PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia belajar, dengan belajar manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas belajar, oleh karena itu sangat wajar apabila belajar merupakan konsep kunci dalam setiap kegiatan pendidikan. Mengajar adalah menyajikan ide, problem, atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa. Mengajar ini juga sama pentingnya dengan belajar.
Belajar dan mengajar selalu berkaitan karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Adapun Istilah pembelajaran menjadi istilah yang makin populer dan banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran merupakan terjemahan dari Instruction dimana sebelumnya dipadankan dengan istilah pengajaran. Dalam hal ini yang dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan metode-metode, melaikan petunjuk tentang bagaimana merancang “jalan pengajaran” atau proses mengajar.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
1.      Apa pengertian belajar, mengajar dan pembelajaran?
2.      Apa pengertian proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam?
3.      Apa sajakah komponen-komponen proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam?
4.      Bagaimana cara melaksanakan Pengajaran dalam pendidikan islam?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian belajar, mengajar, dan pembelajaran
2.      Untuk mengetahui proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam
3.      Untuk mengetahui komponen-komponen proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam
4.      Untuk mengetahui cara melaksanakan pengajaran dalam pendidikan Islam








BAB II
PEMBAHASAN
PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.    Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran
1.      Pengertian Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan, sehingga terdapat keseragaman tentang makna belajar diantaranya
a.       Geoch, mengatakan : learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan ( practice ).
b.      Cronbach memberikan defenisi : learning is show by a change in behavior as a result of experience(:belajar adalah pertunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman[1]
c.       Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapatLearning is a change in organism due to experience which can affect rhe organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dikatakan belajar apabila memengaruhi organisme.[2]
d.      Arthur J. Gates, menurutnya yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan (leraning is the modification of behavior through experience and training).[3]
 Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Selanjutnya dalam perspektif agama pun (dalam hal ini Islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajad kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surah Mujadalah: 11 yang artinya: “niscaya Allah akan meningkatkan beberapa derajad kepada orang-orang dan “berilmu”. Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak.[4]
Belajar memiliki tiga arti penting menurut Al-Qur’an. Pertama, bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia. Kedua, manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya. Ketiga, dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.[5]
2.      Pengertian Mengajar
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu  usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Disamping itu ada beberapa difinisi lain yakni:
a.       Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada siswa. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan.
b.      Dalam pengertian yang luas, mengajar diartiakn sebagai suatau aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkunagn sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental.[6]
3.      Pengertian Pembelajaran
pembelajaran  merupakan proses yang kompleks , di dalamnya mencakup proses/kegiatan belajar dan kegiatan mengajar. Kegiatan belajar terutma terjadi pada siswa dengan segala aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sedangkan kegiatan mengajar diperankan oleh guru atau doses dalam perannya sebagai fasilitator dan desainer proses pembelajaran. Oleh karena itu kualitas proses pembelajaran termasuk juga hasil-hasilnya sangat ditentukan oleh kualitas interaksi dalam proses tersebut, meskipun dikarenakan kewenangannya peran guru/dosen akan lebih menonjol bila dilihat dari sudut manajemen pembelajaran. Dalam suatu institusi pendidikan, murid/mahasiswa dipandang pihak yang belajar, guru/dosen sebagai  pihak yang mengajar dan seluruh konstelasi tersebut serta komponen-komponennya dalam suatu setting tertentu pada dasarnya menggambarkan suatu proses pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas penting dalam proses pendidikan pada institusi pendidikan. proses pembelajaran merupakan suatu interaksi antara pembelajar (siswa/mahasiswa) dan pengajar (guru/dosen) dalam suatu interaksi  sosial yang khas (interaksi edukatif) guna mencapai tujuan pembelajaran. Pelajar adalah pihak yang harus memanfaatkan proses tersebut untuk mencapai tujuan belajarnya dan guru/dosen merupakan pihak yang harus membantu terciptanya proses yang kondusif bagi efektivitas  dan efisiensi pencapaian tujuan belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dengan mengacu pada kurikulum dan bahan ajar tertentu untuk kemudian dipilih metoda dan media yang tepat.[7]

B.     Pengertian Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Proses belajar mengajar secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan interaksi dan saling memengaruhi antara pendidik dan peserta didik, dengan fungsi utama pendidikan memberikan materi pelajaran atau sesuatu yang memengaruhi peserta didik, sedangkan peserta didik menerima pelajaran, pengaruh atau sesuatu yang diberikan oleh pendidik. Pengertian proses belajar mengajar dalam arti sederhana ini dapat dipahami dari beberapa ayat  dibawah ini.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan  kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq (96): 1-5)
Dan Dia Mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:” Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar. (QS. al-Baqarah (2): 31)
Dan Sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyuku, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya:“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman (31): 12-13).[8]
Dan ayat-ayat al Qur’an tersebut dapat diperoleh isyarat tentang kegiatan belajamengajar dengan berbagai komponen . pada surat al alaq (96) ayat 1 hingga 5, prose belajar mengajar berlangsung dari tuhan kepada nabi Muhammad SAW. melalui metode membaca (iqra’) tuhan (melalui malaikat jibril ) ingin agar nabi Muhammad SAW membacakan segala sesuatu yang disampaikan oleh malaikat jibril.[9]
Pada surat al- baqarah yat 31, proses belajar mengajar berlangsung dari tuhan ( sebagai maha guru) kepada adam ( sebagai mahasiswa). Adapun materi yang diajarkan pada proses belajar mengajar tersebut berupa nama-nama segala sesuatu, tersebut nama-nama benda, yakni hokum-hukum alam yang terdapat di alam jagat raya, yang semuanya itu sebagai bukti adanya nama-nama atau tanda-tanda kekuasaan tuhan. Adapun  metode yang digunakan adalah metode al-ta’lim, yakni memberikan pengertian, pemahaman, wawasan, dan pencerahan tentang segala sesuatu dalam rangka membentuk pola piker (mindset).
Selanjutnya pada surat Luqman ayat 12, proses belajar mengajar berlangsung dari tuhan kepada Luqman al- Hakim , materi yang diajarkan berupa hikmah, dan tujuan nya agar lukman menjadi orang yang bersyukur, yakni selain memuji keagungan allah SWT, juga mau mengamalkan ilmunya itu dalam kehidupan sehari-hari, serta mengjarkannya kepada anak-anaknya, dan seterusnya.
Dalam pengertian yang lebih luas dan sistematik, proses belajar megajar adalah kegiatan yang melibatkan sejumlah komponen yang antara satu dan lainnya. Komponen tersebut antara lain meliputi visi dan tujuan yang ingin dicapai, guru yang professional dan siap mengajar, murid yang siap menerima pelajaran, pendekatan yang akan digunakan, strategi yang akan diterapkan, metode yang akan dipilih, teknik dan taktik yang akan digunakan.[10]
Dengan demikian, ukuran keberhasilan sebuah proses belajar mengajar itu dapat dilihat pada sejauh mana proses tersebut mampu menumbuhkan, membina, membentuk, dan memberdayakan segenap potensi yang dimiliki manusia, atau pada sejauh mana ia mampu memberikan perubahan secara signifikan pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.[11]
Proses blajar mengajar secara singkat ialah proses memanusiakan manusia, yakni mengaktualisasikan berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat, abngsa dan negaranya. Sebuah proses belajar mengajar dapat di katakana gagal, jika antara sebelum dan sesudah mengikuti sebuah kegiatan belajar mengajar, namun tidak ada perubahan apa-apa pada diri siswa atau mahasiswa.[12]
Konsep belajar mengajar yang berbasis pada proses ini juga terdapat dalam konsep belajar tuntas atau mastery learning yang digagas oleh benyamin S. Bloom. Menurutnya, bahwa pada dasarnya semua orang dapat menguasai bahan pelajaran samapi tuntas. Namun untuk menguasai bahan pelajaran tersebut setiap orang harus diperlakukan secara berbeda-beda, sesuai dengan tingkat kecerdasannya. Bagi siswa yang kecerdasan tinggi agar diperlakukan berbeda dengan siswa yang kecerdasannya sedang-sedang saja atau rendah. Dengan memperlakukan cara dan lama nya waktu yang dibutuhkan secara berbeda-beda, akhirnya seseorang akan sampai pada tujuannya masing-masing dan menguasai bahan pelajaran sampai tuntas.[13]

C.    Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan Islam
Selain terdapat guru dan murid serta mungkin sejumlah teknisi atau fisilitator lainnya yang membantu, kegiatan proses belajar mengajar juga membutuhkan kejelasan sejumlah komponen atau aspek lainnya. komponen atau aspek tersebut yaitu aspek tujuan, pendekatan, metode, teknik, dan taktik. Berbagai komponen atau aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.      Menentukan tujuan belajar mengajar
Tujuan belajar mengajar adalah sejumlah kompetensi atau kemampuan tertentu yang harus di kuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Tujuan belajar mengajar secara lebih detail dan terperinci harus dirumuskan oleh setiap guru yang akan mengajar. Pada setiap tujuan belajar mengajar dari setiap mata pelajaran perlu dirumuskan dengan jelas dan operasional tentang kompetensi atau kemampuan yang ingin diwujudkan pada setiap peserta didik, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor. Dengan cara demikian, proses belajar mengajar tersebut akan dapat berjalan secara efisien dan efektif, dan terhindar dari perbuatan yang sia-sia. [14]
Dalam perkembangan selanjutnya, tujuan pendidikan juga harus menjamin terpenuhinya tujuan kehidupan yang bersifat individual dan tujuan sosial secara seimbang. Tujuan individual antara lain terkait dengan penggalian, pembinaan, dan pengembangan bakat, minat, dan berbagai kemampuan manusia yang dimiliki manusia. Berdasarkan pada tujuan ini, maka pendidikan dapat dirumuskan sebagai upaya menciptakan situasi dan kondisi yang sebaik-baiknya yang memungkinkan dapat menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan bakat, minat, dan berbagai potensi yang dimiliki manusia. Selanjutnya tujuan sosial antara lain terkait dengan upaya mewariskan, menanamkan, memasukkan nilai-nilai ajaran agama, nilai budaya, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan sebagainya dari generasi terdahulu kepada generasi yang datng kemudian, agar terwujud kesinambungn cita-cita luhur, ketertiban, ketentraman, dan ketenangan hidup dalam masuyarakat. Dalam pada itu, jika perpaduan tujuan individu dan tujuan sosial dalam pendidikan, maka tujuan pendidikan dapat dirumuskan, bukan hanya dalam rangka mengikuti kemauan individual dengan jalan mengembangkan bakat dan minatnya, melainkan juga memenuhi kebutuhan sosial dengan jalan memelihara dan mewariskan nilai-nilai budaya, ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan lain sebagainya. Inilah sebab yang mendasari lahirnya berbagai rumusan tujuan pendididkan yang berbeda-beda.[15]
2.      Menentukan pendekatan dalam proses belajar mengajar
Pendekatan dapat diartikan sebagai cara pandang atau titik tolak yang yang digunakan dalam menjelaskan sesuatu masalah. Karena cara pandang atau titik tolak yang dapat digunkan dalam menjelaskan sesuatu masalah itu amat banyak, maka kesimpulan yang akan dihasilkan pun akan berbeda-beda. Dengan demikian, pendekatan dalam proses belajar mengajar adalah cara pandang atau titik tolak yang digunakan seorang guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
Dilihat dari segi bentuk dan macamnya, pendekatan proses belajar mengajar dapat dilihat dari segi kepentingan guru (eksternal atau teacher centris), kepentingan murid (internal atau student centris) dan perpaduan di antara dua kepentingan tersebut (konvergensi). Penjelasan atas ketiga segi kepentingan ini telah dijelaskan pada uraian di atas. Selain itu, pendekatan juga dapat dilihat dari segi disiplin ilmu yang digunakan, misalnya pendekatan normatif teologis, histori empiris, filosofis, sosiologis, politik, ekonomi, hukum dan sebagai nya).[16]
Dengan pendekatan normatif teologis, kegiatan proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan pada petunjuk yang terdapat di dalam ajaran agama yang diyakini pasti benar. Dengan pendekatan historis empiris, kegiatan proses belajar mengajar dilakukan berdasarkan praktik yang pernah ada dalam sejarah dan dapat ditemukan baik bukti-bukti tertulisnya maupun praktiknya dilapangan. Selanjutnya dengan pendekatan filosofis, kegiatan proses belajar dilakukan berdasarkan pandangan dan gagasan yang dikemukakan para fisuf. Demikian seterusnya. Seterusnya selain itu pendekatan dalam proses belajar mengajar juga dapat dilihat dari segi metode berpikiryang digunakan, misalnya metode berpikir induktif, deduktif atau perpaduan antara keduanya.
Pendekatan dalam proses belajar mengajar, juga dapat dilihat khusus dari segi latar belakang peserta didik, yaitu ada peserta didik yang masih kanak-kanak, anak-anak, remaja, dewasa, dan manusia lanjut usia (manula). Berbagai cirri psikologis yang terdapat pada setiap kategori usia tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukkan proses belajar mengajar. Sebuah materi yang sama yang akan diajarkan kpada setiap manusia pada setiap tingkatan tersebut, mengharuskan adanya pendektan yang berbeda.[17]
3.      Menentukan Metode Pengajaran
Metode mengajar secara harfiah bearati cara mengajar. Adapun dalam pengertian yang umum, metode mengajar adalah cara atau langkah-langkah sistematik yang ditempuh oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Di dalam buku-buku tentang metodologi pengajaran dapat dijumpai berbagai metode pengajaran yang amat beragam. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir misalnya menyebutkan adanya metode diakronis, sinkronis analisis, problem solving, empiris, induktif dan deduktif.[18]  Sementara itu, Hery Noer Ali mengemukakan adanya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, pemberian tugas (resitasi), demonstrasi (eksperimen), bekerja kelompok, sosiodrama ( bermain peran), karya wisata, latihan siap (drill), dan sistem regu ( team teaching).
Berbagai metode pengajaran tersebut pada intinya ialah berbagai alterative jalan yang dapat ditempuh agar pengajaran dapat berjalan efektif, memberi pengaruh dan mampu memberikan perubahan peserta didik. Berbagai metode itu muncul, karena berbagai factor, antara lain 1) adanya berbagai macam ilmu dan keterampilan yang akan diajarkan yang menghendaki kesesuaian dengan metode yang akan digunakan. 2) adanya berbagai tingkatan usia dan kecerdasan peserta didik menyebabkan perbedaan cirri-ciri kejiwaan yang selanjutnya menghendaki adanya penggunaan metode yang tepat 3) adanya berbagai situasi dan kondisi yang menghendaki adanya penggunaan metode yang relevan. 4) ketersediaan, kelengkapan atau kekurangan sarana prasarana yang menghendaki adanya kesesuaian dengan metode yang akan di gunakan 5) penguasaan para guru yang ada dalam menggunakan berbagai metode tersebut.[19]
4.      Menentukan Teknik Mengajar
Teknik mengajar adalah cara-cara yang terukur, sistematik, dan spesifik dalam melakukan suatu pekerjaan. Perbedaan teknik yang digunakan akan menentukan perbedaan hasil, tingkat kecepatan dan kepuasan kepada orang yang telibat atau merasakan manfaat dari pekerjaan tersebut. Tidak hanya dalam kegiatan belajar mengajar, melain hampir seluruh kegiatan terdapat teknik dalam melakukannya. Pada pertandingan olahraga misalnya, amat banyak di jumpai teknik yang diterapkan di dalamnya.[20]
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat serangkaian kegiatan yang memerlukan penguasaan teknik yang baik. Kegiatan belajar mengajar tersebut misalnya: pendahuluan yang meliputi apersepsi, penyiapan mental dan fisik peserta duntuk mengikuti pelajaran, pengaturan tempat duduk pesera didik, dan pembuatan persiapan pengajaran secara tertulis. Selanjutnya diikuti dengan kegiatan memberikan uraian atau penyajian materi, atau memberikan pengantar diskusi, menghidupkan suasana kelas, memotivasi peserta didik, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengambil kesimpulan dan menutup pelajaran. [21]
5.      Menentukan Taktik
Yang dimaksud dengan taktik adalah rekayasa atau siasat dalam arti positif yang digunakan oleh seorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Kata taktik scara sepintas menggambarkan suatu perbuatan yang kurang terpuji, namun hal tersebut amat tergantung pada tujuannya.[22] Dalam kegiatan proses belajar mengajar juga terdapat berbagai taktik yang dapat digunakan. Misalnya taktik yang berkaitan dengan upaya mendorong para siswa agar datang tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas dengan baik, agar siswa meningkat perolehan nilai ujiannya, agar gemar membaca, dan lain sebagainya. Semua taktik ini perlu dilakukan dalam rangka mendukung pelaksaan metode pengajaran yang telah dipilih berdasarkan pendekatan yang telah diterapkan.[23]

