RESENSI FILM SANG KYAI

RESENSI FILM SANG KYAI
Produser          : Gope T Samtani
Sutradara         : Rako Prijanto
Penulis              : Anggoro Saronto
Pemeran          :             
Ø  Christine Hakim sebagai Masrurah/Nyai Kapu
Ø  Adipati Dolken sebagai Harun
Ø  Meriza Febriyani Batubara sebagai Sari
Ø  Dimas Aditya sebagai Hamzah
Ø  Royham Hidayat sebagai Khamid
Ø  Ernestsan Samudera sebagai Abdi
Ø  Ayes Kassar sebagai Baidhowi
Ø  Dymas Agust sebagai KH Mas Mansur
Ø  Norman Rivianto Akyuwen sebagai kang Solichin

Dalam film Sang Kiai, Ikranegara dan Christine Hakim memerankan tokoh sentral yakni K.H.Hasyim Asy'arie dan Nyai Kapu, istrinya. Sedangkan pemeran K.H. Wahid Hasyim (anak sang Kiai, ayah dari Gus Dur) adalah Agus Kuncoro. Mereka bertiga beradu akting dengan sederet aktor muda seperti Adipati Dolken (sebagai Harun, murid kesayangan Sang Kiai), Dimas Aditya (sebagai Husyein, penerjemah yang bekerja untuk tentara Jepang), dan Meriza Febriani (berperan sebagai Sari, istri Harun). 
Untuk menghasilkan film yang benar-benar menggambarkan perjuangan kemerdekaan, tim produksi menggandeng aktris asal Jepang dan Belanda, yakni Suzuki Noburo (sebagai Kumakichi Harada), danAndrew Trigg (sebagai Brigadir Mallaby). Sedangkan Bung Tomo diperankan oleh Ahmad Fathonidan Gus Dur kecil diperankan oleh Ahmad Zidan.
Sang Kiai adalah film drama Indonesia tahun 2013 yang mengangkat kisah seorang pejuang kemerdekaan sekaligus salah satu pendiri Nahdlatul Ulama dari Jombang, Jawa Timur yakni Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari. Film ini dibintangi oleh Ikranagara,Christine Hakim, Agus Kuncoro, Adipati Dolken.Film ini terpilih sebagai wakil Indonesia untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Academy Awards ke-86, namun tidak lolos nominasi.
Film ini berkisah tentang perjuangan bangsa Indonesia  ketika dijajah oleh jepang. Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda. Jepang melarang pengibaran bendera merah putih, melarang lagu Indonesia Raya dan memaksa rakyat Indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada Matahari).
Film ini dimulai dengan menampilkan suasana khas lingkungan Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur yang begitu. Pesantren yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asyari ini dalam kondisi yang tenang dan khusyuk. Banyak santri yang berasal dari Pulau Jawa dan Madura datang untuk belajar ilmu pengetahuan Islam di pesantren ini dengan cara mendaftarkan anaknya dengan hasil bumi yang dimilikinya. KH. Hasyim Asyari pun dikenal sebagai pendiri jama’ah Nahdlatul ‘Ulama. Organisasi yang dibentuk untuk menyatukan seluruh umat Islam yang berbasis pesantren. Organisasi ini juga mempunyai tujuan untuk mengajarkan Islam serta mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Meski film Sang Kyai ini berkisah tentang perang kemerdekaan dan kiprah K.H. Hasyim Asy'arie, film ini tidak seserius film dokumenter. Ada unsur komedi dan tentu saja percintaan. Unsur komedi muncul dalam adegan saat salah satu santri tidak sholat berjamaah, kemudian dia dihukum oleh sang Kiai yang mengharuskannya mencium pantat sapi. Kisah cinta, dituangkan dalam kisah cinta antara Harun dan Sari, juga antara Sang Kiai dengan istrinya, Nyai Kepu.   
Suasana pondok pesantren yang begitu khas seakan berubah menjadi suasana yang sangat menegangkan dan menakutkan ketika pasukan jepang menyerbu beserta senjatanya yang kapanpun mereka mau menembaknya maka para santri akan mati seketika.merekapun nyaris membakar para santri. Suasana haru semakin terasa. Alasan pasukan jepang ke pondok pesantren Tebuireng adalah tidak lain tidak bukan untuk membawa KH. Hasyim Asyari. Pada masa ini banyak terjadi penangkapan para Kyai dikarenakan terjadinya penolakan masyarakat Islam dengan “Sikerei”.Sikerei merupakan upacara tentara jepang untuk menyembah dewa matahari yang disimbolkan dengan menundukkan badan meyerupai gerakan ruku’.
Singkat cerita KH. Hasyim Asyari dibawa oleh pasukan jepang, setibanya di kediaman jepang, KH. Hasyim Asyari diminta menandatangani dan diminta melakukan sikerei. Akan tetpi beliau tidak mau menandatanganinya dan tidak mau melakukan sikerei.  Dan inilah awal penyiksaan KH Hasyim Asyari. beliau disiksa hingga tangannya berdarah. KH Wahid Hasyim, salah satu putra beliau mencari jalan diplomasi untuk membebaskan KH Hasyim Asyari. Berbeda dengan Harun, salah satu santri KH Hasyim Asyari yang percaya cara kekerasanlah yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. Harun menghimpun kekuatan santri untuk melakukan demo menuntut kebebasan KH Hasyim Asyari. Tetapi harun salah karena cara tersebut malah menambah korban berjatuhan. Kemudian Hadratussyaikh dipindahkan dari Jombang ke Mojokerto.
Setelah dipindahkan ke mojokerto, Wahid Hasyim dan KH. Wahab Chasbullah melakukan jalan damai dengan perundingan melalui jalur diplomasi. Beliau berdua mendatangi tentara jepang serta para pemimpinnya, dan akhirnya jepang pun melunak setelah mendapatkan penjelasan oleh masyarakat pribumi yang bekerja kepada jepang bahwa masyarakat Indonesia sangat kuat ikatan persaudaraannya dengan dilandasi dengan agama Islam. Akhirnya jepang pun melepaskan Haddratussyaikh beserta para ‘ulama lainnya dari dalam penjara.
Hasil dari pertemuan itu Wahid Hasyim dan KH. Wahab mengubah perubahan strategi politik untuk berpura-pura bekerja sama dengan jepang, memanfaatkan fasilitas jepang untuk persiapan kemerdekaan dan dibentuknya  panitia pembelaan terhadap ulama-ulama NU.Ternyata perjuangan melawan Jepang tidak berakhir sampai disini. Jepang memaksa rakyat Indonesia untuk melimpahkan hasil bumi. Jepang menggunakan Masyumi yang diketuai KH. Hasyim Asy'ari untuk menggalakkan bercocok tanam. Bahkan seruan itu terselip di ceramah sholat Jum'at.. Harun melihat masalah ini secara harfiah dan merasa bahwa KH. Hasyim Asy'ari mendukung Jepang, hingga ia memutuskan untuk pergi dari pesantren.
Kebijakan Jepang untuk melipatgandakan hasil pertanian pun mulai menuai protes dari masyarakat Indonesia. Beberapa pergolakanpun terjadi, salah satunya di daerah Sukamanah, Jawa Barat. Pergolakan ini dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa yang penentang kebijakan tanam paksa ini. Sikap Masyumi seakan-akan diam menuai pertanyaan dari masyarakat. Hingga kemudian KH. Zaenal Mustafa dihukum penggal oleh Jepang di pesisir Ancol. 
Tahun 1945, Jepang mendapatkan tekanan dan serangan oleh tentara Sekutu sehingga kemudian Jepang mengalami kekalahan dan pasukannya mulai melemah. Kemudian Jepang meminta kepada Masyumi untuk mengadakan pelatihan wajib militer kepada seluruh Muslim Indonesia melalui Hadratussyaikh. Akan tetapi, Hadratussyaikh menolaknya karena mayoritas masyarakat Indonesia pasti tidak mau untuk melawan tentara sekutu di wiliayah Burma. Beliau kemudian meminta kepada Jepang melatih masyarakat Indonesia untuk membentuk tentara Laskar Hisbullah untuk mempersiapkan kemerdekaan. Hingga kemudian pada tanggal 11 Agustus 1945, Perdana Menteri Jepang, PM Kaiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia dan mengundang Soekarno sebagai utusan yang menerima pernyataan kemerdekaan Indonesia tersebut. 
Soekarno melalui utusannya meminta pernyataan membela tanah air kepada Hadratussyaikh untuk melawan penjajahan. Utusan Soekarno menyampaikan “bagaimana hukumnya membela tanah air bagi masyarakat Indonesia tanpa kepentingan golongan dan agama apapun?” Utusan Soekarno ini sempat mengulangi pertanyaan tersebut sampai beberapa kali. Kemudian Hadratussyaikh menjawab bahwa “Hukum membela tanah air adalah wajib bagi setiap Muslim”. Hal ini bisa diartikan bahwa setiap umat Islam wajib memperjuangkan tanah airnya demi kemuliaan Islam. Pergolakan pun berlanjut, Kemerdekaan pun dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Peperangan masih berlanjut dan Jepang pun angkat kaki dari Indonesia. 
Akan tetapi, Belanda yang belum mengakui kemerdekaan Republik Indonesia datang kembali ke Tanah air hingga kemudian terjadi pergolakan kembali. Ditambah dengan tentara Inggris yang membonceng tentara Belanda datang ke Surabaya pada Bulan November 1945. Bung Tomo, salah satu pejuang kemerdekaan pun datang dan bertemu langsung kepada Hadratussyaikh untuk meminta wejangan dan nasehat. Dan Hadratussyaikh pun berkata kepada Bung Tomo untuk Menyampaikan orasi dengan lantang serta menyuarakan Islam dengan cara mengagungkan Nama Allah dalam orasinya dengan Takbir tiga kali. Allahu Akbar!! Allahu Akbar!! Allahu Akbar!!
Pada tanggal 10 November 1945, Kota Surabaya menjadi lautan api. Semua sudut kota terbakar habis. Kemudian Inggris berhasil dipukul mundur oleh para pejuang Islam yang telah berjuang dengan berdarah-darah. 
Film ini ditutup dengan wafatnya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asyari, padahal pada saat itu para pejuang Islam masih membutuhkan banyak nasehat dari beliau untuk tetap mempertahankan negara Indonesia ini dalam bingkai ke-Islam-an. Pada saat itu pula Agresi Belanda I yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947.  Jombang pun diserang oleh Belanda, bahkan pesantren Tebuireng dibakar oleh Belanda karena dituduh sebagai sarang pemberontak Muslim.
Dalam film ini kita bisa mengenal meski tak kenalan langsung dengan KH Hasyim Asyari bahwasannya sosok KH Hasyim Asyari adalah kyai yang sangat disegani oleh para santrinya dan sangat dicintai oleh para santrinya…. Ini terlihat ketika beliau ditangkap oleh pasukan jepang. Bahkan dua santri mengikuti proses penagkapan beliau. Setibanya di kediaman jepang dua santri ini ternyata ketahuan, dan kemudian salah satu santri ini mengorbankan dirinya untuk ditembak karna untuk melindungi sahabatya, ibu dan bayi, dan rasa bangganya menjadi santri pondok pesantren Tebuireng. Jiwa rela mati patut diacungi jempol. Sangat terharu dengan rasa belanya terhadap sahabat dan sang kyai nya. Yang mungkin sekarang jarang kita temui pada masa modern ini. Diawal film ini sudah nampak kharisma KH Hasyim Asyari ketika penerimaan santri baru yang keluarganya tak memiliki apa-apaun diterima. Bayangkan jika sosok beliau ada dizaman sekarang. Kearifan beliau juga nampak ketika beliau terjun langsung dalam panen hasil padinya. Sikap santai, cekatan, bela aqidah yang sangat kokoh dan pasrah beliau sangat patut ditiru dalam menjalani kehidupan ini.
 Kutipan kata-kata beliau yang masih ku ingat yakni “ Agama Islam itu berdasarkan pengetahuan dan keyakinan yang dipelajari. Dalm film ini juga mengajarkanku sebagai seorang wanita agar kelak menjadi pakaian untuk suami. Tak kalah menarik ketika pernikahan harun dengan sari yang prosesnya dipisah. Sebagaimana kita ketahui pada zaman sekarng ini ketika akad nikah rata-rata  dua mempelai duduk berdampingan depan penghulu.
Intinya dari film ini mengajarkan kita dan mengingatkan kita untuk cinta tanah air. Dan membangun semangat untuk kita membela Negara Indonesia kita tercinta. Kita harus mampu mengenang dan menghargai perjuangan, pengorbanan para pahlawan dan pemimpin bangsa yang menjadi simbol negara Indonesia.
Itulah sebabnya, sejarah bangsa ini telah mendokumentasikan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah “hadiah” dari bangsa lain, melainkan hasil dari perjuangan dan pengorbanan jiwa dan raga para syuhada pejuang dan “founding fathers” (Bapak-Bapak Bangsa) se-Nusantara dengan aneka keragaman latar belakangnya.
Mereka berjuang dan berkorban, sejak periode “merebut kemerdekaan” hingga periode kritis ketika harus “mempertahankan kemerdekaan” yang telah diproklamasikan. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya, seperti kata Bung Karno “Negara Yang Besar Adalah Yang tidak melupakan Jas Merah” Artinya tidak akan melupakan sejarah suatu bangsa tersebut.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

WAKAF, HIBAH, SEDEKAH, DAN HADIAH

Sejarah Peradaban Islam Masa Nabi Muhammad Saw.

makalah pengertian pendidikan

MAKALAH PERKEMBANGAN MASA ANAK-ANAK