PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemampuan
manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami lingkungannya merupakan
potensi dasar yang memungkinkan manusia belajar, dengan belajar manusia menjadi
mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan
dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas belajar, oleh karena itu
sangat wajar apabila belajar merupakan konsep kunci dalam setiap kegiatan
pendidikan. Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau
pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap
siswa. Mengajar ini juga sama pentingnya dengan belajar.
Belajar dan mengajar selalu berkaitan karena
seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi interaksi
antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Adapun Istilah pembelajaran menjadi istilah
yang makin populer dan banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran
merupakan terjemahan dari Instruction dimana sebelumnya dipadankan dengan
istilah pengajaran. Dalam hal ini yang dapat membantu seseorang untuk dapat
mengajar bukanlah penguasaan metode-metode, melaikan petunjuk tentang bagaimana
merancang “jalan pengajaran” atau proses mengajar.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka
rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa pengertian belajar, mengajar dan
pembelajaran?
2. Apa pengertian proses belajar
mengajar dalam pendidikan Islam?
3. Apa sajakah komponen-komponen proses
belajar mengajar dalam pendidikan Islam?
4. Bagaimana cara melaksanakan
Pengajaran dalam pendidikan islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian belajar,
mengajar, dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui proses belajar
mengajar dalam pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui komponen-komponen
proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam
4. Untuk mengetahui cara melaksanakan
pengajaran dalam pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
PROSES
PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian Belajar, Mengajar dan
Pembelajaran
1.
Pengertian
Belajar
Para ahli
mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keseragaman tentang
makna belajar diantaranya
a.
Geoch, mengatakan
: learning is a change in performance as a result of
practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam
performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
b.
Cronbach memberikan
defenisi : learning is show by a change in behavior as a result of
experience(:belajar adalah pertunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil
dari pengalaman[1]
c.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning
and Memory berpendapatLearning is a change in organism due to
experience which can affect rhe organism’s behavior. Artinya, belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut. jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut baru dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.[2]
d.
Arthur J. Gates, menurutnya yang dinamakan belajar adalah
perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan (leraning is the
modification of behavior through experience and training).[3]
Dari
berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat
ditarik semacam kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses
penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam perspektif agama
pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajad kehidupannya meningkat. Hal
ini dinyatakan dalam surah Mujadalah: 11 yang artinya: “niscaya Allah akan
meningkatkan beberapa derajad kepada orang-orang dan “berilmu”. Ilmu
dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan
zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.[4]
Belajar
memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur’an. Pertama, bahwa
orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan
segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Kedua, manusia
dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat
membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya
karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga, dengan
ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.[5]
2.
Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya
proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai
kegiatan guru. Disamping itu ada beberapa difinisi lain yakni:
a.
Mengajar adalah
menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti tujuan
belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai
pengetahuan.
b.
Dalam pengertian yang
luas, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas mengorganisasikan
atau mengatur lingkunagn sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya
menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi
para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu
perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun
mental.[6]
3.
Pengertian
Pembelajaran
pembelajaran merupakan proses
yang kompleks , di dalamnya mencakup proses/kegiatan belajar dan kegiatan
mengajar. Kegiatan belajar terutma terjadi pada siswa dengan segala
aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sedangkan kegiatan mengajar diperankan
oleh guru atau doses dalam perannya sebagai fasilitator dan desainer proses
pembelajaran. Oleh karena itu kualitas proses pembelajaran termasuk juga
hasil-hasilnya sangat ditentukan oleh kualitas interaksi dalam proses tersebut,
meskipun dikarenakan kewenangannya peran guru/dosen akan lebih menonjol bila
dilihat dari sudut manajemen pembelajaran. Dalam suatu institusi pendidikan,
murid/mahasiswa dipandang pihak yang belajar, guru/dosen sebagai pihak
yang mengajar dan seluruh konstelasi tersebut serta komponen-komponennya dalam
suatu setting tertentu pada dasarnya menggambarkan suatu proses pembelajaran
yang merupakan salah satu aktivitas penting dalam proses pendidikan pada
institusi pendidikan. proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara
pembelajar (siswa/mahasiswa) dan pengajar (guru/dosen) dalam suatu interaksi
sosial yang khas (interaksi edukatif) guna mencapai tujuan pembelajaran.