D.    Cara Melaksanakan Pengajaran dalam Pendidikan Islam
Urutan langkah mengajar ditentukan oleh banyak hal, antara lain:
1.      Oleh tujuan pengajaran yang hendak dicapai pada jam pelajaran itu. Jika tujuannya keterampilan, maka urutan langkahnya ada bila tujuannya memahami konsep, maka urutannya akan berbeda dari bila tujuannya keterampilan demikian seterusnya.
2.      Oleh kemampuan guru. Ada guru yang pandai berbicara ; ia sebaiknya banyak menggunakan ceramah. Jika guru lihat bernyanyi, ia dapat menggunakan bernyanyi sebagai cara mengajar. Alngkah-langkahnya disesuaikan dengan rumusan tujuan pengajaran.
3.      Oleh keadaan alat-alat yang tersedia. Dalam proses pengajaran sering kali di gunakan alat-alat itu menentukan langkah mengajar. Bila metode eksperimen yang digunakan, maka alat-alat eksperimen harus tersedia. Bila tidak ada, maka metode itu diganti dengan metode lain yang tidak perlu menggunakan alat.
4.      Oleh jumlah murid. Bila murid nya banyak, katakanlah 100 orang dalam satu kelas, maka metode ceramah lebih baik dari pada metode diskusi. Jalan pengajaran (langkah-langkah mengajar) metode ceramah tentu berbeda dari langkah mengajar dalam metode diskusi .sekali lagi, persoalan mengajar sebenarnya bukanlah terutama persoalan meode apa yang akan di gunakan, persoalannya adalah bagaimana menyusun langkah-langkah dalam proses pengajaran.[24]






BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pada hakikatnya belajar adalah proses penguasaan sesuatu yang dipelajari, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajad kehidupannya meningkat. Belajar dan mengajar selalu berkaitan karena seseorang yang belajar pasti ada yang mengajar sehingga terjadi interaksi antara keduanya yang disebut proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran  merupakan proses yang kompleks,di dalamnya mencakup proses/kegiatan belajar dan kegiatan mengajar.
Proses blajar mengajar secara singkat ialah proses memanusiakan manusia, yakni mengaktualisasikan berbagai potensi manusia, sehingga potensi-potensi tersebut dapat menolong dirinya, keluarga, masyarakat, abngsa dan negaranya. Kegiatan proses belajar mengajar  membutuhkan kejelasan sejumlah komponen atau aspek lainnya.
 Komponen-komponen proses belajar mengajar dalam pendidikan Islam diantaranya harus menentukan tujuan belajar mengajar, menentukan pendekatan dalam proses belajar mengajar, menentukan metode pengajaran, menentukan teknik mengajar, dan menentukan taktik
Dalam hal belajar mengajar yang dapat membantu seseorang untuk dapat mengajar bukanlah penguasaan metode-metode, melaikan petunjuk tentang bagaimana merancang “jalan pengajaran” atau proses mengajar. Untuk itu dibutuhkanlah cara melaksanakan pengajaran dalam pendidikan islam.








Daftar Pustaka

Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Prawira, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru, Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Sardiman, a.m. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo persada.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahamad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Umiarso & Zamroni. 2011. Pendidikan Pembesan dalam Perspektif Barat dan Timur ,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.







[1] Sardiman, a.m, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo persada 2008, Hal 20
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 88.

[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2012), hlm. 226.
[4] Muhibbin Syah, Op. Cit. hlm. 93
[5] Umiarso & Zamroni. Pendidikan Pembesan dalam Perspektif Barat dan Timur ,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, Hlm. 82
[6] Sardiman, a.m, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo persada 2008, hlm 47

[7] http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/keguruan/belajar-mengajar-dan-pembelajaran
[8] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm 139
[9] Ibid, hlm 141
[10] Ibid, hlm 142
[11] Ibid, hlm 143
[12] Ibid, hlm 144
[13] Ibid, hlm 145
[14] Ibid, hlm 146
[15] Ibid, hlm 148
[16] Ibid, hlm 149
[17] Ibid, hlm 150
[18] Ibid, hlm 151
[19] Ibid, hlm 152
[20] Ibid, hlm 153
[21] Ibid, hlm 154
[22] Ibid, hlm 155
[23] Ibid, hlm 156
[24] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 196

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

WAKAF, HIBAH, SEDEKAH, DAN HADIAH

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

makalah pengertian pendidikan

MAKALAH PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK