Makalah Pengertian Dan Macam-Macam ZAKAT
Pengertian Dan Macam-Macam ZAKAT
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu : Dr. H. Arwani Syaerozi, MA
Oleh :
1.
Dede Riki N.
14121110043
2.
Erna Erlina
14121110049
3.
Euis Nur Hasanah
14121110050
4.
Moch Aziz
Muslim
14121110083
5.
Nur Syamsu
14121110094
6. Ripal Ripalah S.
14121110104
Kelompok/SMT : 9/II
PAI-A
FAKULTAS TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon-Jawa Barat 45132
2012/2013
DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI ........................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat ..................................................................................... 2
B. Syarat Zakat …………………………………………………...3
C. Syarat Syah Zakat …………………………………………………………..4
D. Macam-macam Zakat…………………………………………………………..5
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk
membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah
hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang
tertindas karena zakat dapat menghilangkan jarak antara si kaya dan si miskin.
Oleh karena itu, zakat sebagai salah satu instrumen negara dan juga sebuah
tawaran solusi untuk menbangkitkan bangsa dari keterpurukan. Zakat juga sebuah
ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam, namun diperuntukan bagi
kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat
sehingga dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat
mempererat tali silaturahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
Oleh karena itu kesadaran untuk menunaikan zakat bagi umat Islam harus
ditingkatkan baik dalam menunaikan zakat fitrah yang hanya setahun sekali pada
bulan ramadhan, maupun zakat maal yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan
zakat dalam yang telah ditetapkan baik harta, hewan ternak, emas, perak dan
sebagainya.
- Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat diruuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian Zakat?
2.
Apa
syarat Zakat?
3.
Apa Hukum-hukum
Zakat?
4.
Apa
macam-macam Zakat?
- Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian Zakat
2.
Untuk
mengetahui Syarat Zakat
3.
Untuk
mengetahui Hukum-hukum Zakat
4.
Untuk
mengetahui macam-macam Zakat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Zakat
Secara bahasa,
zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika di ucapkan, zaka al-zar, artinya adalah tanaman itu
tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan zakat
al-nafaqah, artinya nafkah, tumbuh dan bertambah jika diberkati.kata ini
juga sering dikemukakan untuk makna thaharah
(suci).
Allah
swt. Berfirman :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu” (QS Asy-syams :9)
Maksud kata
zakka dalam ayat ini ialah menyucikan dari kotoran. Arti yang sama (suci) juga
terlihat dalam ayat berikut:
“Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan diri” (QS Al-A’la:14)
Kata zakat,
adakalanya bermakna pujian, misalnya dalam firman Allah swt. Berikut ini:
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci (QS An-Najm:32)”
Adapun harta
yang dikeluarkan, menurut syara’ dinamakan zakat karena harta itu akan
bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah swt. Berfirman:
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah kalian
bersama orang-orang yang ruku’ (QS
Al-Baqarah: 43)
Maksudnya,
zakat itu akan menyucikan orang yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan
pahalanya. (Al-zuhaily, 1997: 82-83).
Menurut syara’
ialah “ nama bagi ukuran yang dikeluarkan dari harta atau badan menurut
peraturan yang akan datang.” Zakat ialah
nama atau sebutan dari suatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir
miskin. Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkat, membersihkan jiwa dan menumpuknya dengan berbagai kebaikan. Kata-kata
zakat itu, arti aslinya ialah tumbuh, suci, dan
berkah. Firman Allah SWT. Dalam surat At-Taubah ayat 103 sebagai berikut:
Artinya:
“ ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui (QS At-Taubah: 103). ( Hamid, 2009: hlm 206)
Zakat menurut
istilah agama islam artinya “ kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada
yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.” Hukumnya zakat adalah salah satu
rukun Islam yang lima, yaitu fardhu ‘ain atas tiap-tiap orang yang cukup
syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua hijriyah.
Firman Allah
swt. :
“ dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat
hartamu.” (QS An-Nisa:77). (Rasjid, 2011: 192).
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan ibadah secara syar’i,
pembersihan atau penyucian itu dibagi tiga, yaitu:
1.
Penyucian
Rohani;
2.
Penyucian
Jasmani; dan
3.
Penyucian
Harta.
Penyucian harta
awalnya disebut dengan infak, hanya infak dibagi ke dalam dua kategori, yaitu
infak wajib, yang disebut dengan zakat, dan infak sunnat yang disebut dengan
sedekah. (Hamid, 2009: 205)
B.
Syarat Zakat
Adapun syarat sahnya, juga menurut
kesepakatan mereka, adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat:
1.
