MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PENYEBARANNYA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain itu, penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis, etnis, kasta dan lain sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek sejarah turunnya Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum Quraisy. Padahal, agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang bangsa Israil. Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat, sangat menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong agama baru dibandingkan agama lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang mengitarinya, bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini.
Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara sepertinya sedikit mengalami kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya satu bukti yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara satu sama lain tidak bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah.
Didalam makalah ini, penulis bermaksud membahas mengenai Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia dan Penyebarannya.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah teori masuknya Islam di Indonesia?
2.      Bagaimanakah Islamisasi di Indonesia?
3.      Bagaimanakah perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui  teori masuknya Islam di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui Islamisasi di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia.








BAB II
PEMBAHASAN
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PENYEBARANNYA

A.    Awal Masuk Islam Di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Namun Islam datang ke wilayah Indonesia dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai Sumatera bagian utara. Barawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu: wilayah-wilayah pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara ), Pulau Jawa , Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam kurun waktu yang berbeda-beda.[1]

B.     Teori Masuknya Islam di Indonesia
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai.[2]Islam dalam batas-batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran islam tidak bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama-nama mereka berlalu begitu saja. Dampaknya ialah terjadi perbedaan pendapat mengenai kedatangan islam pertama kali di Indonesia.
Secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi sebagai berikut:
1)      Dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda, diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapt bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari gujarat.
2)        Dikemukakan oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof. Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya berpendapat bahwa islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (± abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui selat malaka dengan menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3)      Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya memang benar Islam sudah datang ke indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.[3]
Menurut beberapa pendapat diatas agama islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
a.       Teori Gujarat,
Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
b.      Teori Persia
Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
c.       Teori Mekkah
Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.[4]

C.    Cara-Cara Islamisasi Di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif  berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain:
1)      Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan di perkirakan abad ke-7 M sampai dengan abad ke-11 M, begitu pula perkembangan Islam. Melalui para pedagang dari luar Indonesia maupun pedagang Indonesia sendiri, Islam disebarkan di pelabuhan-pelabuhan sepanjang jalur perdagangan, misalnya di sekitar selat Malaka, Samudra, Palembang, menyusul Cirebon, Demak, Tuban, Gresik, Makasar, serta Indonesia Timur.[5]
2)      Perkawinan
Penyebaran agama Islam juga ditempuh melalui perkawinan. Cara ini ditempuh oleh para penyebar sekitar abad ke-11 M sampai dengan abad ke-13 M. Para pedagang Gujarat, Benggala, Arab, dan sebagainya kawin di Indonesia. Karena mereka orang-orang kaya dan terhormat maka mereka memperistri orang-orang terhormat, raja-raja, pejabat-pejabat, dan sebagainya. Cara ini ternyata cukup strategis, sebab wanita yang dikawin oleh para penyebar Islam itu di Islamkan terlebih dahulu, dan ini merupakan modal pada usaha penyebaran Islam. Sekalipun pendekatan lewat perkawinan ini tidak selalu berhasil, seperti Maulana Ishaq tidak berhasil mengislamkan raja dan rakyat blambangan, tetapi pada umumnya usaha ini banyak dipakai oleh para penyebar Islam maupun oleh para pedagang muslim, dan hasilnya diakui banyak keluarga-keluarga pihak istri yang masuk Islam dan menjadi tulang punggung usaha penyebaran Islam selanjutnya.[6]
3)      Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik sekolah maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.[7]
4)      Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.[8]Mereka juga ada yang kemudian diangkat menjadi penasehat dan atau pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin ar Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasehat bergelar wali, yang terkenal adalah Wali Songo.
Para sufi menyebarkan Islam melalui dua cara:
a)      Dengan membentuk kader mubaligh, agar mampu menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.
b)      Melalui karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Di abad ke 17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.
5)      Kesenian
Saluran yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali Songo, terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk islamisasi, seni arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.[9]
Selain para wali memiliki pengetahaun tentang agama Islam, Ia juga dianggap memiliki pengetahuan tentang ilmu mujizat (ajaib atau yang dapat menimbulkan keheranan). Wali yang sembilan adalah dipercayai oleh orang Jawa sebagai peletak dasar batu pertama ditanah Jawa.[10]
Adapun para wali tersebut adalah :
a.       Maulana Malik Ibrahim, disebut juga Maulana Magribi atau jumadil kubro yang kabarnya berasal dari Persia dan kemudian berkedudukan di Gresik.
b.      Sunan Ampel, yang semula bernama Raden Rahmat berkedudukan di Ampel dekat Surabaya.
c.       Sunan Bonang, yang semula bernama Makdum Ibrahim, putra Raden Rahmat dan berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
d.      Sunan Drajat, yang semula bernama Munat yang merupakan anak dari Raden Rahmat berkedudukan di Drajat dekat Sedayu, Surabaya.
e.       Sunan Giri, yang semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit Giri dekat Gresik.
f.       Sunan Muria, yang berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus.
g.      Sunan Kudus yang semula bernama Udung berkedudukan di Kudus.
h.      Sunan Kalijaga, yang semula bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak
i.        Sunan Gunung Jati, yang semula bernama Fatahilah atau Faletehan yang berasal dari Samudera Pasai dapat merebut Sunda Kelapa, Banten dan kemudian menetap di Gunung Jati dekat Cirebon.[11]
6)      Politik, di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Disamping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan non Islam itu masuk Islam.[12]