Pelajar adalah pihak yang harus memanfaatkan proses tersebut untuk mencapai
tujuan belajarnya dan guru/dosen merupakan pihak yang harus membantu
terciptanya proses yang kondusif bagi efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
dengan mengacu pada kurikulum dan bahan ajar tertentu untuk kemudian dipilih
metoda dan media yang tepat.[7]
B.
Pengertian
Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan
sebagai kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta
didik, dengan fungsi utama pendidikan memberikan materi pelajaran atau sesuatu
yang memengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran,
pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik. Pengertian proses belajar
mengajar dalam arti sederhana ini dapat dipahami dari beberapa ayat dibawah ini.
Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS. al-Alaq (96): 1-5)
Dan Dia
Mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya
kepada para Malaikat lalu berfirman:” Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu
jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS. al-Baqarah (2): 31)
Dan Sesungguhnya
telah kami berikan hikmah kepada luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyuku, maka sesungguhnya Allah
Mahakaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya:“Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.” (QS. Luqman (31): 12-13).[8]
Dan ayat-ayat al Qur’an tersebut dapat diperoleh
isyarat tentang kegiatan belajamengajar dengan berbagai komponen . pada surat
al alaq (96) ayat 1 hingga 5, prose belajar mengajar berlangsung dari tuhan
kepada nabi Muhammad SAW. melalui metode membaca (iqra’) tuhan (melalui
malaikat jibril ) ingin agar nabi Muhammad SAW membacakan segala sesuatu yang
disampaikan oleh malaikat jibril.[9]
Pada surat al- baqarah yat 31, proses belajar
mengajar berlangsung dari tuhan ( sebagai maha guru) kepada adam ( sebagai
mahasiswa). Adapun materi yang diajarkan pada proses belajar mengajar tersebut
berupa nama-nama segala sesuatu, tersebut nama-nama benda, yakni hokum-hukum
alam yang terdapat di alam jagat raya, yang semuanya itu sebagai bukti adanya
nama-nama atau tanda-tanda kekuasaan tuhan. Adapun metode yang digunakan adalah metode
al-ta’lim, yakni memberikan pengertian, pemahaman, wawasan, dan pencerahan
tentang segala sesuatu dalam rangka membentuk pola piker (mindset).
Selanjutnya pada surat Luqman ayat 12, proses
belajar mengajar berlangsung dari tuhan kepada Luqman al- Hakim , materi yang
diajarkan berupa hikmah, dan tujuan nya agar lukman menjadi orang yang
bersyukur, yakni selain memuji keagungan allah SWT, juga mau mengamalkan
ilmunya itu dalam kehidupan sehari-hari, serta mengjarkannya kepada
anak-anaknya, dan seterusnya.
Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik,
proses belajar megajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang
antara satu dan lainnya. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan
yang ingin dicapai, guru yang professional dan siap mengajar, murid yang siap
menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan
diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.[10]
Dengan demikian, ukuran keberhasilan sebuah proses
belajar mengajar itu dapat dilihat pada sejauh mana proses tersebut mampu
menumbuhkan, membina, membentuk, dan memberdayakan segenap potensi yang
dimiliki manusia, atau pada sejauh mana ia mampu memberikan perubahan secara
signifikan pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.[11]
Proses blajar mengajar secara singkat ialah proses
memanusiakan manusia, yakni mengaktualisasikan berbagai potensi manusia,
sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat,
abngsa dan negaranya. Sebuah proses belajar mengajar dapat di katakana gagal,
jika antara sebelum dan sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar,
namun tidak ada perubahan apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa.[12]
Konsep belajar mengajar yang berbasis pada proses
ini juga terdapat dalam konsep belajar tuntas atau mastery learning yang
digagas oleh benyamin S. Bloom. Menurutnya, bahwa pada dasarnya semua orang
dapat menguasai bahan pelajaran samapi tuntas. Namun untuk menguasai bahan
pelajaran tersebut setiap orang harus diperlakukan secara berbeda-beda, sesuai
dengan tingkat kecerdasannya. Bagi siswa yang kecerdasan tinggi agar
diperlakukan berbeda dengan siswa yang kecerdasannya sedang-sedang saja atau
rendah. Dengan memperlakukan cara dan lama nya waktu yang dibutuhkan secara
berbeda-beda, akhirnya seseorang akan sampai pada tujuannya masing-masing dan
menguasai bahan pelajaran sampai tuntas.[13]
C.
Komponen-Komponen
Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Selain terdapat guru dan murid serta mungkin
sejumlah teknisi atau fisilitator lainnya yang membantu, kegiatan proses
belajar mengajar juga membutuhkan kejelasan sejumlah komponen atau aspek
lainnya. komponen atau aspek tersebut yaitu aspek tujuan, pendekatan, metode,
teknik, dan taktik. Berbagai komponen atau aspek tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1. Menentukan
tujuan belajar mengajar
Tujuan
belajar mengajar adalah sejumlah kompetensi atau kemampuan tertentu yang harus
di kuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Tujuan belajar mengajar secara lebih detail dan terperinci harus dirumuskan
oleh setiap guru yang akan mengajar. Pada setiap tujuan belajar mengajar dari
setiap mata pelajaran perlu dirumuskan dengan jelas dan operasional tentang
kompetensi atau kemampuan yang ingin diwujudkan pada setiap peserta didik, baik
yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan cara demikian, proses
belajar mengajar tersebut akan dapat berjalan secara efisien dan efektif, dan
terhindar dari perbuatan yang sia-sia. [14]
Dalam
perkembangan selanjutnya, tujuan pendidikan juga harus menjamin terpenuhinya
tujuan kehidupan yang bersifat individual dan tujuan sosial secara seimbang.
Tujuan individual antara lain terkait dengan penggalian, pembinaan, dan
pengembangan bakat, minat, dan berbagai kemampuan manusia yang dimiliki
manusia. Berdasarkan pada tujuan ini, maka pendidikan dapat dirumuskan sebagai
upaya menciptakan situasi dan kondisi yang sebaik-baiknya yang memungkinkan
dapat menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan bakat, minat, dan berbagai
potensi yang dimiliki manusia. Selanjutnya tujuan sosial antara lain terkait
dengan upaya mewariskan, menanamkan, memasukkan nilai-nilai ajaran agama, nilai
budaya, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya dari
generasi terdahulu kepada generasi yang datng kemudian, agar terwujud
kesinambungn cita-cita luhur, ketertiban, ketentraman, dan ketenangan hidup
dalam masuyarakat. Dalam pada itu, jika perpaduan tujuan individu dan tujuan
sosial dalam pendidikan, maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan, bukan hanya
dalam rangka mengikuti kemauan individual dengan jalan mengembangkan bakat dan
minatnya, melainkan juga memenuhi kebutuhan sosial dengan jalan memelihara dan
mewariskan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
lain sebagainya. Inilah sebab yang mendasari lahirnya berbagai rumusan tujuan
pendididkan yang berbeda-beda.[15]
2. Menentukan
pendekatan dalam proses belajar mengajar
Pendekatan
dapat diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak yang yang digunakan dalam
menjelaskan sesuatu masalah. Karena cara pandang atau titik tolak yang dapat digunkan
dalam menjelaskan sesuatu masalah itu amat banyak, maka kesimpulan yang akan
dihasilkan pun akan berbeda-beda. Dengan demikian, pendekatan dalam proses
belajar mengajar adalah cara pandang atau titik tolak yang digunakan seorang
guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dilihat
dari segi bentuk dan macamnya, pendekatan proses belajar mengajar dapat dilihat
dari segi kepentingan guru (eksternal atau teacher centris), kepentingan murid
(internal atau student centris) dan perpaduan di antara dua kepentingan
tersebut (konvergensi). Penjelasan atas ketiga segi kepentingan ini telah
dijelaskan pada uraian di atas. Selain itu, pendekatan juga dapat dilihat dari
segi disiplin ilmu yang digunakan, misalnya pendekatan normatif teologis,
histori empiris, filosofis, sosiologis, politik, ekonomi, hukum dan sebagai nya).[16]
Dengan
pendekatan normatif teologis, kegiatan proses belajar mengajar dilakukan
berdasarkan pada petunjuk yang terdapat di dalam ajaran agama yang diyakini
pasti benar. Dengan pendekatan historis empiris, kegiatan proses belajar
mengajar dilakukan berdasarkan praktik yang pernah ada dalam sejarah dan dapat
ditemukan baik bukti-bukti tertulisnya maupun praktiknya dilapangan.
Selanjutnya dengan pendekatan filosofis, kegiatan proses belajar dilakukan
berdasarkan pandangan dan gagasan yang dikemukakan para fisuf. Demikian
seterusnya. Seterusnya selain itu pendekatan dalam proses belajar mengajar juga
dapat dilihat dari segi metode berpikiryang digunakan, misalnya metode berpikir
induktif, deduktif atau perpaduan antara keduanya.
Pendekatan
dalam proses belajar mengajar, juga dapat dilihat khusus dari segi latar
belakang peserta didik, yaitu ada peserta didik yang masih kanak-kanak,
anak-anak, remaja, dewasa, dan manusia lanjut usia (manula). Berbagai cirri
psikologis yang terdapat pada setiap kategori usia tersebut digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam menentukkan proses belajar mengajar. Sebuah materi
yang sama yang akan diajarkan kpada setiap manusia pada setiap tingkatan
tersebut, mengharuskan adanya pendektan yang berbeda.[17]
3. Menentukan
Metode Pengajaran
Metode
mengajar secara harfiah bearati cara mengajar. Adapun dalam pengertian yang
umum, metode mengajar adalah cara atau langkah-langkah sistematik yang ditempuh
oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Di
dalam buku-buku tentang metodologi pengajaran dapat dijumpai berbagai metode
pengajaran yang amat beragam. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir misalnya
menyebutkan adanya metode diakronis, sinkronis analisis, problem solving, empiris,
induktif dan deduktif.[18] Sementara
itu, Hery Noer Ali mengemukakan adanya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi,
pemberian tugas (resitasi), demonstrasi (eksperimen), bekerja kelompok,
sosiodrama ( bermain peran), karya wisata, latihan siap (drill), dan sistem
regu ( team teaching).
Berbagai
metode pengajaran tersebut pada intinya ialah berbagai alterative jalan yang
dapat ditempuh agar pengajaran dapat berjalan efektif, memberi pengaruh dan
mampu memberikan perubahan peserta didik. Berbagai metode itu muncul, karena
berbagai factor, antara lain 1) adanya berbagai macam ilmu dan keterampilan
yang akan diajarkan yang menghendaki kesesuaian dengan metode yang akan
digunakan. 2) adanya berbagai tingkatan usia dan kecerdasan peserta didik
menyebabkan perbedaan cirri-ciri kejiwaan yang selanjutnya menghendaki adanya
penggunaan metode yang tepat 3) adanya berbagai situasi dan kondisi yang
menghendaki adanya penggunaan metode yang relevan. 4) ketersediaan, kelengkapan
atau kekurangan sarana prasarana yang menghendaki adanya kesesuaian dengan
metode yang akan di gunakan 5) penguasaan para guru yang ada dalam menggunakan
berbagai metode tersebut.[19]
4. Menentukan
Teknik Mengajar
Teknik
mengajar adalah cara-cara yang terukur, sistematik, dan spesifik dalam
melakukan suatu pekerjaan. Perbedaan teknik yang digunakan akan menentukan
perbedaan hasil, tingkat kecepatan dan kepuasan kepada orang yang telibat atau
merasakan manfaat dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya dalam kegiatan belajar
mengajar, melain hampir seluruh kegiatan terdapat teknik dalam melakukannya.
Pada pertandingan olahraga misalnya, amat banyak di jumpai teknik yang
diterapkan di dalamnya.[20]
Demikian
pula dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat serangkaian kegiatan yang
memerlukan penguasaan teknik yang baik. Kegiatan belajar mengajar tersebut
misalnya: pendahuluan yang meliputi apersepsi, penyiapan mental dan fisik
peserta duntuk mengikuti pelajaran, pengaturan tempat duduk pesera didik, dan
pembuatan persiapan pengajaran secara tertulis. Selanjutnya diikuti dengan
kegiatan memberikan uraian atau penyajian materi, atau memberikan pengantar
diskusi, menghidupkan suasana kelas, memotivasi peserta didik, mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengambil kesimpulan dan menutup pelajaran. [21]
5. Menentukan
Taktik
Yang
dimaksud dengan taktik adalah rekayasa atau siasat dalam arti positif yang
digunakan oleh seorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kata taktik scara
sepintas menggambarkan suatu perbuatan yang kurang terpuji, namun hal tersebut
amat tergantung pada tujuannya.[22] Dalam kegiatan proses belajar mengajar
juga terdapat berbagai taktik yang dapat digunakan. Misalnya taktik yang
berkaitan dengan upaya mendorong para siswa agar datang tepat waktu,
mengerjakan tugas-tugas dengan baik, agar siswa meningkat perolehan nilai
ujiannya, agar gemar membaca, dan lain sebagainya. Semua taktik ini perlu
dilakukan dalam rangka mendukung pelaksaan metode pengajaran yang telah dipilih
berdasarkan pendekatan yang telah diterapkan.[23]
D.
Cara
Melaksanakan Pengajaran dalam Pendidikan Islam
Urutan langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal,
antara lain:
1. Oleh
tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu. Jika tujuannya
keterampilan, maka urutan langkahnya ada bila tujuannya memahami konsep, maka
urutannya akan berbeda dari bila tujuannya keterampilan demikian seterusnya.
2. Oleh
kemampuan guru. Ada guru yang pandai berbicara ; ia sebaiknya banyak
menggunakan ceramah. Jika guru lihat bernyanyi, ia dapat menggunakan bernyanyi
sebagai cara mengajar. Alngkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan tujuan
pengajaran.
3. Oleh
keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering kali di gunakan
alat-alat itu menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen yang
digunakan, maka alat-alat eksperimen harus tersedia. Bila tidak ada, maka
metode itu diganti dengan metode lain yang tidak perlu menggunakan alat.
4. Oleh
jumlah murid. Bila murid nya banyak, katakanlah 100 orang dalam satu kelas,
maka metode ceramah lebih baik dari pada metode diskusi. Jalan pengajaran
(langkah-langkah mengajar) metode ceramah tentu berbeda dari langkah mengajar
dalam metode diskusi .sekali lagi, persoalan mengajar sebenarnya bukanlah
terutama persoalan meode apa yang akan di gunakan, persoalannya adalah
bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses pengajaran.[24]
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Pada hakikatnya belajar adalah
proses penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar
merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan
sehingga derajad kehidupannya meningkat. Belajar dan mengajar selalu
berkaitan karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga
terjadi interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran
merupakan proses yang kompleks,di dalamnya mencakup proses/kegiatan belajar dan
kegiatan mengajar.
Proses
blajar mengajar secara singkat ialah proses memanusiakan manusia, yakni
mengaktualisasikan berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi tersebut
dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat, abngsa dan negaranya. Kegiatan
proses belajar mengajar membutuhkan
kejelasan sejumlah komponen atau aspek lainnya.
Komponen-komponen proses belajar mengajar
dalam pendidikan Islam diantaranya harus menentukan tujuan belajar mengajar,
menentukan pendekatan dalam proses belajar mengajar, menentukan metode
pengajaran, menentukan teknik mengajar, dan menentukan taktik
Dalam hal belajar mengajar yang
dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan
metode-metode, melaikan petunjuk tentang bagaimana merancang “jalan pengajaran”
atau proses mengajar. Untuk itu dibutuhkanlah cara melaksanakan pengajaran
dalam pendidikan islam.
Daftar
Pustaka
Nata,
Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Prawira,
Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Sardiman, a.m. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta:
Raja Grafindo persada.
Syah,
Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahamad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Umiarso
& Zamroni. 2011. Pendidikan Pembesan
dalam Perspektif Barat dan Timur ,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/keguruan/belajar-mengajar-dan-pembelajaran
(online), Diunduh 10 November 2014 pukul 10:25 WIB).
[1] Sardiman,
a.m, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
persada 2008, Hal 20
[2] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010,
hlm. 88.
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi
Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012),
hlm. 226.
[4] Muhibbin Syah, Op.
Cit. hlm. 93
[5] Umiarso & Zamroni. Pendidikan Pembesan dalam Perspektif Barat dan Timur ,Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011, Hlm. 82
[6] Sardiman,
a.m, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo
persada 2008, hlm 47
[7] http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/keguruan/belajar-mengajar-dan-pembelajaran
[8]
Abuddin Nata, Ilmu
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 139
[9] Ibid, hlm 141
[10] Ibid, hlm 142
[11] Ibid, hlm 143
[12] Ibid, hlm 144
[13] Ibid, hlm 145
[14] Ibid, hlm 146
[15] Ibid, hlm 148
[16] Ibid, hlm 149
[17] Ibid, hlm 150
[18] Ibid, hlm 151
[19] Ibid, hlm 152
[20] Ibid, hlm 153
[21] Ibid, hlm 154
[22] Ibid, hlm 155
[23] Ibid, hlm 156
[24]
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 196
Komentar
Posting Komentar