Syarat
wajib zakat
Syarat
wajib zakat yakni kefardhuannya, ialah sebagai berikut:
a)
Merdeka.
b)
Islam.
c)
Baligh
dan Berakal.
d)
Harta
yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati.
e)
Harta
yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya.
f)
Harta
yang dizakati adalah milik penuh.
g)
Kepemilkan
harta yang telah mencapai setahun, menurut hitungan tahun qamariyah.
h)
Harta
tersebut bukan merupakan harta hasil utang.
i)
Harta
yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok.
2.
Syarat-syarat
sah pelaksanaan zakat
a)
Niat.
b)
Tamlik (memindahkan
kepemilikan harta kepada menerimanya)
C.
HUKUM-HUKUM
ZAKAT
1)
Zakat
diwajibkan bagi orang-orang Islam yang merdeka, tidak disyaratkan sampai umur
dan berakal.
2)
Zakat
wajib atas barang-barang perniagaan sebagaimana wajib pada unta, sapi, kambing
dan tiap-tiap tumbuh-tumbuhan dan zakat ditunaikan setiap satu tahun sekali.
3)
Termasuk
wajib zakat adalah mengeluarkan zakat fitri yang dikenal dengan zakat jiwa.
4)
Islam
memperhatikan soal zakat, waktu, kadar, dan nishab, orang yang wajib atasnya
dan orang-orang yang berhak menerimannya.
5)
Syara’
dengan sangat tegas menjadikan zakat pada empat macam harta dan dialah
harta-harta yang paling banyak beredar dalam masyarakat dan yang sangat
dibutuhkan, antara lain :
a)
Tanaman
dan buah-buahan.
b)
Unta,
sapi dan kambing
c)
Emas
dan perak
d)
Harta-harta
perniagaan yang bermacam-macam.
6)
Islam
mewajibkan zakat setahun sekali. Nishab perak ialah 200 dirham. Sedang nishab
emas 20 misqal. Nishab biji-bijian dengan 50 gantang. Nishab kambing 40 ekor,
lembu 30 ekor dan unta 5 ekor.
7)
Islam
mewajibkan 1/5 pada rikaz dan tidak mewajibkan dan tidak mewajibkan
cukup setahun kita milikinya.
8)
Islam
mewajibkan 1/10 pada buah-buahan dan tanam-tanaman yang urusannya tidak
diperlukan usaha manusia, sebagaimana mewajibkan 1/20 pada buah-buahan dan
tanaman yang urusan penyiramannya diusahakan oleh manusia.
9)
Islam
mewajibkan 21/2% pada emas dan perak. Islam mewajibkan zakat dari 40 ekor
kambing, seekor kambing yang berumur 2 tahun, zakat dari 30 ekor lembu, seekor
anak lembu yang berumur 2 tahun, zakat dari 5 ekor unta, seekor kambing. (
Ash-Shiddieqy, 2011: 172-173)
D.
Macam-Macam Zakat
Berdasarkan
firman Allah swt dalam QS Al- Baqarah ayat 267, “hai orang yang beriman,
nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kau nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan memalingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa
Allah maha kaya lagi maha terpuji”.
Secara umum
zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (nafsh) / zakat fitrah dan
zakat maal.
1.
Zakat
jiwa (nafsh)/zakat fitrah
Pengertian
fitrah ialah, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan dan perangai, sedangkan
zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi yang mengembalikan manusia muslim
keada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa)
yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya. Sehingga manusia itu
menyimpang dari fitrahnya. Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan
pokok bagi orang yang mengeluaran zakat fitrah atau makanan pokok di daerah
tempat berzakat fitrah seperti; beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan
sebagainya.
Zakat ini wajib
dikeluarkan sesuai bulan Ramadhan sebelum shalat ‘id sedangkan, bagi orang yang
mengeluarkan zakat fitrah setelah dilaksanakan shalat’id maka apa yang
diberikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi merupakan sedekah, hal ini
sesuai dengan hadis Nabi saw dari ibnu Abbas, ia berkata, “Rassulullah Saw
mewajibkan zakat fitrah itu sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan sebagai makanan bagi orang yag
miskin. Karena itu, barang siapa mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu
adalah salah satu shadaqah biasa (hadis abu daud dan ibnu majjah). Melewatkan
pembayaran zakat fitrah sampai selesai sembahyang hari raya hukumnya makruh
karena tujuan utamanya membahagiakan orang-orang miskin pada hari raya, dengan
demikian apabila dilewatkan pembayaran hilanglah separuh kebahagiannya pada
hari itu.
Banyaknya zakat
fitrah untuk perorangan satu sha’ (2,5 kg/3,5 liter) dari bahan makanan untuk
membersihkan puasa dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan orang miskin di hari raya
idul fitri, sesuai dengan hadis Nabi Saw, “ dari ibnu umar ra; Rasulullah Saw
telah mewajibkan zakat fitri 1(satu) sha’ dari kurma/gandum atau budak, orang
merdeka laki-laki dan perempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum
muslimin. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar
untuk shalat ‘id (HR.Bukhari).
Jika maslahat
orang-orang kafir mengharuskan dikeluarkan zakat untuk mereka dalam bentuk uang
maka tidak ada dosa di dalamnya ssuai dengan madzhab hanafi dan madzhab
syafi’i.
Menurut Yusuf
Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah, ialah sebagai berikut:
a.
Membersihkan
kotoran selama menjalankan puasa, karena selama menjalankan puasa seringkali
orang terjerumus pada perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya serta
melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah.
b.
Menumbuhkan
rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan kepada orang-orang yang
membutuhkan. Dengan member zakat fitrah kepada orang-orang miskin dan orang-
yang membutuhkan akan membawa mereka kepada kebutuhan dan kegembiraan, bersuka
cita pada hari raya.
Adapun niat
mengeluarkan zakat fitrah bagi diri sendiri, “sengaja saya mengeluarkan zakat
fitrah pada saya diri sendiri, fardhu karena Allah ta’ala. Sementara itu, bagi
diri sendiri dan sekalian yang ditanggungnya, “ sengaja saya mengeluarkan zakat
fitrah pada diri saya dan pada sekalian yang saya dilazimkan ( diwajibkan)
member nafkah pada mereka, fardhu karena Allah ta’alla.
Cara penyerahan zakat fitrah dapat
ditempuh dua cara adalah sebagai berikut:
a.
Zakat
fitrah diserahkan langsung diserahkan yang bersangkutan kepada fakir miskin.
Apabila hal ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih baik
lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum shalat Idul fitri dimulai
agar dengan adanya zakat fitrah itu melapangkan kehidupan mereka, pada hari
raya, sehingga mereka tidak perlu lagi berkeliling menadahkan tangan kepada
orang lain.
b.
Zakat
fitrah diserahkan pada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu dilakukan maka
sebaiknya diserahkan satu hari atau dua hari ataupun beberapa hari sebelum
hari raya idul fitri agar panitia dapat
mengatur distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak
menerimanya pada malam hari raya atau pada pagi harinya.
Ibnu Abbas
meriwayatkan, “ Rasulullah SAW telah memfardhukan zakat fitrah untuk menyucikan
orang-orang yang berpuasa dari kelalaiannya. Sesungguhnya ia salah satu
shadaqoh, karena itu barang siapa yang melewatkan pembayaran sampai
terlaksananya shalat hari raya hukumnya makruh (tidak berdosa), tetapi jika
dilewatkan sampai terbenamnya matahari, hukumnya berdosa dan dianggap sebagai
hutang kepada Allah SWT yang perlu segera dilakukan pembayarannya ( qadha) ”.
Adapun tempat
mengeluarkan zakat fitrah yang lebih diutamakan zakat fitrah ditempat Muzakki
tinggal dan berkuasa, sedangkan jika dia puasa ramadhan diluar negri karena
perjalanan atau lainnya maka ia mengelurakan zakat fitrah dinegri ditempat ia
berpuasa.
Pembayaran
zakat fitrah dapat dipindahkan ketempat atau daerah lain jika penduduk ditempat
atau didaerah tersebut amat memerlukannya dibandingkan dengan penduduk ditempat
atau daerah pemberi zakat. Kemaslahatan perpindahan tersebut lebih memberi
keuntungan dibandingkan jika diberikan kepada penduduk atau daerah pemberi
zakat tersebut telah melebihi. ( Sari,
2007: 21-24)
2.
Zakat
Maal (Harta)
Zakat Maal
(harta) adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh
individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang secara
harfiah berarti ‘harta’.
Harta yang akan
dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Milik
Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan
mengeluarkan zakat.
2. Berkembang,
yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila diusahakan.
3. Mencapai
nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai dengan
ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan
dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah.
4. Lebih Dari
Kebutuhan Pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan minimal/pokok untuk
hidupnya terpenuhi terlebih dahulu
5. Bebas
dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta
yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada
waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.
6. Berlalu
Satu Tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun
khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian,
buah-buahan dan rikaz(barang temuan) tidak memiliki syarat haul.
Adapun
Macam-macam zakat Maal dibedakan atas obyek zakatnya antara lain:
1.
Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran
ternak (misal: sapi,kerbau,kambing,domba,ayam)
2.
Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud
adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti
biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias,
rumput-rumputan, dedaunan, dll Nishabnya sebanyak 5 wasaq= 300 sha’= 652,8 kg
atau 653 kg. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 1/10-nya jika hasil
tanaman tersebut tumbuh dan berkembang tanpa disiram atau tanpa biaya
perawatannya, tanpa membayar orang lain untuk merawatnya. Apabila
pemeliharaannya memerlukan biaya maka kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak
1/20-nya. ( Hadzami, 2010:6)
3.
Emas dan Perak. Meliputi harta yang terbuat
dari emas dan perak dalam bentuk apapun. Nisab zakat emas 20 mitsqal, berat
timbangannya 93,6 gram; zakatnya 1/40 (2,5 % = ½ mitsqal = 2,125 gram). Nisab
perak 200 dirham (624 gram) zakatnya 1/40 (2,5 %) = 5 dirham (15,6 gram).
Sabda
Rasulullah yang artinya “Apabila engkau mempunyai perak 200 dirham dan telah
cukup satu tahun maka zakatnya 5 dirham, dan tidak wajib atasmu zakat emas
hingga engkau mempunyai 20 dinar. Apabila engkau mempunyai 20 dinar dan telah
cukup satu tahun, maka wajib zakat adanya setengah dinar.” (Rasjid, 2011:202).
4.
Harta Perniagaan. Harta perniagaan adalah semua
yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa
barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan disini
termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun kelompok/korporasi.
5.
Hasil Tambang(Ma’din). Meliputi hasil dari
proses penambangan benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki
nilai ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
6.
Barang Temuan (Rikaz) adalah harta yang
diperoleh seseorang yang berasal dari galian dalam tanah. Harta tersebut
ditanam oleh orang-orang dimasa lampau dalm kurun waktu yang sudah cukup lama,
dan sudah tidak diketahui lagi pemilik yang sebenarnya, karena tidak didapat
keterangan yang cukup untuk itu. Harta terpendam, biasanya berupa emas atau
perak, dan wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 1/5 atau 20% dari jumlah harta
terpendam tersebut. Ketentuan ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW: “ zakat rikaz ( harta terpendam) adalah
sebanyak seperlima”. ( HR. Bukhari dan Muslim). (Yusuf, 2004: 42).
7.
Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan
dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi
dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter,
notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta. Jika penghasilannya selama setahun
lebih dari senilai 85 gram emas dan zakatnya dikeluarkan setahun sekali sebesar
2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok. (Aminah, 2010: 119)
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Zakat ialah
nama atau sebutan dari suatu hak Allah yang dikeluarkan seseorang kepada fakir
miskin. Dinamakan zakat karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh
berkat, membersihkan jiwa dan menumpuknya dengan berbagai kebaikan. Kata-kata
zakat itu, arti aslinya ialah tumbuh, suci, dan berkah.Zakat mempunyai beberapa
syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan para ulama, syarat wajib zakat
adalah merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai
nishab, dan mencapai haul.
Secara umum
zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu zakat jiwa (nafsh) / zakat fitrah dan
zakat maal. Adapun Macam-macam zakat Maal dibedakan atas obyek zakatnya antara
lain: Hewan ternak, Hasil pertanian, Emas dan Perak, Harta Perniagaan, Hasil
Tambang(Ma’din), Barang Temuan (Rikaz), dan Zakat Profesi.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Zuhayly, Wahbah, 1997. Zakat
Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aminah, Mia Siti. 2010. Muslimah
career mencapai karir tertinggi dihadapan Allah, keluarga, dan pekerjaan.
Yogyakarta : pustaka Grhatama. (online), (http://www.google.books. Diunduh 17 April 2013 pukul 14.00 WIB).
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad
Hasbi. 2011. Kuliah Ibadah. Semarang: PT. Putaka Rizki Putra.
Hadzami, Syafi’i. 2010. Tauhidhihul Adillah. Jakarta:
penerbit PT Elex Media Komputindo. (online), (http://www.google.books. Diunduh 17 April 2013 pukul 13.32 WIB).
Hamid, Abdul. 2009. Fiqh Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Rasjid, Sulaiman. 2011. Fiqh
Islam (Hukum Fiqh Islam). Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Sari, Elsi Kartika. 2007. Pengantar
hukum Zakat & wakaf. Jakarta: Penerbit PT Grasindo,). (online), (http://www.google.books. Diunduh 17 April 2013 pukul 13.00 WIB).
Walisongo,Majelis. 2010. Pengertian
Zakat mal (online),
(http://majeliswalisongo.wordpress.com/2010/07/28/pengertian-zakat-mal/. Diunduh 17 April 2013 pukul 14:10).
Yusuf , Mohammad Asror . 2004. Kaya
karena ALLAH. Tangeran: Penerbit PT Kawan Pustaka. (online), (http://www.google.books. Diunduh 17 April 2013 pukul 13.20 WIB).
Komentar
Posting Komentar