D.    Perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia
1.      Sumatera
a.       Pantai Barat Pulau Sumatera
Sesuai dengan keputusan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” yang diadakan di Medan tahun 1963, maka tempat yang mula-mula masuknya Islam di Pulau Sumatera adalah “Pantai Barat Sumatera”. Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya. Beberapa ahli yang berpendapat tentang masuknya Islam di Sumatera pada abad Ke-7 M itu yaitu: Sayed Alwi bin Tahih al Haddad Mufsi, H. M. Zaenuddin, Zainal Arifin Abbas
b.      Samudera Pasai
Agama Islam berkembang di Indonesia mula-mula di Pasai Aceh Utara. Para pembawa agama Islam ini mula-mula berda’wah di kalangan rakyat biasa lewat perdagangan. Dengan kesopanan dan keramahan orang Arab yang berda’wah itu, maka penduduk Pasai sangat terkesan dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Begitu pula Raja dan para pemimpin negeri masuk Islam.
Maka berdirilah Kerajaan Islam pertama kali di Pasai. Pada saat itu, tiba masanya perkembangan Islam khususnya di daerah Aceh dan Sumatera Utara untuk memperluas penyiaran Islam. Maka berkembanglah Islam dari Pasai ke Malaka, Tapanuli, Riau, Minangkabau, Kerinci dan ke daerah-daerah lainnya. Kerajaan Islam Pasai berdiri sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serambi Makkah”.
c.       Sumatera Barat
Setelah agama Islam berkembang di Pasai, tidak lama sesudah itu tersebar pula ke daerah-daerah lain yaitu ke Pariaman Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman dari Pasai dengan melalui laut “Pantai Barat Pulau Sumatera”. Ulama yang terkenal membawa Islam ke Pariaman itu adalah Syekh Burhanuddin. Penyiaran agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di Sumatera Barat sangat kuat.
Sebagai bukti bahwa agama Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan kesadaran adalah dengan populernya pepatah yang mengatakan : “Adat bersendi syara”, syara bersendi Kitabullah”. Jadi adat istiadat yang sangat dipegang teguh oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah “Adat yang bersendikan Islam” artinya Islam menjadi dasar adat.
d.      Sumatera Selatan
Sekitar tahun 1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar yang terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah Bupati Majapahit di Palembang waktu itu, kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada Abdillah agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat dan petunjuk Allah, saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Ardillah, sehingga agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
2.      Jawa
Menurut berita Tionghoa pada tahun 1416 M di tanah Jawa sudah banyak orang Islam, tetapi orang asing. Hal ini dapat dikaitkan dengan wafatnya seorang mubaligh Islam yang mula-mula menyiarkan Islam di Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419)
Sebelum Maulana Malik Ibrahim ke tanah Jawa, rupanya telah banyak pedagang-pedagang Islam yang berniaga sambil menyiarkan agama Islam. Hal ini dikuatkan dengan diketemukan makam dari seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H/1082 M dimakamkan di Gresik.
Dalam mengupas tersebarnya Islam di Jawa tidaklah lengkap rasanya bila tidak mengemukakan “Wali Songo” sebagai mubaligh-mubaligh ternama di tanah Jawa. Para wali itu sangat besar jasanya dalam penyiaran Islam di Jawa, walaupun banyak rintangan yang mereka hadapi, namun dengan ketekunan, kebijaksanaan dan perjuangan mereka, Islam bisa masuk ke pelosok-pelosok tanah Jawa.
3.      Kalimantan
a.       Kalimantan Selatan
Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula masuk di Kalimantan Selatan. Nama kotanya adalah Banjarmasin. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari pulau Jawa. Perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan itu sangat pesat dan mencapai puncaknya setelah kerajaan Majapahit runtuh tahun 1478.
b.      Kalimantan Barat
Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki agama Islam adalah kalimantan Barat. Islam masuk ke Kalimantan Barat itu mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Dari dua daerah inilah baru kemudian tersebar ke seluruh Kalimantan Barat. Pembawa agama Islam ke daerah Kalimantan Barat adalah para pedagang dari Johor (Malaysia) dan Mubaligh dari Palembang (Sumatera Selatan).
Sultan Islam yang pertama (tahun 1591) di Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana yaitu Panembahan Giri Kusuma. Sedang Sultan Sukadana yang kedua Sultan Muhammad Safiuddin (1677).
4.       Sulawesi
Islam masuk ke Sulawesi pada awal abad XVI M dimulai dari Sulawesi Selatan. Hal ini dikaitkan bahwa pada tahun 1540 M di Sulawesi Selatan telah dijumpai pemeluk-pemeluk Islam, terutama suku Bugis dan Makasar. Kerajaan di Sulawesi Selatan yang mula-mula menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan ialah Kerajaan Goa dan Tallo. Raja Tallo yang merangkap pekerjaan sebagai Mangkubumi kerajaan Goa, dan menerima Islam sebagai agamanya adalah Malingkrang Daeng Manyari. Sesudah memeluk agama Islam, beliau bergelar Sultan Abdullah Awwalalul Islam. Selanjutnya Raja Goa ke XIV Baginda I Manggerengi Daeng Manrabia juga memeluk Islam, lalu berganti nama menjadi Sultan Alaudin. Dengan masuk Islamnya raja-raja Tallo dan Goa, maka rakyat segera mengikutinya. Dan dalam waktu dua tahun seluruh rakyat Goa dan Tallo di-Islamkan. Adapun mubaligh yang berjasa dalam meng-Islamkan raja dan rakyat Goa dan Tallo adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal, berasal dari Minangkabau dan diperkirakan pernah menjadi murid Sunan Giri.[13]
5.      Maluku
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a.        Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
b.        Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
c.        Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
d.       Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau Gebi.[14]

















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Agama Islam masuk di Nusantara sekitar abad Vll ( 1 Hijriah ) dan Vlll Masehi yang di bawa oleh para pedagang muslim melalui dua jalur, yaitu jalur utara dan jalur selatan. Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai Sumatera bagian utara. Barawal dari daerah itulah Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia.
Ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif  berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256. Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain: perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, kesenian dan politik.
Adapun perkembangan islam dieberapa wilayah Indonesia yakni wilayah-wilayah pulau Sumatera ( selain pantai Sumatera bagian utara ) , Pulau Jawa , Pulau Sulawesi , Pulau Kalimantan  dan Kepulauan Maluku.







DAFTAR PUSTAKA

Sunanto, Musyrifah.2010.Sejarah Peradaban Islam Indonesia.Jakarta: Rajawali Pers.
Waridah,Siti dkk.2001.Sejarah Nasional dan Umum SMU.Yogyakarta: Bumi Aksara.

Azra,Azyumardi.2006.Jaringan Global dan Lokal Islam. Jakarta: Mizan.
Badriyatim.2003.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hamka.1981.Sejarah, Umat Islam IV.Jakarta: Bulan Bintang.
http://muhammadnurazza.blogspot.com/2012/09/masuknya-islam-di-indonesia.html Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:20 WIB





[1]http://muhammadnurazza.blogspot.com/2012/09/masuknya-islam-di-indonesia.html Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:20 WIB
[2]Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm.7.
[3]Ibid.,hlm. 8-9.
[5] Siti Waridah dkk, Sejarah Nasional dan Umum SMU, Yogyakarta: Bumi Aksara,2001, hal. 125
[6]Azyumardi Azra,Jaringan Global dan Lokal Islam, Jakarta : Mizan, 2006, hal : 19
[7]Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 203
[8]Badriyatim, Loc.,Cit.
[9]Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia,Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm. 13
[10]Siti Waridah dkk.Sejarah Nasional dan Umum, Yogyakarta : Bumi Aksara,2001, hal 135.
[11]Hamka, Sejarah, Umat Islam IV,Jakarta: Bulan Bintang, 1981, hal. 135.

[12]Badriyatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 203.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

WAKAF, HIBAH, SEDEKAH, DAN HADIAH

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

makalah pengertian pendidikan

MAKALAH PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK