MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PENYEBARANNYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut
terbesar di dunia. Selain itu, penganutnya juga terus-menerus mengalami
peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya.
Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia, tanpa terikat oleh geografis,
etnis, kasta dan lain sebagainya. Kemudian kalau kita cermati, agama Islam
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut dapat kita lihat dari aspek
sejarah turunnya Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam
diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad Ibnu Abdullah dari golongan kaum
Quraisy. Padahal, agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa
Israil, bukan kaum Quraisy yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang
bangsa Israil. Sedangkan keunikan Islam jika dilihat dari respon masyarakat,
sangat menakjubkan sekali. Sebab Islam yang tergolong agama baru dibandingkan
agama lainnya, bisa mendapat respon positif dari masyarakt yang mengitarinya,
bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini.
Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara
sepertinya sedikit mengalami kerancuan (ikhtilaf)
antara beberapa pakar. Hal itu terjadi karena tidak adanya satu bukti yang
lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara satu sama lain tidak
bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau teori
yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah.
Didalam
makalah ini, penulis bermaksud membahas mengenai Sejarah Masuknya Islam ke
Indonesia dan Penyebarannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah teori masuknya Islam
di Indonesia?
2.
Bagaimanakah Islamisasi
di
Indonesia?
3.
Bagaimanakah perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui teori masuknya Islam di Indonesia.
2.
Untuk mengetahui Islamisasi di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui perkembangan Islam di beberapa wilayah Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA DAN PENYEBARANNYA
A.
Awal
Masuk Islam Di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan
kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut
oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Namun Islam datang ke
wilayah Indonesia dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan
membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang
dimasuki Islam adalah pantai Sumatera bagian utara. Barawal dari daerah itulah
Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia, yaitu: wilayah-wilayah
pulau Sumatera (selain pantai Sumatera bagian utara ), Pulau Jawa , Pulau
Sulawesi, Pulau Kalimantan, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, dalam kurun waktu
yang berbeda-beda.[1]
B.
Teori Masuknya Islam di Indonesia
Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari
segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah,
terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.Suatu kenyataan bahwa
kedatangan Islam ke Indonesia dilakukan secara damai.[2]Islam dalam batas-batas
tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama
dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam penyebaran islam tidak
bertendensi, mereka hanya melakukan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama-nama
mereka berlalu begitu saja. Dampaknya ialah terjadi perbedaan pendapat mengenai
kedatangan islam pertama kali di Indonesia.
Secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi
sebagai berikut:
1)
Dipelopori oleh
sarjana-sarjana orientalis Belanda, diantaranya Snouck Hurgronje yang
berpendapt bahwa Islam datang ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat
dengan bukti ditemukannya makam sultan yang beragama Islam pertama Malik
as-Sholeh, raja pertama kerajaan samudra pasai yang dikatakan berasal dari
gujarat.
2)
Dikemukakan
oleh sarjana-sarjana Muslim, diantaranya Prof. Hamka, yang mengadakan “Seminar
Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963. Hamka dan teman-temannya
berpendapat bahwa islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (±
abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang
ramai dan bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui
selat malaka dengan menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya
di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
3)
Sarjana Muslim kontemporer
seperti Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya
memang benar Islam sudah datang ke indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau
abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh pedagang Timur Tengah di
pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai
kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.[3]
Menurut beberapa pendapat diatas
agama islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para
pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan
Islam masuk ke Indonesia. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan
tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat,
dan teori Persia.
a.
Teori Gujarat,
Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini
menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi
yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
b.
Teori Persia
Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat.
Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari
Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan
masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
c.
Teori Mekkah
Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk
menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh
orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung
dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini
didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7
sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.[4]
C.
Cara-Cara Islamisasi Di Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif
berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama
berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu
“Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun
cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain:
1)
Perdagangan
Islam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan di perkirakan
abad ke-7 M sampai dengan abad ke-11 M, begitu pula perkembangan Islam. Melalui
para pedagang dari luar Indonesia maupun pedagang Indonesia sendiri, Islam
disebarkan di pelabuhan-pelabuhan sepanjang jalur perdagangan, misalnya di
sekitar selat Malaka, Samudra, Palembang, menyusul Cirebon, Demak, Tuban,
Gresik, Makasar, serta Indonesia Timur.[5]
2)
Perkawinan
Penyebaran agama Islam juga ditempuh melalui perkawinan. Cara ini
ditempuh oleh para penyebar sekitar abad ke-11 M sampai dengan abad ke-13 M.
Para pedagang Gujarat, Benggala, Arab, dan sebagainya kawin di Indonesia.
Karena mereka orang-orang kaya dan terhormat maka mereka memperistri
orang-orang terhormat, raja-raja, pejabat-pejabat, dan sebagainya. Cara ini
ternyata cukup strategis, sebab wanita yang dikawin oleh para penyebar Islam
itu di Islamkan terlebih dahulu, dan ini merupakan modal pada usaha penyebaran
Islam. Sekalipun pendekatan lewat perkawinan ini tidak selalu berhasil, seperti
Maulana Ishaq tidak berhasil mengislamkan raja dan rakyat blambangan, tetapi
pada umumnya usaha ini banyak dipakai oleh para penyebar Islam maupun oleh para
pedagang muslim, dan hasilnya diakui banyak keluarga-keluarga pihak istri yang
masuk Islam dan menjadi tulang punggung usaha penyebaran Islam selanjutnya.[6]
3)
Pendidikan
Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, baik sekolah maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama-ulama. Di pesantren
atau pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama.
Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah
ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh
Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Keluaran
pesantren giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama
Islam.[7]
4)
Tasawuf
Pengajar-pengajar
tasawuf, atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan ajaran yang
sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal-soal
magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan.[8]Mereka juga ada yang kemudian diangkat
menjadi penasehat dan atau pejabat agama di kerajaan. Di Aceh ada Syaikh Hamzah
Fansuri, Syamsudin Sumatrani, Nuruddin ar Raniri, Abd. Rauf Singkel. Demikian
juga kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai penasehat bergelar wali, yang terkenal
adalah Wali Songo.
Para sufi menyebarkan
Islam melalui dua cara:
a)
Dengan
membentuk kader mubaligh, agar mampu menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.
b)
Melalui
karya-karya tulis yang tersebar dan dibaca diberbagai tempat. Di abad ke 17,
Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama
dan para sufi.
5)
Kesenian
Saluran
yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa
adalah seni. Wali Songo, terutama
Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk islamisasi, seni
arsitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.[9]
Selain para wali memiliki pengetahaun tentang agama Islam, Ia juga
dianggap memiliki pengetahuan tentang ilmu mujizat (ajaib atau yang dapat
menimbulkan keheranan). Wali yang sembilan adalah dipercayai oleh orang Jawa
sebagai peletak dasar batu pertama ditanah Jawa.[10]
Adapun para wali tersebut adalah :
a.
Maulana
Malik Ibrahim, disebut juga Maulana Magribi atau jumadil kubro yang kabarnya
berasal dari Persia dan kemudian berkedudukan di Gresik.
b.
Sunan
Ampel, yang semula bernama Raden Rahmat berkedudukan di Ampel dekat Surabaya.
c.
Sunan
Bonang, yang semula bernama Makdum Ibrahim, putra Raden Rahmat dan berkedudukan
di Bonang, dekat Tuban.
d.
Sunan
Drajat, yang semula bernama Munat yang merupakan anak dari Raden Rahmat
berkedudukan di Drajat dekat Sedayu, Surabaya.
e.
Sunan
Giri, yang semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit
Giri dekat Gresik.
f.
Sunan
Muria, yang berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus.
g.
Sunan
Kudus yang semula bernama Udung berkedudukan di Kudus.
h.
Sunan
Kalijaga, yang semula bernama Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak
i.
Sunan
Gunung Jati, yang semula bernama Fatahilah atau Faletehan yang berasal dari
Samudera Pasai dapat merebut Sunda Kelapa, Banten dan kemudian menetap di
Gunung Jati dekat Cirebon.[11]
6)
Politik, di Maluku dan Sulawesi
selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih
dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Disamping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan non Islam itu masuk Islam.[12]
D.
Perkembangan
Islam di beberapa wilayah Indonesia
1.
Sumatera
a. Pantai Barat
Pulau Sumatera
Sesuai dengan
keputusan “Seminar Masuknya Islam ke Indonesia” yang diadakan di Medan tahun
1963, maka tempat yang mula-mula masuknya Islam di Pulau Sumatera adalah
“Pantai Barat Sumatera”. Dari sana berkembang ke daerah-daerah lainnya.
Beberapa ahli yang berpendapat tentang masuknya Islam di Sumatera pada abad
Ke-7 M itu yaitu: Sayed Alwi bin Tahih al Haddad Mufsi, H. M. Zaenuddin, Zainal
Arifin Abbas
b. Samudera Pasai
Agama Islam
berkembang di Indonesia mula-mula di Pasai Aceh Utara. Para pembawa agama Islam
ini mula-mula berda’wah di kalangan rakyat biasa lewat perdagangan. Dengan
kesopanan dan keramahan orang Arab yang berda’wah itu, maka penduduk Pasai
sangat terkesan dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Begitu pula Raja dan
para pemimpin negeri masuk Islam.
Maka berdirilah
Kerajaan Islam pertama kali di Pasai. Pada saat itu, tiba masanya perkembangan
Islam khususnya di daerah Aceh dan Sumatera Utara untuk memperluas penyiaran
Islam. Maka berkembanglah Islam dari Pasai ke Malaka, Tapanuli, Riau,
Minangkabau, Kerinci dan ke daerah-daerah lainnya. Kerajaan Islam Pasai berdiri
sekitar tahun 1297, yang kemudian dikenal dengan sebutan “Serambi Makkah”.
c. Sumatera Barat
Setelah agama
Islam berkembang di Pasai, tidak lama sesudah itu tersebar pula ke
daerah-daerah lain yaitu ke Pariaman Sumatera Barat. Islam datang ke Pariaman
dari Pasai dengan melalui laut “Pantai Barat Pulau Sumatera”. Ulama yang
terkenal membawa Islam ke Pariaman itu adalah Syekh Burhanuddin. Penyiaran
agama Islam dilakukan secara pelan-pelan dan bertahap, sebab adat di Sumatera
Barat sangat kuat.
Sebagai bukti
bahwa agama Islam diterima oleh masyarakat Sumatera Barat dengan kerelaan dan
kesadaran adalah dengan populernya pepatah yang mengatakan : “Adat bersendi
syara”, syara bersendi Kitabullah”. Jadi adat istiadat yang sangat dipegang
teguh oleh masyarakat Sumatera Barat itu adalah “Adat yang bersendikan Islam”
artinya Islam menjadi dasar adat.
d. Sumatera
Selatan
Sekitar tahun
1440 agama Islam masuk ke Sumatera Selatan. Mubaligh yang paling berjasa
membawa Islam ke Sumatera Selatan adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Arya Damar
yang terkenal dengan nama Aryadillah (Abdillah) adalah Bupati Majapahit di Palembang
waktu itu, kemudian Raden Rahmat (Sunan Ampel) memberi saran kepada Abdillah
agar bersedia menyebarkan agama Islam di Sumatera Selatan. Atas rahmat dan
petunjuk Allah, saran Raden Rahmat tersebut dilaksanakan oleh Ardillah,
sehingga agama Islam di Sumatera Selatan berkembang dengan baik.
2.
Jawa
Menurut berita Tionghoa pada tahun 1416 M di
tanah Jawa sudah banyak orang Islam, tetapi orang asing. Hal ini dapat
dikaitkan dengan wafatnya seorang mubaligh Islam yang mula-mula menyiarkan
Islam di Jawa, yaitu Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419)
Sebelum Maulana Malik Ibrahim ke tanah Jawa,
rupanya telah banyak pedagang-pedagang Islam yang berniaga sambil menyiarkan
agama Islam. Hal ini dikuatkan dengan diketemukan makam dari seorang wanita
Islam yang bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H/1082 M
dimakamkan di Gresik.
Dalam mengupas tersebarnya Islam di Jawa
tidaklah lengkap rasanya bila tidak mengemukakan “Wali Songo” sebagai
mubaligh-mubaligh ternama di tanah Jawa. Para wali itu sangat besar jasanya
dalam penyiaran Islam di Jawa, walaupun banyak rintangan yang mereka hadapi,
namun dengan ketekunan, kebijaksanaan dan perjuangan mereka, Islam bisa masuk
ke pelosok-pelosok tanah Jawa.
3.
Kalimantan
a. Kalimantan
Selatan
Di pulau Kalimantan, agama Islam mula-mula
masuk di Kalimantan Selatan. Nama kotanya adalah Banjarmasin. Pembawa agama
Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah para pedagang bangsa Arab dan para
mubaligh dari pulau Jawa. Perkembangan agama Islam di Kalimantan Selatan itu
sangat pesat dan mencapai puncaknya setelah kerajaan Majapahit runtuh tahun
1478.
b. Kalimantan
Barat
Daerah lainnya di Kalimantan yang dimasuki
agama Islam adalah kalimantan Barat. Islam masuk ke Kalimantan Barat itu
mula-mula di daerah Muara Sambas dan Sukadana. Dari dua daerah inilah baru
kemudian tersebar ke seluruh Kalimantan Barat. Pembawa agama Islam ke daerah
Kalimantan Barat adalah para pedagang dari Johor (Malaysia) dan Mubaligh dari
Palembang (Sumatera Selatan).
Sultan Islam yang pertama (tahun 1591) di
Kalimantan Barat berkedudukan di Sukadana yaitu Panembahan Giri Kusuma. Sedang
Sultan Sukadana yang kedua Sultan Muhammad Safiuddin (1677).
4.
Sulawesi
Islam masuk ke Sulawesi pada awal abad XVI M
dimulai dari Sulawesi Selatan. Hal ini dikaitkan bahwa pada tahun 1540 M di
Sulawesi Selatan telah dijumpai pemeluk-pemeluk Islam, terutama suku Bugis dan
Makasar. Kerajaan di Sulawesi Selatan yang mula-mula menerima Islam sebagai
agama resmi kerajaan ialah Kerajaan Goa dan Tallo. Raja Tallo yang merangkap
pekerjaan sebagai Mangkubumi kerajaan Goa, dan menerima Islam sebagai agamanya
adalah Malingkrang Daeng Manyari. Sesudah memeluk agama Islam, beliau bergelar
Sultan Abdullah Awwalalul Islam. Selanjutnya Raja Goa ke XIV Baginda I
Manggerengi Daeng Manrabia juga memeluk Islam, lalu berganti nama menjadi
Sultan Alaudin. Dengan masuk Islamnya raja-raja Tallo dan Goa, maka rakyat
segera mengikutinya. Dan dalam waktu dua tahun seluruh rakyat Goa dan Tallo
di-Islamkan. Adapun mubaligh yang berjasa dalam meng-Islamkan raja dan rakyat Goa
dan Tallo adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal, berasal dari Minangkabau dan
diperkirakan pernah menjadi murid Sunan Giri.[13]
5. Maluku
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai
penghasil rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak
terkecuali para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca
negara. Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan
ini.Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun
1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa (terutama
para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460 M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De
Graaft (sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah
Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan
yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling
menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja Maluku yang
masuk Islam seperti :
a.
Raja Ternate yang
bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
b.
Raja Tidore yang
kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
c.
Raja Jailolo yang
berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
d.
Pada tahun 1520 Raja
Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam
juga masuk ke Irian yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para
pedagang dan para muballig yang juga berasal dari Maluku. Daerah-daerah di
Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan Pulau
Gebi.[14]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Agama Islam
masuk di Nusantara sekitar abad Vll ( 1 Hijriah ) dan Vlll Masehi yang di bawa
oleh para pedagang muslim melalui dua jalur, yaitu jalur utara dan jalur
selatan. Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang
dimasuki Islam adalah pantai Sumatera bagian utara. Barawal dari daerah itulah
Islam mulai menyebar ke berbagai pelosok Indonesia.
Ada tiga teori yang mencoba
menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah,
teori Gujarat, dan teori Persia. Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan
peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia
justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang
para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256. Adapun
cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain:
perdagangan, perkawinan, pendidikan, tasawuf, kesenian dan politik.
Adapun
perkembangan islam dieberapa wilayah Indonesia yakni wilayah-wilayah
pulau Sumatera ( selain pantai Sumatera bagian utara ) , Pulau Jawa , Pulau
Sulawesi , Pulau Kalimantan dan Kepulauan
Maluku.
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, Musyrifah.2010.Sejarah
Peradaban Islam Indonesia.Jakarta:
Rajawali Pers.
Waridah,Siti dkk.2001.Sejarah Nasional dan Umum SMU.Yogyakarta:
Bumi Aksara.
Azra,Azyumardi.2006.Jaringan
Global dan Lokal Islam. Jakarta: Mizan.
Badriyatim.2003.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Hamka.1981.Sejarah, Umat Islam IV.Jakarta:
Bulan Bintang.
http://muhammadnurazza.blogspot.com/2012/09/masuknya-islam-di-indonesia.html
Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:20 WIB
http://aditwoo.blogspot.com/2013/11/sejarah-perkembangan-islam-di-nusantara_13.html Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul
16:55 WIB
http://postinganpuput.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-islam-di-indonesia.htmlDiunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul
16:55 WIB
http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html#sthash.fzY9ieDD.dpuf Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:55 WIB
[1]http://muhammadnurazza.blogspot.com/2012/09/masuknya-islam-di-indonesia.html Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:20 WIB
[4] http://iwak-pithik.blogspot.com/2012/03/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html#sthash.fzY9ieDD.dpuf Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul 16:55 WIB
[5] Siti Waridah
dkk, Sejarah Nasional dan Umum SMU, Yogyakarta: Bumi Aksara,2001, hal.
125
[10]Siti Waridah
dkk.Sejarah Nasional dan Umum, Yogyakarta : Bumi Aksara,2001, hal 135.
[13]http://aditwoo.blogspot.com/2013/11/sejarah-perkembangan-islam-di-nusantara_13.html Diunduh pada Jumat 28 November 2014 Pukul
16:55 WIB
[14]http://postinganpuput.blogspot.com/2013/12/makalah-perkembangan-islam-di-indonesia.html Diunduh pada
Jumat 28 November 2014 Pukul 16:55 WIB
Komentar
Posting Komentar