua pilihan, masuk kristen atau pergi meninggalkan spanyol.
Beberapa kemunduran dan
kehancuran umat islam di spanyol diantaranya:
1. Konflik
Islam dengan kristen
2. Adanya
ideologi pemersatu
3. Kesuliatn
ekonomi
4. Tidak
jelasnya sistem kekuasaan
5. Keterpencilan.[5]
C. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800 M)
Sepanjang sejarah islam pada abad pertengahan ini,
ada berpuluh-puluh dinasti bahkan mungkin mencapai ratusan dinasti islam muncul
dan timbul tenggelam akibat perang saudara. Hanya ada beberapa dinasti yang
bertahan cukup lam, yaitu dinasti Syafawi di Persia (Iran), dinasti Turki Usmani di Turki, dan
dinasti Mughal di India.[6]
1.
Dinasti
Syafawi di Persia (Iran)
a. Latar
belakang berdirinya Dinasti Syafawi
Daulah Syafawiyah berasal dari
sebuah gerakan tarekat yang didirikan oleh Syekh Ishak Syafiuddin (1252-1334)
yang berpusat di Ardabil, sebuah kota di Azerbijan. Tarekat Safawiyah ini
didirikan bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani di Turki.[7]
Sebagai pendiri kerajaan, Safiuddin
dikenal sebagai pribadi yang agamis. Ia merupakan keturunan Musa al-Kazhim yang
terkenal sebagai imam Syi’ah yang keenam. Setelah ia berguru dengan Syaikh Taj
al-Din Ibrahim Zahidi dan menjadi menantunya, ia mendirikan tarekat Safawiyah
pada tahun 1301 M. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah ini bertujuan untuk
memerangi orang-orang ingkar dan golongan Ahl al-Bid’ah Namun pada
perkembangannya, gerakan tasawuf berubah menjadi gerakan keagamaan yang
mempunyai pengaruh besar.[8]
Selama periode Syafawiyah di Persia,
persaingan antara Turki dan Persia semakin nyata untuk mendapatkan kekuasaan.
Namun demikian Ismail merasa bahwa saingan terberat adalah Sultan Turki
Utsmani, Salim 1. Penyebab ketegangan antara kedua penguasa Muslim (Salim:
Sunni dan Ismail: Syi’ah) berasal dari kebencian Salim dan ajaran Syi’ah yang
ada didaerah kekuasaannya. Fanatisme Salim membuatnya membunuh 40.000 orang
yang dicurigai dan didakwa telah mengingkari ajaran Sunni.
Ketegangan kedua penguasa ini
berakhir pada peperangan Chalddiran, Tibriz (6 september 1514M). Persia
dipimpin oleh Shakh Ismail menjalankan perang dengan turki, sang shakh
mengadakan persahabatan dengan Portugis yang ada di India untuk menyerbu Turki
dan Mesir dan akhirnya shah dapat mempertahankan Persia.[9]
b. Kesultanan
Kerajaan Syafawiyah
Pada 1524, shah Ismail wafat.
Wilayah kekuasaannya meliputi daerah utara Tranxsosiana sampai teluk Persia di
wilayah selatan. Afganistan dibagian Timur hingga dibagian Barat sungai Eufrat.
Setelah ituShah Tamasp putranya diangkat menjadi raja. Pada tahun 1554 M. Dia
menjadi penguasa yang paling lama berkuasa di kerajaan Syafawiyah. Setelah ia
meninggal dunia, terjadilah benturan antara pangeran syafawi dengan Suku
Kijilbash.Tetapi yang paling dekat dengannya adalah anak ke-limanya yaitu
Pangeran Haedar Mirza, kedekatan ini yang membuatnya mengumumkan dirinya
menjadi pangeran, inilah yang membuat orang Kijilbash menjadi keberatan,
akhirnya Haedar Mirza terbunuh.[10]
Kamudian naiklah Ismail Mirza
sebagai pangeran yang terkenal sangat kejam dan rakus pada tahun 1576. Dia
membunuh delapan pangeran dan lima belas keluarga kerajaan. Pada saat
kematiannya rakyat merasa senang karena terbebas dari kediktatorannya. Kemudian
Ia digantikan oleh Muhammad Mirza (anak sulung dari Shah Thamasp) yang dijuluki
dengan Shah Muhammad Khuda Bandah. Pada periode ini tidak ada kemajuan yang
berarti.Setelah periode ini naiklah Shah Abbas yang pada saat itu berusia enam
belas tahun. Ia sangat terkenal dan berhasil menarik simpati rakayatnya dan Ia
berhasil menstabilkan kondisi pemerintahan. Abbas I menempuh langkah yaitu:
1) Berusaha menghilangkan dominasi
pasukan Qizibasy atas Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang
terdiri atas budak-budak.
Pada periode ini kamjuan ilmu
politik dan ekonomi sangat pesat. Salah satu bukti kamjuannya adalah
bangunan Cahel Sultun yang terdiri atas empat puluh pilar yang
kokoh, disanalah kerajaan Syafawiyah. Disisi lain puisi dan filsafat juga
mendapatkan perhatian pada periode ini. Lembaga-lembaga pendidikan Syi’ah juga
berkembang dengan subur. Banyak sekolah yang dibangun oleh kerajaan Syafawiyah
di Isfahan, Siraj dan Mushad.Hancurnya Syafawiyah dimulai sejak wafatnya Abbas
I, tetapi kehancuran total mulai terlihat ketika Khalifah Sulaiman berkuasa. Ia
balas dendam karena rezim Syi’ah melakukan pemerasan dan penindasan terhadap
rakyat, termasuk pemaksaan terhadap ulama dari golongan Sunni agar menerima
ajaran Syi’ah. Dan puncak kehancurannya teradi saat kekuasaan Shah Sultan
Husein II.[12]
Pemimpin selanjutnya adalah Karim
Khan yang merupakan pimpinan koalisi kelompok kesukuan Zand di Iran Barat.
Rezim ini berlangsung secara efektif dari tahun 1750-1779. Selama periode ini
Iran berada dibawah dominasi ekonomi dan politik dari kekuatan Barat, khusunya
Inggris dan Rusia. Campur tangan bangsa-bangsa Eropa terhadap Iran datang dalam
bentuk penaklukkan dan pengukuhan pengaruh mereka melalui persaingan antar
kekuatan Eropa terutama Inggris dan Rusia.
Pada 1925, muncullah Dinasti
Pahlevi yang dipimpin oleh Reza Khan setelah mengusir Ahmad Ali Shah penguasa
dari Dinasti Qajar. Kemudian dia secara resmi memakai mahkota Iran. Pada masa
inilah Iran mengalami kemajuan yang cukup pesat di berbagai bidang, kemudian
dia mengangkat puteranya yang bernama Muhammad Reza sebagai shah-e-Iran. Pada
masa ini ia berhasil menasionalisasikan Anglo Iranian Oil Company menjadi
milik Iran pada tahun 1951, melalui pengesahan di parlemen. Kekuasaannya lama
sampai pada akhirnya muncullah revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah
Khomaini.[13]
c. Kemajuan
Peradaban Islam di Persia
Kebudayaan dan peradaban memiliki
arti yang hampir sama tetapi terdapat perbedaan dalam hal perwujudannya.
Demikian juga dengan kemajuan peradaban Islam di Persia. [14]Keberhasilan
raja Abbas I dalam merebut kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh
kerajaan lain pada masa raja-raja sebelumnya menjadi tolak ukur kemajuan
peradaban Islam di Persia khususnya dalam bidang politik. Selain kemajuan di
bidang politik, raja Abbas I juga telah membawa peradaban Islam menuju masa
keemasan di bidang yang lainnya seperti ekonomi, ilmu pengetahuan dan
pembangunan.
Di bidang ekonomi, raja Abbas I
berhasil mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pusat perdagangan yang berada pada
jalur penghubung antara Timur dan Barat. Sedangkan di dunia IPTEK, Persia masa
itu berhasil melahirkan ilmuwan-ilmuwan handal seperti Baha al-Din al-Syaerazi,
Sadar al-Din al-Syaerazi (filosof) dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad yang
pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah. [15]Pada masa kejayaan ini kerajaan
telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat
indah. Di kota tersebut berdiri bangunan-bangunan besar lagi indah, seperti
masjid-masjid, rumah sakit-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa di
atas Zende Rud, dan Istana Chihil Sutun. Pada pintu masjid ini terdapat lapisan
perak yang membuat masjid ini terlihat begitu megah.[16]
d. Kemunduran
dan Kehancuran.
Sepeninggal Abbas I Syafawi dipimpin
oleh Sultan-Sultan yang tidak mampu mempertahankan kemajuan Syafawi. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain sebagai berikut:
1)
Ketegangan dan konflik dengan Turki Usmani yang
keberadaannya jauh lebih besar dan kuat daripada Syafawi.
2)
Keadaan para sultan yang lemah dan tidak efektif memimpin.
Abbas II adalah raja yang gemar minum-minuman keras demikian juga sultan-sultan
setelahnya yang memaksakan kehendak terhadap rakyatnya sehingga banyak
pemberontakan yang menyebabkan kerajaan runtuh.
3)
Kelemahan para sultan ditambah dengan melemahnya semangat
pasukan budak-budak yang direkrut Abbas I, membuat Syafawi semakin.
4)
Dekadensi moral khusunya dilingkungan Istana juga
menyebabkan merosotnya pamor Syafawi dimata rakyatnya.[17]
2.
Dinasti Turki Usmani di Turki
a. Latar belakang berdirinya Dinasti
Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh
suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah yang termasuk suku
kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pimpinan suku kayi yaitu
Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol
dan lari kebarat.[18]
Bangsa Turki sangat rajin dan pintar berperang sehingga dalam waktu yang
relative singkat bangsa Turki mampu membangun sebuah kekuasaan politik yang
besar.Pada saat bangsa Mongol (sebelum Islam) dan orang Kristen, ingin
menghapus Islam dari muka bumi, orang Turki Usmani muncul sebagai pembela dan
pelindung Islam, bahkan mereka membawa panji-panji Islam sampai ke daratan
Eropa. Saat Mongol menyerang Sultan Alaudin di Anggara (sekarang Angkara),
al-Tugril membantunya mengusir Mongol, dan sebagai balas jasanya Alaudin
memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya kepada al-Tugril. [19]
Al-Tugril mendirikan Ibu Kota yang
bernama Sugut. Disanalah lahir puteranya yang pertama bernama Usman pada tahun
1258 M. kemudian al-Tugril meninggal dunia pada tahun 1288 M. sejak itulah
Usman mendeklarasikan dirinya sebagai Sultan dan berdirilah Dinasti Turki
Usmani. Usman memindahkan ibu kota ke Yeniy. Pada 1300 M sultan Alaudin
meninggal, maka Usman mengumumkan dirinya sebagai pemimpin yang berkuasa penuh.
b. Kesultanan
Turki Usmani.
Raja-raja Turki Usmani bergelar
Sultan dan khalifah sekaligus. Mereka mendapatkan kekuasaan secara
turun-temurun walaupun tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu.[20]
Setelah Usman meninggal pada tahun 1326 M, kemudian Ia digantikan oleh
puteranya yang bernama Orkhan (Urkhan). Pada periode ini tentara Islam pertama
kali masuk ke Eropa karena Orkhan berhasil membentuk tiga pasukan utama
tentaranya yang terdiri dari: Sipahi (tentara regular), Hazab (terntara
ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal
Al-Ganimah). Ketiga yaitu tentara Jenisari yang
direkrut pada saat berumur dua belas. Karena tentara tersebut menyalah gunakan
kekuatan mereka, sehinga pada masa Sultan Mahmud II berkuasa tentara ini
dibubarkan.
Setelah itu Sultan Mahmud digantikan
oleh puteranya yang bernama Murad I yang berhasil menaklukkan banyak daerah
seperti Adrionopol, Masedonia, Bulgaria, Serbia dan Asia Kecil. Namun yang
paling monumental adalah penaklukkan di Kosovo (1389 M) sehingga daerah
tersebut selama lima ratus tahun dikuasai oleh pemerintahan Turki Usmani.
Walaupun banyak menghadapi peperangan Sultan Murad I tidak pernah terkalahkan,
sehingga ia dijuluki Alexander pada Abad pertengahan. Setelah itu Murad
digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid yang terkenal dengan
julukan Ildrim/Eldream (kilat). Bayazid dengan cepat
menaklukkan daerah-daerah sekitar dan memperluas wilayahnya sampai ke Eropa.
Sepeninggal Bayazid Turki Usmani mulai mengalami kemunduran. Selanjutnya Turki
Usmani dipimpin oleh Muhammad yang berhasil mengmbalikan Turki Usmani seperti
sedia kala, dia berhasil menstabilkan Turki Usmani dan atas keberhasilannya ini
para sejarawan mensejajarkannya dengan Umar II dari dinasti Umayyah.[21]
Setelah Muhammad meninggal, ia
digantikan oleh Murad II yang berhasil mengembalikan citra Murad I, yaitu
dengan kembali merebut daerah-daerah kekuasaan di Eropa (Kosovo) yang sempat
lepas setelah Bayazid meninggal. Dia juga seorang penguasa yang saleh dan
dicintai oleh rakyatnya, juga seorang yang sabar, cerdas dan berjiwa besar dan
ahli ketatanegaraan.
c. Perluasan
Wilayah dan Puncak Kekuasaan
Penaklukkan Konstantinopel oleh
Kesultanan Utsmaniyah pada 29 Mei tahun 1453 saat dipimpin oleh Muhammad II
atau yang dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Muhammad al-Fatih mengukuhkan
status kesultanan tersebut sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan
Mediterania Timur.[22]Pada masa ini Kesultanan Utsmaniyah
memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah, memperluas wilayahnya
sampai ke Eropa dan Afrika Utara di bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah
mengukuhkan kesultanan sebagai kekuatan dagang yang kuat. Perekonomian
kesultanan juga mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan
antara Eropa dan Asia. Pada saat itulah kehancuran bagi Bizantium yang sudah
berkuasa sebelum masa Nabi. Sultan Muhammad al-Fatih juga berhasil menaklukkan
Venish, Italy, Rhodos dan Cremia yang terkenal dengan Konstantinopel II.[23]
Al-Fatih juga menetapkan
undang-undang baru dalam Islam yang disahkan dalam Qanun Namah yaitu
membunuh saudara kandung, termasuk keponakan, paman dan keluarga dekat yang
dianggap bersaing dalam perebutan kekuasaan- adalah Halal, dengan alasan untuk
tetap menjaga keutuhan Negara dan wilayahnya tidak terpecah-pecah. Fatwa
tersebut disahkan oleh Syaikh al-Islam. Setelah Fatih meninggal, ia
digantikan oleh puteranya yang bernama Bayazid II, kemudian dilanjutkan oleh
anaknya yang bernama Salim I, ia terkenal sebagai penguasa yang sangat kejam.
Dalam sejarah Eropa, ia dikenal sebagai Salim The Grim. Sebelum
menjadi Sultan ia melawan ayahnya dan melakukan pembunuhan terhadap saudaranya
yang bersaing merebut tahta dan kekuasaan. Ia menaklukkan Asia Kecil, Persia,
Kaldrin dan Mesir dan juga berhasil menaklukkan Sultan Mamluk (1517 M). Ia juga
memindahkan Khalifah Bani Abbas ke Konstantinopel dan merebut gelar saklar
dengan cara paksa. Dengan pemindahan jabatan sacral dari Kairo ke
Konstantinopel, maka sejak itu nama kota tersebut berubah menjadi Istambul.
Sejak saat itu dalam sejarah Islam
terdapat dua jabatan penting yang dukuasai oleh seorang penguasa, yaitu sebagai
Sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi seluruh dunia Islam.
Sepeninggal Salim I, ia digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M, ia merupakan
penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki sebagai
Sulaiman Al-Qanuni. Sulaiman merupakan pemimpin yang paling terkenal di
kalangan Turki Usmani dan pada awal abad ke-16 ia adalah kepala Negara yang
paling terkenal di dunia. Sulaiman juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam
bahasa Turki. Bahkan pada saat terjadi pertentangan antara protestan dan
katolik di Eropa, sebagian diantara mereka meminta suaka politik kepada
Khalifah Sulaiman. Setelah Sulaiman, kerajaan Turki Usmani mengalami
kemunduran.[24]
d. Runtuhnya
Khilafah Turki Utsmani.
Sejaktahun 1920, MustafaKemalPasha menjadikan Ankara sebagai pusat aktivitas politiknya. Setelah menguasai Istambul, Inggrismenciptakan kevakuman politik,
dengan
menawan banyak
pejabat negara dan menutup kantor-kantor dengan paksa sehingga bantuan kholifah
dan pemerintahannya mandeg. Instabilitas terjadi di dalam negeri, sementara
opini umum menyudutkan kholifah dan memihak kaum nasionalis. Situasi ini
dimanfaatkan Mustafa Kemal Pasha untuk membentuk Dewan Perwakilan Nasional, dan
ia menobatkan diri sebagai ketuanya. Sehingga ada 2 pemerintahan; pemerintahan
khilafah di Istambul dan pemerintahan Dewan Perwakilan Nasional di Ankara.
Setelah resmi dipilih jadi
ketua parlemen, Pasha mengumumkan kebijakannya,
yaitu mengubah sistem khilafah dengan republikyang dipimpin seorang presiden yang dipilih lewat Pemilu.
Tanggal 29 November 1923,
ia dipilih parlemen sebagai presiden pertama Turki.
Kemal mengeluarkan ancaman bahwa penentang sistem republik ialah pengkhianat
bangsa dan ia melakukan teror untuk mempertahankan sistem pemerintahannya.
Kholifah digambarkan sebagai sekutu asing yang harus dienyahkan.[25]
3.
Dinasti Mughal Di India
a. Latar belakang
berdirinya Dinasti Mughal
Kerajaan Mughal patut untuk
dimasukkan ke dalam salah satu kerajaan terkuat di India. Latar belakang
sejarah berdirinya kerajaan Mughal berawal dari ekspansi yang dilakukan oleh
Zahirudin Muhammad dikenal dengan Babur yang berarti singa,
salah satu cucu dari timur lank. Kemenangan Babur atas ekspansi di wilayah
Samarkand tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari kerajaan Safawi.
Sehingga dalam beberapa peperangan kerajaan Mughal selalu mendapatkan
kemenangan.
Pada saat ayahnya Umar Shekh Mirza
meninggal dunia pada Juni 1494 M Babur yang ketika itu baru berumur sebelas
tahun langsung diangkat menjadi penguasa Fargana. Walaupun ia masih muda, tapi
semangatnya matang, hal ini terbukti pada tahun 1496, dia berusaha menaklukkan
Samarkhan walaupun belum berhasil, namun dalam serangan berikutnya pada 1497,
Samarkhan dapat ditaklukkan. Pada 1525 M, Babur meneruskan perjalanannya menuju
Punjab, dan dalam pertempuran tersebut Punjabpun dapat ditaklukkannya, ini
merupakan kesempatan baik bagi Babur untuk mengadakan serangan ke Delhi, dimana
pada waktu itu Sultan Ibrahim Lodi sedang berselisih dengan pamannya, Alam pada
21 April 1526 M, terjadilah peperangan yang dahsyat di panipat, Sultan Ibrahim
dengan gigih mempertahankan negeri bersama 100.000orang tentara dan 1000
kendaraan Gajah. Namun Babur mampu memenangkan pertempuran karena ia menggunakan
senjata api nerupa Meriam, dan akhirnya Sultan Ibrahim Lodi gugur bersama
25.000 pasukannya.[26]
Dengan ditaklukkannya Sultan
Ibrahim, maka ini merupakan kesempatan untuk Babur untuk mendirikan kerajaan
Mughal di India. Selain itu anaknya yang bernama Humayun disuruh untuk
menaklukkan kota terbesar kedua di India yaitu Agra, serta kota-kota penting
lainnya, Babur juga berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan lain yang terdapat
dianak benua India, termasuk juga kerajaan-kerajaan Hindu. Dibawah pimpinan
Amir Mahmud beserta 100.000 pasukan Islam memporak-porandakan pasukan Hindu di
Khanwa. Raja dari kerajaan Hindu yaitu Rana Sangga, mati terbunuh dalam
peristiwa yang terjadi pada tahun 1527.
b. Kesultanan
Kerajaan Mughal
Setelah Babur menikmati usahanya
membangun kerajaan Mughal selama lima tahun, karena ia wafat pada tahun 1530 M,
kemudian pemerintahan diteruskan oleh puteranya yang bernama Humayun. Pada
pemerintahannya ia terlibat dalam beberapa peperangan diantaranya pada tahun
1535 M di Baksardekat Barnasmelawan pasukan Sher Khan. Humayun kalah dalam
pertempuran tersebut. Pada pertempuran kedua Humayun mengalami kekalahan yang
serupa sehingga harta rampasan perang dikuasai oleh Sher Khan, sedangkan
pasukan yang mati dalam pertempuran dibuang kesungai.karena kalah akhirnya
Humayun melarikan diri. Dalam pelariannya ia sempat menikah dengan putrid
Hamidah Banu Begumdan lahirlah puteranya yang bernama Akbar Agung pada 23
November 1542. Ia berusaha mengkonsoloidasi sisa-sisa pasukannya. Humayun
menghadap Sultan Syafawiyah yang bernama Sheh Thamasp untuk meminta bantuan.
Setelah disetujui, iapun mempu menaklukkan Kandahar dan Kabul.[27]
Sementara itu setelah Shekh Khan
(yang berhasil mengalahkan Humayun) meninggal pada tahun 1545 M, anak-anaknya
tidak dapat memlihara pusaka kerajaan yang telah diwariskan. Mereka saling
berebut kekuasaan sehingga kekuatan Negara menjadi pecah. Kesempatan inilah
yang dimanfaatkan oleh Humayyun untuk merebut kembali kekuasaan yang sempat
terampas darinya. Oleh karena itu pada November 1555 M Lahore dapat
ditaklukkan. Ia pun melanjutkan perjalanan menuju Delhi. Ditengah perjalanan ia
dihadang oleh pasukan Iskandar Shah, akan tetapi Humayyun dan pasukannya dapat
melumpuhkannya dan Delhipun dapat direbut kembali. Namun tidak berselang lama
Humayun wafat, tepatnya pada tanggal 24 januari 1556 M.
Setelah Humayun wafat, ia digantikan
oleh puteranya yang bernama Muhammad, yang diberi gelar Abu Fath Jalaluddin dan
yang paling terkenal adalah Sultan Akbar Agung. Ia menjadi raja terbesar
diantara raja-raja Mughal di India. Kekuasaannya melingkupi seluruh wilayah
anak benua India. Pada awal pemerintahanya, ia diserang oleh sisa-sisa kerajaan
Afgan yang masih berkuasa di Bihar, Ayudhiya, dan Bangla dibawah pimpinan Adil
Khan. Namun akhirnya ia dapat dikalahkan oleh pasukan Akbar Agung dan mengaku
tunduk padanya.[28] Patut dicatat dalam sejarah, bahwa
Sultan Akbar Agung dikenal sebagai pribadi yang Jenius, bijaksana, ahli
berperang dan administrator Negara yang ulung, selain itu juga ia dikenal
sebagai tokoh Ilmu Perbandingan Agama. Prestasi ini disebabkan karena
pemikirannya dalam konsep Dien-e-Ilah yang mengandung berbagai
anasir dari berbagai unsure agama, yaitu Hindu, Budha, Jaina, Islam, Parsi, dan
Kristen. Inti dari konsep ajaran tersebut adalah, bahwa agama merupakan gejala
dari rasa tunduk kepada satu zat yang Maha Kuasa. Menurut Sultan Akbar,
agama-agama tersebut pada hakekatnya adlah satu. Oleh karena itu perlu dicari
jalan kesatuan inti agama, dan ia membuat agama baru yang disebutnya
sebagai Dien-e-Ilah (1582 M). selain itu ia juga mengajarkan
ajaran yang disebut Sulh-e-Kul yang memiliki arti perdamaian
universal.[29]
Setelah Sultan Akbar wafat,
puteranya Sultan Salim diangkat menjadi penggantinya, yang dijuluki dengan
gelar Jahanggir. Bersama kematian Sultan Akbar maka ajaran Dien-e-Ilah dihilangkan
atau dilarang, karena pada prinsipnya sebagian besar ummat Islam menolak ajaran
tersebut. Jahanggir merupakan raja pelukis dari para pelukis karena karya
lukisannya sangat bagus dan luar biasa. Jahanggir menikah dengan putri Persia
yang bernama Mahruun Nisa’, setelah menjadi permaisuri diberi gelar Nurjannah
yang berarti cahaya dunia (250-251). Karena kecintaannya terhadap permaisuri,
ia terlena. Sang istri mulai mencampuri urusan kenegaraan, akibatnya kewibawaan
dari Sultan Salim mulai luntur. Terjadilah pemberontakan yang dilakukan oleh
puteranya sendiri yang bernama Khurram. Ia dipenjarakan sampai menemui ajalnya.
Prestasi lain yang dicapainya adalah
penerapan bahasa Urdu sebagai satu bahasa resmi Negara sebagai akomodasi dari
berbagai bahasa termasuk Sanksekerta dan parkit sebagai bahasa masyarakat umum,
bahasa Turki untuk kalangan Istana, bahasa Persi untuk pejabat kantor dan
bahasa Arab untuk kalangan agamawan. Setelah Jahanggir wafat, kerajaan
diperebutkan oleh kedua puteranya yaitu Shah Jahan dan Asaf Khan. Perselisihan
tersebut akhirnya dimenangkan oleh Shah Jahan (1628 M) yang kemudian diberikan
gelar Abul Muzaffar Sahabuddin Muhammad SahibQiran-e-Sani, sedangkan
saudaranya ditangkap dan dipenjarakan, dan matanya dibutakan. Pada waktu ia
menjadi raja Shah Jahan telah menikah dengan Mumtaz Mahal, dan dari
pernikahannya tersebut, ia dikaruniai enam anak, yaitu 2 orang laki-laki dan 4
orang perempuan.[30]
Shah Jahan mampu menaklukkan Galkon,
Bidar dan Baijapur dengan dibantu oleh puteranya. Namun akhirnya terjadi
perselisihan diantara putera-puteranya untuk menggantikan kedudukannya.
Aurangzeb dapat mengalahkan saudaranya, dia membujuk ayahnya agar diizinkan
masuk ke istana dengan membawa bala tentaranya dan berjanji untuk tidak akan
mengganggu kedudukan ayahnya, tetapi Aurangzeb mengingkari janjinya, dia
melumpuhkan ayahnya dan memenjarakan ayahnya, sebagaimana Shah Jahan
memenjarakan Jahanggir (156 M). pada masa pemerintahannya Shah Jahan
meninggalkan hasil kebudayaan yang memiliki nilai artistic yang sangat tinggi
yaitu Taj Mahal yang ia persembahkan kepada permaisurinya, disana pula akhirnya
ia dimakamkan oleh puteranya. Hal ini mengingatkan akan kisah Abdurrahman III
di Andalusia yang membangun Qashr Az-Zahra untuk mengabdikan
cintanya kepada istrinya Fatimah Az-Zahra.[31]
Aurangzeb termasuk berhasil dalam
menjalankan pemerintahan, karena dia mampu memberikan corak keislaman di
tengah-tengah masyarkat Hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya untuk masuk Islam.
Ia memerintahkan untuk menanam arca-arca Hindu dibawah jalan-jalan menuju
Masjid agar orang Islam setiao harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan
Aurangzeb itu banyak menuai kritik dari kalangan Hindu, diantaranya kerajaan
Rajput yang pada awalnya mendukung kerajaan Mughal tapi kemudian menentanganya.
Tindakannya yang sewenang-wenang itu pula yang akhirnya membawa kerajaan Mughal
mengalami kemunduran.
c. Kemajuan
di Bidang Peradaban.
Kebijakan-kebijakan dalam
pengembangan kebudayaan ditampakkan adanya bentuk perpaduan antara unsure Islam
dan Hindu. Bentuk perpaduan ini dapat dilihat secara jelas pada arsitektur dan
lukisan dan beberapa benteng Istana di Ajmer, Agra, Allahabad, Lahore dan
Fathepur Sikri dan juga terlihat pada bentuk motif lonceng dan sejumlah sarana
lainnya. Kubah yang lahir dari tradisi arsitektur Muslim dipakai baik untuk
Masjid maupun Kuil. [32]
Perekonomian Mughal mengandalkan
sector Pertanian dan industry, system pertanian dibangun, dimana petani tigkat
bawah bertanggung jawab atas tanah garapan yang disebut Deh. Antara
pemerintah dan petani dihubungkan dengan seorang Muqaddam. Hasil pertanian yang
melimpah ruah mampu mensuplai kebutuhan bahan baku bagi pabrik-pabrik
pengolahan. Kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil di zaman Aurangzeb.
Ia mengekspor tenun, rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium dll ke pasar
Eropa.
Bidang seni syair dan seni
arsitektur berkembang pesat. Terdapat seorang penyair Istana terkenal yang
bernama Malik Muhammad Jayazi, yang menulis karya agung yang berjudul Padmavat. Bangunan
yang negah dan indah yang merupakan peninggalan Mughal yang sampai sekarang ada
yaitu Istana Fathur Sikri, Lahore, Villa, Tajmahal, dan Masjid Agung Delhi.
Sedangkan bahasa Urdu meningkat menjadi bahasa literature menggantikan bahasa
Persi yang semula dipakai dikalangan Istana sultan-sultan di Delhi. Diantara
penulis pertama dalam bahasa Urdu adalah Mazhar, Sauda, Dard dan Mir.[33]
d. Kemunduran
dan Kehancuran.
Setelah Aurangzeb wafat, raja-raja
berikutnya mulai lemah. Kerajaan Mughal dan rajanya tidak lebih hanya sebagai
symbol dan lambing belaka, bahkan raja digaji oleh colonial Inggris yang datang
dan tinggal didalam Istana. Akhirnya raja terakhir Bahadur Shah memimpin
pemberotakan melawan Inggris namun gagal, bahkan ia tertangkap dan disiksa
secara keji, lalu dibuang ke Rangon (Myanmar) pada tahun 1862. Dengan demikian
maka tamatlah riwayat Kerajaan Islam Mughal di India, setelah beraba-abad
lamanya mengalami kejayaan. Peninggalannya yang paling berharga adalah bangunan
Istana Taj Mahal dan Masjid yang indah. Mereka juga membantu penyebaran ajaran
agama Islam di anak benua India.[34]
Banyak factor penyebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughol antara lain
adalah:
1)
Perebutan kekuasaan antara keluarga. Hampi semua keturunan
Babur umumya mempunyai watak yang keras da ambisius. Semua berebut kekuasaan
sehingga terjadi perang saudara.
2)
Pemberontakan oleh Ummat Hindu yang pada saat itu mayoritas,
sedangkan Islam merupakan minoritas karena penguasa yang terakhir memimpin
melakukan pendekatan masuknya Islam lebih kepada jalur politik bukan pada jalur
dakwah cultural. Sehingga membuat sebagian garis keras orang-orang Hindu tidak
senang dan berontak. Sehingga pemberontakan demi pemberontakan tidak dapat
dielakkan lagi.
3)
Serangan dari pihak atau kekuatan luar. Serangan dari luar
semula dilakukan oleh kerajaan Syafawi di Persia, kemudian dilanjutkan dengan
serangan dari Afganishtan. Pangkal perselisihan antara Mughal dan Syafawi
adalah karena rebutan daerah Kandahar.
4)
Kelemahan ekonomi. Kemunduran politik Mughal sangat
menguntungkan bangsa-bangsa barat untuk menguasai jalur perdagangan.[35]
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Karim M. 2007 Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Badri Yatim. 1993. Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: PT grafindo Persada
Hassan Ibrahim. 1979. Tarikh
al-Islami Juz IV, Kairo: Maktabah al-Nahdhad al-Mishriyah
Mansur. 2004. Peradaban Islam dalam
Lintasan Sejarah .Yogyakarta: Global Pustaka Utama
Muhammad Nurhakim. 2003 Sejarah dan
Peradaban Islam. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang
Syafiq A.Mughni. 2009. Sejarah
Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Wahid. 2009. sejarah
kebudayaan Islam Madrasah Aliyah, Bandung:CV Armico
Kerajaan Safawi di Persia, http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/agama/kerajaan-safawi-di-persia/accessed
tanggal 10 juli 2008 diunduh 24 Oktober 2014 pukul 08.00 WIB
PeradabanPersia, http://pengetahuan-subyek.blogspot.com/2007/06/peradaban-persia.html/accessed tanggal
5 juli 2008.
diunduh
24 Oktober 2014 pukul 09.10 WIB
diunduh
24 Oktober 2014 pukul 09.10 WIB
[2]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:
PT grafindo Persada, 1993, hml. 111
[3]
Hassan Ibrahim, Tarikh al-Islami Juz IV, Kairo: Maktabah al-Nahdhad
al-Mishriyah, 1979, hlm. 132
[4]
Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989, hlm. 309
[5]
Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan
Islam, Yogyakarta: Kota Kembang, 1989, hlm. 309-311
[6]
Wahid, sejarah kebudayaan Islam Madrasah
Aliyah, Bandung:CV Armico, 2009. Hlm. 69-74
[7]
Mansur, Peradaban
Islam dalam Lintasan Sejarah ,(Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004), hal. 62.
[8]
Kerajaan Safawi
di Persia, http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/agama/kerajaan-safawi-di-persia/accessed
tanggal 10 juli 2008
[9]Abdul Karim M, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2007), hal. 306.
[12]
Abdul Karim
M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007), hal. 308
[16] Op. Cit. Kerajaan Safawi
di Persia, http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/agama/kerajaan-safawi-di-persia/accessed
tanggal 10 juli 2008
[17]Muhammad Nurhakim, Sejarah dan
Peradaban Islam, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
2003), hal. 144.
[18] Syafiq A.Mughni, Sejarah
Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997), hal. 51.
[19]
Abdul Karim
M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007), hal. 310.
[20]
Syafiq
A.Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu. 1997), hal. 53.
[22]KerajaanTurkiUsmani, file:///D:/DOCUMEN/INTERNET/3%20Kerajaan/Turki%20usmani.htm/accessed
tnggal 5 juli 2008.
[23]
Abdul Karim
M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007 hal, 312.
[25]
Kesultanan
Usmaniah, http://wapedia.mobi/id/Kesultanan_Utsmaniyah?t=3./accessed tanggal 8 Juli 2008
[26]
Abdul Karim
M, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007), hal. 315.
[33] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan
Peradaban Islam, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
2003), hal 149-150
[34] Abdul Karim M, Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007)hal. 318
[35] Muhammad Nurhakim, Sejarah dan
Peradaban Islam, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
2003), hal. 151.
Komentar
Posting Komentar